"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan tiada aku termasuk di antara orang-orang yang musyrik" (QS Yusuf:108)

14 July, 2014

Kerugian bagi yang mati dalam kafir/fasik/munafiq


Fasik dan munafik keduanya merupakan kemaksiatan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Kemaksiatan dapat berupa kemaksiatan yang besar iaitu kekafiran (keluar dari Aqidah islam) atau berupa perbuatan dosa saja (tidak keluar dari Aqidah).

Kafir dan Munafik keduanya adalah orang-orang fasik. Mereka semua adalah orang-orang yang keluar/menyimpang dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan tidak mengikuti perintah-Nya. Bahkan fasik memiliki pengertian yang lebih umum dan melingkupi pengertian kafir dan munafik, iaitu sebagai orang keluar dari perintah Allah Subhanahu wa ta’ala.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَإِذَا لَقُواْ الَّذِينَ آمَنُواْ قَالُواْ آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْاْ إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُواْ إِنَّا مَعَكْمْ إِنَّمَا
نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ

“Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: " Kami telah beriman ", dan manakala mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka berkata pula:" Sesungguhnya kami tetap bersama kamu, sebenarnya kami hanya memperolok-olok (akan orang-orang yang beriman)".
(Surah Al-Baqarah: 115)

Kerugian jika mati dalam kekafiran/fasik/munafik sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَمَاتُواْ وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَن يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِم مِّلْءُ الأرْضِ ذَهَباً
وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُوْلَـئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُم مِّن نَّاصِرِينَ

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir, lalu mati sedang mereka tetap kafir, maka tidak sekali-kali akan diterima dari seseorang di antara mereka: emas sepenuh bumi, walaupun ia menebus dirinya dengan (emas yang sebanyak) itu. Mereka itu akan mendapat azab seksa yang tidak terperi sakitnya, dan mereka pula tidak akan beroleh seorang penolong pun”. (Surah A-li ‘Imraan: 91)

Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman:  

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَن تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلاَ أَوْلاَدُهُم مِّنَ اللّهِ شَيْئاً وَأُوْلَـئِكَ
أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda mereka dan anak-anak mereka, tidak sekali-kali akan dapat menyelamatkan mereka dari (azab) Allah sedikitpun, dan mereka itu ialah ahli neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Surah A-li ‘Imraan: 116)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman juga:

يُبَصَّرُونَهُمْ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ
كَلَّا إِنَّهَا لَظَى ,وَمَن فِي الْأَرْضِ جَمِيعاً ثُمَّ يُنجِيهِ ,وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْويهِ,وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ

“Padahal masing-masing diberi melihat setengahnya yang lain; (pada saat yang demikian) orang yang kafir suka kiranya dapat menebus dirinya dari azab itu dengan anak-anaknya sendiri, dan isteri serta saudaranya, dan kaum kerabatnya yang melindunginya, dan juga sekalian makhluk yang ada di bumi - kemudian (diharapkannya) tebusan itu dapat menyelamatkannya. Tidak sekali-kali (sebagaimana yang diharapkannya)! Sesungguhnya neraka (yang disediakan baginya) tetap menjulang-julang apinya”, (Surah Al-Ma’aarij: 11-15)

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, bahawa Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

يقول الله تعالى لأهون أهل النار عذاباً : لو كانت لك الدنيا وما فيها ومثلها معها أكنت مفتدياً بها ؟

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman kepada penduduk neraka yang paling ringan adzabnya, ‘Seandainya kamu mempunyai dunia dan segala isinya, apakah kamu menebus adzab ini dengannya?’

فيقول : نعم

Dia menjawab: ya

فيقول : قد أردت منك أهون من هذا وأنت فى صلب آدم . أن لا تشرك – أحسبه قال :
ولا أدخلك النار – فأبيت إلا الشرك

Maka (Allah Subhanahu wa ta’ala) berfirman kepadanya: Aku telah menginginkan darimu apa yang lebih ringan daripada ini sejak kamu masih dalam tulang sulbi Adam, iaitu: ‘Hendaknya kamu tidak mempersekutukanKu, (perawi berkata: ) dan kalau tidak salah, Nabi Shallallaahu ‘alahi wasallam bersabda (bahawa Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman) Dan Aku tidak akan memasukkanmu kedalam api neraka, tapi kamu menolak, selain menyekutukanKu” (Hadits riwayat: Ahmad, al Bukhaariy, dan selainnya)

Benar, dan Allah Subhanahu wa ta’ala telah mengabarkan hal ini kepada mereka:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَىٰ ' شَهِدْنَا ۛ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah Subhanahu wa ta’ala mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”

أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ

(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”

أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِن قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّن بَعْدِهِمْ ۖ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ

atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami kerana perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?”

         وَكَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).

Firman Allah Subhanahu wa ta’ala:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ
أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
أَوْ تَقُولُواْ إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِن قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّن بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ
وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِيَ آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَـكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ
الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ذَّلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُواْ
بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika Tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-anak Adam (turun-temurun) dari (tulang) belakang mereka, dan Ia jadikan mereka saksi terhadap diri mereka sendiri, (sambil Ia bertanya dengan firmanNya): "Bukankah Aku tuhan kamu?" Mereka semua menjawab: "Benar (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi". Yang demikian supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat kelak: "Sesungguhnya kami adalah lalai (tidak diberi peringatan) tentang (hakikat tauhid) ini". Atau supaya kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya ibu bapa kamilah yang melakukan syirik dahulu sedang kami ialah keturunan (mereka) yang datang kemudian daripada mereka. Oleh itu, patutkah Engkau (wahai Tuhan kami) hendak membinasakan kami disebabkan perbuatan orang-orang yang sesat itu?" Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat keterangan Kami satu persatu (supaya nyata segala kebenaran), dan supaya mereka kembali (kepada kebenaran). Bacakanlah kepada mereka (wahai Muhammad), khabar berita seorang yang kami beri kepadanya (pengetahuan mengenai) ayat-ayat (Kitab) Kami. kemudian ia menjadikan dirinya terkeluar dari mematuhinya, lalu ia diikuti oleh Syaitan (dengan godaannya), maka menjadilah dari orang-orang yang sesat.  Kalau Kami kehendaki nescaya Kami tinggikan pangkatnya dengan (sebab mengamalkan) ayat-ayat itu. Tetapi ia bermati-mati cenderung kepada dunia dan menurut hawa nafsunya; maka bandingannya adalah seperti anjing, jika engkau menghalaunya: ia menghulurkan lidahnya termengah-mengah, dan jika engkau membiarkannya: ia juga menghulurkan lidahnya termengah-mengah. Demikianlah bandingan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu supaya mereka berfikir.
(Surah Al-Araaf: 172-176)

Dia juga dahulu telah memerintahkan mereka, agar mereka menyembahNya dan tidak menyekutukanNya sedikitpun juga:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka MENYEMBAH kepada-Ku.

مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ . إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

Aku tidak sekali-kali menghendaki sebarang rezeki pemberian dari mereka, dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepadaKu. Sesungguhnya Allah Dia lah sahaja Yang Memberi rezeki (kepada sekalian makhlukNya, dan Dia lah sahaja) Yang Mempunyai Kekuasaan yang tidak terhingga, lagi Yang Maha Kuat Kukuh kekuasaanNya. (Surah Adz-Dzaariyaat: 56-58)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman lag:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ
بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Wahai sekalian manusia! Beribadatlah kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang terdahulu daripada kamu, supaya kamu (menjadi orang-orang yang) bertaqwa. Dia lah yang menjadikan bumi ini untuk kamu sebagai hamparan, dan langit (serta segala isinya) sebagai bangunan (yang dibina dengan kukuhnya); dan diturunkanNya air hujan dari langit, lalu dikeluarkanNya dengan air itu berjenis-jenis buah-buahan yang menjadi rezeki bagi kamu; maka janganlah kamu mengadakan bagi Allah, sebarang sekutu, padahal kamu semua mengetahui (bahawa Allah ialah Tuhan Yang Maha Esa). (Surah Al-Baqarah: 21-22)
 Juga Firman Allah Subhanahu wa ta’ala:

وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً

“Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia dengan sesuatu apa jua”;
(Surah An-Nisaa’: 36)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ
وَأُمِرْتُ لِأَنْ أَكُونَ أَوَّلَ الْمُسْلِمِينَ
قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصاً لَّهُ دِينِي

“Katakanlah lagi (wahai Muhammad): "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan segala ibadat kepadaNya; aku diperintahkan supaya menjadi orang yang awal pertama berserah diri bulat-bulat (kepada Allah), Katakanlah lagi: "Sesungguhnya aku takut - jika aku menderhaka kepada Tuhanku - akan azab hari yang besar (soal jawabnya)". Katakanlah lagi: "Allah jualah yang aku sembah dengan mengikhlaskan amalan ugamaku kepadaNya”. (Surah Az-Zumar: 11-14)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman seterusnya:

فَاعْبُدُوا مَا شِئْتُم مِّن دُونِهِ قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ

"(Setelah kamu mengetahui pendirianku ini wahai kaum musyrik, dan kamu masih juga berdegil) maka sembahlah kamu apa yang kamu kehendaki, yang lain dari Allah, (kamu akan mengetahui akibatnya)". Katakanlah lagi: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi (dengan sebenar-benarnya) ialah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri dan pengikut-pengikutnya pada hari kiamat (dengan sebab perbuatan mereka memilih kekufuran atau kederhakaan). Ingatlah, yang demikian itulah kerugian yang jelas nyata. (Surah Az-Zumar: 15)

Allah Subhanahu wa ta’ala telah pun memerintahkan manusia untuk memeluk agamaNya, dan bahkan memerintahkan kaum muslimin (yg sudah memeluk agamaNya untuk ISTIQAMAH diatas agamaNya, agar jangan sampai membatalkan keislaman dan keimanan mereka… Dan agar mereka tidak wafat, kecuali dalam keadaan muslim:

Sebagaimana dalam Firman Allah Subhanahu wa ta’ala:

إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Sesungguhnya Allah telah memilih ugama (Islam) ini menjadi ikutan kamu, maka janganlah kamu mati melainkan kamu dalam keadaan Islam". (Surah Al-Baqarah: 132)

Dan Firman Allah Subhanahu wa ta’ala seterusnya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam”. (Surah A-li ‘Imraan: 102)

Maka alangkah menyesalnya orang-orang kafir (dari kalangan ahli kitab, musyrikiin maupun munaafiqiin) di hari kiamat kelak, bahkan mereka berangan-angan agar sekiranya dahulu mereka didunia adalah seorang muslim, dan wafat dalam keadaan muslim:

Firman Allah Subhanahu wa ta’ala:

رُّبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَوْ كَانُواْ مُسْلِمِينَ

“Ada masanya orang-orang yang kafir merasa ingin kalaulah mereka telah menjadi orang-orang Islam”.
 (Surah Al-Hijr: 2)

Bahkan mereka berputus asanya  dihari hisab, mereka ingin kalau mereka seperti binatang (yang setelah selesai hisab, diubah jadi tanah; tidak ada adzab neraka yang menantinya)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَعَصَوُاْ الرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّى بِهِمُ الأَرْضُ وَلاَ
يَكْتُمُونَ اللّهَ حَدِيثاً

Pada hari itu orang-orang yang kafir dan menderhaka kepada Rasulullah, suka jika mereka disama ratakan dengan tanah (ditelan bumi), dan (ketika itu) mereka tidak dapat menyembunyikan sepatah kata pun dari pengetahuan Allah. (Surah An-Nisaa’: 42)

Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu, disebutkan bahawa beliau berkata:

“Sesungguhnya Allaah mengumpulkan seluruh makhluqNya, seluruh binatang melata, burung, serta manusia. Dikatakan kepada binatang dan burung, “jadilah kalian tanah”, maka disaat itulah orang-orang kafir berkata: ‘Duhai, aku berharap sekiranya aku menjadi tanah [seperti binatang dan burung itu dijadikan tanah”. (dengan sanad yang shahiih; simak ash shahiihaah 4/607])

Firman Allah Subhanahu wa ta’ala:

إنَّ اللهَ يحشرُ الخلقَ كلَّهم كلَّ دابةٍ وطائرٍ وإنسانٍ يقول للبهائم والطيرِ
كونوا ترابًا فعند ذلك يقول الكافرُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا

“Sesungguhnya (dengan keterangan-keterangan yang tersebut), Kami memberi amaran kepada kamu mengenai azab yang dekat (masa datangnya), - iaitu hari seseorang melihat apa yang telah diusahakannya; dan orang yang kafir akan berkata (pada hari itu): "Alangkah baiknya kalau aku menjadi tanah (supaya aku tidak dibangkitkan untuk dihitung amalku dan menerima balasan)". (Surah An-Naba: 40) - (dengan sanad yang shahiih; simak ash shahiihaah 4/607])

Juga dalam hadits ‘Abdullah ibn ‘Amru radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahawa beliau berkata:

“Jika hari Kiamat telah tiba, bumi akan dibentangkan seperti kulit dan binatang akan dikumpulkan. Kemudian diberlakukanlah qishash di antara binatang hingga domba yang kehilangan tanduk akan menuntut qishash dari domba yang bertanduk. Jika qishash itu telah selesai dilaksanakan, kepada domba itu dikatakan, ‘Jadilah tanah!’ Saat itu orang kafir akan berkata, ‘Duhai, aku berharap sekiranya aku menjadi tanah [seperti binatang dan burung itu dijadikan tanah” (Sanadnya jayyid, simak ash shahiihaah 4/607)

Maka wahai orang-orang kaafir (dari kalangan ahli kitab maupun musyrikin) yang belum beragama islam… masuklah kedalam islaam… sebelum datangnya hari penyesalan itu…
Maka wahai orang-orang munaafiq, yang lisan dan identitasnya ‘muslim’, tapi hati, lisan dan anggota badannya benci serta memusuhi islam dan kaum muslimiin, hendaknya bertaubat dan kembali kepada ajaran islam yang benar… sebelum datangnya hari penyesalan itu…
Maka wahai orang-orang muslim… hendaknya bertaqwa kepada Allaah dengan sebenar-benarnya taqwa… istiqamah diatas taqwa tersebut… jangan sampai mencampurkan ketauhidan itu dengna kesyirikan… jangan pula mencampurkan keimanan itu dengan kekufuran/kemunafiqan… agar kita diwafatkanNya dalam keadaan muslim…Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar dijauhkan dari sifat kemunafikan dan dari kerosakan yang timbul dari perilaku orang-oranh munafik dan fasik.
Firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ
اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“(Setelah jelas kesesatan syirik itu) maka hadapkanlah dirimu (engkau dan pengikut-pengikutmu, wahai Muhammad) ke arah ugama yang jauh dari kesesatan; (turutlah terus) ugama Allah, iaitu ugama yang Allah menciptakan manusia (dengan keadaan bersedia dari semulajadinya) untuk menerimanya; tidaklah patut ada sebarang perubahan pada ciptaan Allah itu; itulah ugama yang betul lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Surah Ar-Ruum: 30)

“Sesungguhnya solatku, pengorbanan ku, hidupku dan matiku adalah bagi Allah tuhan Mentadbir sekelian Alam”
Wallahu a'lam . Semoga bermanfaat.

Disusun oleh: HAR

13 July, 2014

Abu Ubaidah bin Al-Jarrah(radiallahu anhu) PEMEGANG AMANAT UMAT beriman DAN RASULULLAH


Nama sebenarnya Amir bin Abdullah bin Al Jarrah bin Hilal Al Fihri Al Quraisy. Terkenal dengan nama Abu Ubaidah Al Jarrah. Beliau lahir di Mekah dari sebuah keluarga Quraisy yang terhormat. Keluarganya dari kalangan pedangang Arab. Beliau termasuk orang yang awal masuk Islam, selepas Abu Bakar as Siddiq.

Kehebatannya dapat kita ketahui melalui sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam:

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda yang maksudnya, "Setiap umat mempunyai sumber kepercayaan, sumber kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah." Itulah penghargaan bintang mahaputra yang diterima oleh Abu Ubaidah dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Penghargaan yang tidak diberikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam kepada sahabat yang lainnya. Tapi ini bukan berarti, bahawa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tidak percaya kepada sahabat yang lainnya. Memang kalau dilihat dari kenyataan yang ada Abu Ubaidah layak mendapatkan gelaran seperti itu. Sekalipun ia tidak mengharapkannya. Dari sosok tubuhnya yang tinggi, kurus tapi bersih, kelihatan tersimpan sifat-sifat mulia yang tidak dimiliki orang lain. Jujur, tawadu', pemalu itulah diantara sifat yang paling menonjol dari Abu 'Ubaidah bin Jarrah (radiallahu anhu). Muhammad bin Ja'far pernah bercerita, suatu ketika datang rombongan Nasrani Najran menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. "Ya Abalqasim," kata utusan itu, "Datangkanlah utusanmu ke negeri kami untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang kami hadapi. Kami betul-betul redha dan yakin terhadap kaum muslimin." Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menyanggupinya dan menjanjikan kepada mereka seraya berkata, "Esok hari aku akan mengutus bersama kalian seorang yang benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya." Rasululah Shalallahu ‘alaihi wassalam menyebut "amin" (terpercaya) sampai diulanginya tiga kali. (Riwayat al-Tirmizi)

Petikan Riwayat dari Hadits Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah:
Rujukan Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (rahimullah)

Petikan Riwayat No.1

حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ الرَّبِيعِ أَبُو خِدَاشٍ حَدَّثَنَا وَاصِلٌ مَوْلَى أَبِي عُيَيْنَةَ عَنْ بَشَّارِ بْنِ
أَبِي سَيْفٍ الْجَرْمِيِّ عَنْ عِيَاضِ بْنِ غُطَيْفٍ قَالَ
دَخَلْنَا عَلَى أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ الْجَرَّاحِ نَعُودُهُ مِنْ شَكْوًى أَصَابَهُ وَامْرَأَتُهُ تُحَيْفَةُ قَاعِدَةٌ
عِنْدَ رَأْسِهِ قُلْتُ كَيْفَ بَاتَ أَبُو عُبَيْدَةَ قَالَتْ وَاللَّهِ لَقَدْ بَاتَ بِأَجْرٍ فَقَالَ أَبُو
عُبَيْدَةَ مَا بِتُّ بِأَجْرٍ وَكَانَ مُقْبِلًا بِوَجْهِهِ عَلَى الْحَائِطِ فَأَقْبَلَ عَلَى الْقَوْمِ بِوَجْهِهِ
فَقَالَ أَلَا تَسْأَلُونَنِي عَمَّا قُلْتُ قَالُوا مَا أَعْجَبَنَا مَا قُلْتَ فَنَسْأَلُكَ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً فَاضِلَةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ
فَبِسَبْعِ مِائَةٍ وَمَنْ أَنْفَقَ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ أَوْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ مَازَ أَذًى فَالْحَسَنَةُ
    حِطَّةٌ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ مَا لَمْ يَخْرِقْهَا وَمَنْ ابْتَلَاهُ اللَّهُ بِبَلَاءٍ فِي جَسَدِهِ فَهُوَ لَهُ

Telah menceritakan kepada kami Ziyad bin Ar Rabi’ Abu Khidasy telah menceritakan kepada kami Washil mantan budak Abu ‘Uyainah, dari Basysyar bin Saif Al Jarmi dari ‘Iyadh bin Ghuthaif berkata; Kami menemui Abu Ubaidah bin Al Jarrah untuk menjenguknya kerana sakit yang menimpanya, sedangkan isterinya Tuhaifah duduk di dekat kepalanya. Aku bertanya; “Bagaimana keadaan Abu Ubaidah tadi malam?” isterinya menjawab; “Demi Allah! dia melewati malamnya dengan mendapatkan pahala.” Abu Ubaidah berkata; “Aku melewati malam dengan tidak mendapatkan pahala.” sebelumnya dia menghadapkan wajahnya ke tembok, lalu menghadap kepada orang-orang. Dia berkata lagi; “Tidakkah kalian menanyakan tentang apa yang baru aku katakan?” Mereka menjawab; “sungguh sangat mengelikan hati kami dengan perkataanmu tadi sehingga kami harus menanyakannya kepadamu.” Dia berkata; Aku mendengar Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa menginfaqkan hartanya yang utama di jalan Allah Subhanahu wa ta’ala, maka baginya tujuh ratus pahala, dan barangsiapa memberikan nafkah untuk dirinya dan keluarganya atau menjenguk orang yang sakit atau menyingkirkan duri maka satu kebaikan baginya dilipatkan menjadi sepuluh kali lipat yang semisalnya. Puasa adalah benteng selama tidak merosaknya (dengan maksiat), dan barangsiapa yang diuji oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dengan suatu ujian di tubuhnya maka baginya dihapuskan dosanya”. 

Petikan Riwayat No.2

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَمُرَةَ بْنِ
جُنْدُبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ قَالَ
آخِرُ مَا تَكَلَّمَ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْرِجُوا يَهُودَ أَهْلِ الْحِجَازِ وَأَهْلِ
مَسَاجِدَ نَجْرَانَ مِنْ جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَاعْلَمُوا أَنَّ شِرَارَ النَّاسِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Maimun telah menceritakan kepada kami Sa’d bin Samurah bin Jundub dari Bapaknya dari Abu Ubaidah berkata; Akhir perkataan yang diucapkan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam adalah: “Keluarkan orang Yahudi Hijaz dan Najran dari Jazirah Arab, dan ketahuilah bahawa orang yang paling buruk diantara manusia adalah mereka yang menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai masjid.”

Petikan Riwayat No. 3

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ خَالِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ سُرَاقَةَ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ الْجَرَّاحِ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ ذَكَرَ الدَّجَّالَ فَحَلَّاهُ بِحِلْيَةٍ لَا أَحْفَظُهَا قَالُوا
يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ قُلُوبُنَا يَوْمَئِذٍ كَالْيَوْمِ فَقَالَ أَوْ خَيْرٌ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Khalid dari Abdullah bin Syaqiq dari Abdullah bin Suraqah dari Abu Ubaidah bin Al Jarrah dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, bahawa beliau menyebutkan tentang Dajjal, lalu beliau memperincikan dengan ciri cirinya yang aku tidak dapat mengingatnya.” Para sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah bagaimana hati kami ketika itu, apakah seperti hari ini?” beliau menjawab; “Atau (boleh jadi) lebih baik.”

Petikan Riwayat No. 4

حَدَّثَنَا عَفَّانُ وَعَبْدُ الصَّمَدِ قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ أَنْبَأَنَا خَالِدٌ الْحَذَّاءُ عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سُرَاقَةَ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ الْجَرَّاحِ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ بَعْدَ نُوحٍ إِلَّا وَقَدْ
أَنْذَرَ الدَّجَّالَ قَوْمَهُ وَإِنِّي أُنْذِرُكُمُوهُ قَالَ فَوَصَفَهُ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ وَلَعَلَّهُ يُدْرِكُهُ بَعْضُ مَنْ رَآنِي أَوْ سَمِعَ كَلَامِي قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ
قُلُوبُنَا يَوْمَئِذٍ أَمِثْلُهَا الْيَوْمَ قَالَ أَوْ خَيْرٌ

Telah menceritakan kepada kami ‘Affan dan Abdushshamad berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah telah memberitakan kepada kami Khalid Al Hadza` dari Abdullah bin Syaqiq dari Abdullah bin Suraqah dari Abu Ubaidah bin Al Jarrah berkata; saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya tidak ada seorang Nabi pun setelah Nabi Nuh Alaihissalam kecuali dia memperingatkan tentang Dajjal kepada umatnya, dan aku pasti memperingatkannya kepada kalian.” Abu Ubaidah berkata; “Lalu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan ciri-cirinya dan berkata; “Barangkali ada sebahgian orang yang sempat melihatku atau mendengar perkataanku akan menemuinya.” para shahabat bertanya; “Apakah keadaan hati kami pada saat itu sebagaimana keadaan hati sekarang ini?” beliau menjawab; “Boleh jadi lebih baik.”

Petikan Riwayat No. 5

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنِ الْحَجَّاجِ بْنِ أَرْطَاةَ عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ
أَبِي مَالِكٍ عَنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ
أَجَارَ رَجُلٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ رَجُلًا وَعَلَى الْجَيْشِ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فَقَالَ خَالِدُ
بْنُ الْوَلِيدِ وَعَمْرُو بْنُ الْعَاصِ لَا نُجِيرُهُ وَقَالَ أَبُو عُبَيْدَةَ نُجِيرُهُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يُجِيرُ عَلَى الْمُسْلِمِينَ أَحَدُهُمْ

Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Umar telah menceritakan kepada kami Abu Israil dari Al Hajjaj bin Arthah dari Al Walid bin Abu Malik dari Al Qasim dari Abu Umamah berkata; Seorang Muslim melindungi seseorang, ketika itu komander pasukan adalah Abu Ubaidah bin Jarrah. Kemudian Khalid bin Al Walid dan ‘Amru bin Ash berkata; “Kami tidak melindunginya.” Maka Abu Ubaidah berkata; Kami melindunginya, kerana saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Salah seorang dari kaum muslim memiliki hak perlindungan.”

Petikan Riwayat No. 6

حَدَّثَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي
وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ سَعَادَةِ ابْنِ آدَمَ ثَلَاثَةٌ وَمِنْ شِقْوَةِ ابْنِ
آدَمَ ثَلَاثَةٌ مِنْ سَعَادَةِ ابْنِ آدَمَ الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ وَالْمَسْكَنُ الصَّالِحُ وَالْمَرْكَبُ
الصَّالِحُ وَمِنْ شِقْوَةِ ابْنِ آدَمَ الْمَرْأَةُ السُّوءُ وَالْمَسْكَنُ السُّوءُ وَالْمَرْكَبُ السُّوءُ

Telah menceritakan kepada kami Rauh telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Humaid telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Muhammad bin Sa’d bin Abu Waqqash dari bapaknya dari datuknya berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga petunjuk kebahagiaan anak Adam, dan tiga petunjuk kesengsaraan anak Adam; petunjuk kebahagiaan anak cucu adam adalah isteri yang solehah, tempat tinggal yang baik dan kendaraan yang baik. Sedangkan petunjuk kesengsaraan anak Adam adalah isteri yang berakhlak buruk, tempat tinggal yang buruk dan kendaraan yang buruk.”

Petikan Riwayat No. 7

حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ مَوْلَى بَنِي هَاشِمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ لَهِيعَةَ حَدَّثَنَا بُكَيْرُ بْنُ
  وَقَّاصٍ يَقُولُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْأَشَجِّ أَنَّهُ سَمِعَ حُسَيْنَ بْنَ عَبْدِ الرَحَّمَنِ يُحَدِّثُ أَنَّهُ سَمِعَ سَعْدَ بْنَ أَبِي 
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ سَتَكُونُ فِتْنَةٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ
        مِنْ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْمَاشِي وَيَكُونُ الْمَاشِي فِيهَا خَيْرًا مِنْ السَّاعِي
قَالَ وَأُرَاهُ قَالَ وَالْمُضْطَجِعُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَاعِدِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id mantan budak Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Lahi’ah telah menceritakan kepada kami Bukair bin Abdullah bin Al Asyaj bahawa dia mendengar Husain bin Abdurrahman menceritakan, bahawa dia mendengar Sa’d bin Abu Waqqash berkata; Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan terjadi suatu fitnah, dimana orang yang duduk ketika itu lebih baik dari orang yang berdiri, dan orang yang berdiri ketika itu lebih baik dari orang yang berjalan, dan orang yang berjalan ketika itu lebih baik dari orang yang berlari.” Husain bin Abdurrahman berkata; Aku mengira Sa’d juga berkata: “Dan orang yang berbaring ketika itu lebih baik dari orang yang duduk.”

Petikan Riwayat No. 8

حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنِ ابْنِ أَخٍ لِسَعْدٍ عَنْ سَعْدٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبَنِي نَاجِيَةَ أَنَا مِنْهُمْ وَهُمْ مِنِّي
 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ وَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِقِصَّةٍ فِيهِ فَقَالَ ابْنُ أَخِي سَعْدِ بْنِ مَالِكٍ
وَلَمْ يُذْكَرْ فِيهِ سَعْدٌ قَدْ ذَكَرُوا بَنِي نَاجِيَةَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ هُمْ حَيٌّ مِنِّي

Telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Simak bin Harb dari anak laki-laki saudara Sa’d dari Sa’d, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Bani Najiyah: “Saya adalah bahgian dari mereka dan mereka adalah bahgian dariku.” Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far kemudian dia menyebutkan redaksi hadits dengan kisah yang di dalamnya dia berkata; anak saudara Sa’d bin Malik berkata; bahawa mereka menyebut-nyebut Bani Najiyah di samping Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda: “Mereka satu perkampungan yang merupakan bahgian dariku.” dan dalam redaksi ini dia tidak menyebutkan Sa’d.”

Petikan Riwayat No. 9 

حَدَّثَنَا حَسَنٌ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ دَاوُدَ بْنِ عَامِرِ
بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ 
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ أَنَّ مَا يُقِلُّ ظُفُرٌ مِمَّا فِي الْجَنَّةِ بَدَا
لَتَزَخْرَفَتْ لَهُ مَا بَيْنَ خَوَافِقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَوْ أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ 
اطَّلَعَ فَبَدَا سِوَارُهُ لَطَمَسَ ضَوْءُهُ ضَوْءَ الشَّمْسِ كَمَا تَطْمِسُ الشَّمْسُ ضَوْءَ النُّجُومِ

Telah menceritakan kepada kami Hasan telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah telah menceritakan kepada kami Yazid bin Abu Habib dari Daud bin ‘Amir bin Sa’d bin Abu Waqqash dari bapaknya dari datuknya dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Seandainya secuil kuku saja dari keindahan yang ada di Syurga muncul, nescaya akan menghiasi ruang yang ada antara langit dan bumi. Seandainya seorang lelaki dari ahli syurga muncul kemudian nampak gelangnya, nescaya cahayanya akan menghapus cahaya matahari sebagaimana cahaya matahari menghapus cahaya bintang.”

Petikan Riwayat No. 10

حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ الْخُزَاعِيُّ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ
عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ سَعْدٍ قَالَ
الْحَدُوا لِي لَحْدًا وَانْصِبُوا عَلَيَّ اللَّبِنَ نَصْبًا كَمَا صُنِعَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حَدَّثَنَا ابْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ
 عَنْ سَعْدٍ فَذَكَرَ مِثْلَهُ وَوَافَقَهُ أَبُو سَعِيدٍ عَلَى عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ كَمَا قَالَ الْخُزَاعِيُّ  

Telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Al Khuza’i telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Ja’far dari Isma’il bin Muhammad dari ‘Amir bin Sa’d dari Sa’d berkata; “Buatkanlah liang lahat untukku dan letakkanlah batu bata sebagaimana telah dibuatkan untuk Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.” Telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdi telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ja’far dari Isma’il bin Muhammad dari bapaknya dari Sa’d kemudian dia menyebutkan hadits yang serupa dengannya, dan Abu Sa’id sepakat Amir bin Sa’d dalam hal ini, sebagaimana yang dikatakan oleh Al Khuza’i.”

Petikan Riwayat No. 11

حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ عَنْ يَزِيدَ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُسَيْطٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ
 أَنَّ قَوْمًا مِنْ الْعَرَبِ أَتَوْا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَأَسْلَمُوا
وَأَصَابَهُمْ وَبَاءُ الْمَدِينَةِ حُمَّاهَا فَأُرْكِسُوا فَخَرَجُوا مِنْ الْمَدِينَةِ فَاسْتَقْبَلَهُمْ نَفَرٌ مِنْ
 أَصْحَابِهِ يَعْنِي أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا لَهُمْ مَا لَكُمْ رَجَعْتُمْ
قَالُوا أَصَابَنَا وَبَاءُ الْمَدِينَةِ فَاجْتَوَيْنَا الْمَدِينَةَ فَقَالُوا أَمَا لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ
 الْآيَةَ { فَمَا لَكُمْ فِي الْمُنَافِقِينَ فِئَتَيْنِ وَاللَّهُ أَرْكَسَهُمْ بِمَا كَسَبُوا }  

Telah menceritakan kepada kami Aswad bin ‘Amir telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Muhammad bin Salamah dari Yazid bin Abdulloh bin Qusaith dari Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf dari Abddurrahman bin Auf; bahawa Suatu kaum dari bangsa Arab menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam di Madinah dan masuk Islam, kemudian mereka ditimpa wabah penyakit di Madinah berupa sakit panas. Lalu mereka kembali murtad dan keluar dari Madinah, maka sekelompok orang dari sahabat beliau, iaitu sahabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam menyusul mereka dan bertanya; “Kenapa kalian kembali menjadi murtad?” mereka menjawab; “Kami terkena wabah penyakit Madinah, Madinah tidak sesuai bagi kami.” Para sahabat berkata; “Bukankah sudah ada contoh dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bagi kalian?” maka sebahgian sahabat berpendapat bahawa mereka munafiq, dan sebahgian yang lain berpendapat bahawa mereka bukan munafiq tetapi mereka adalah orang-orang muslim. maka turunlah firman Allah ‘azza wajalla: (Maka Mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah Subhanahu wa ta’ala telah membalikkan mereka kepada kekafiran).

Petikan Riwayat No. 12

حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ ضَمْضَمِ بْنِ زُرْعَةَ عَنْ
شُرَيْحِ بْنِ عُبَيْدٍ يَرُدُّهُ إِلَى مَالِكِ بْنِ يَخَامِرَ عَنِ ابْنِ السَّعْدِيِّ   
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ مَا دَامَ الْعَدُوُّ يُقَاتَلُ
فَقَالَ مُعَاوِيَةُ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ إِنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْهِجْرَةَ خَصْلَتَانِ إِحْدَاهُمَا أَنْ تَهْجُرَ السَّيِّئَاتِ
   وَالْأُخْرَى أَنْ تُهَاجِرَ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَلَا تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ مَا تُقُبِّلَتْ التَّوْبَةُ وَلَا

قَلْبٍ بِمَا فِيهِ وَكُفِيَ النَّاسُ الْعَمَلَ

Telah menceritakan kepada kami Al Hakam bin Nafi’ telah menceritakan kepada kami Isma’il bin ‘Ayyasy dari Dhamdham bin Zur’ah dari Syuraih bin ‘Ubaid yang dia sandarkan kepada Malik bin Yukhamir dari Ibnu As Sa’di bahawa Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “kewajiban Hijrah tidak akan terputus selama musuh masih memerangi.” maka Mu’awiyah, Abdurrahman bin Auf dan Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash berkata; Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hijrah itu dua macam: yang pertama adalah kamu meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa. Yang kedua adalah kamu berhijrah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan RasulNya. Kewajiban Hijrah tidak akan terputus selama taubat masih diterima, dan taubat akan senantiasa diterima sampai matahari terbit dari barat. Jika matahari sudah terbit dari barat maka setiap hati akan dicap dengan apa yang ada di dalamnya, dan manusia sudah tertutup dari amalan.”

Petikan Riwayat No. 13

حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ حَدَّثَنِي
قَاصُّ أَهْلِ فِلَسْطِينَ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ يَقُولُ
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنْ
كُنْتُ لَحَالِفًا عَلَيْهِنَّ لَا يَنْقُصُ مَالٌ مِنْ صَدَقَةٍ فَتَصَدَّقُوا وَلَا يَعْفُو عَبْدٌ عَنْ
مَظْلَمَةٍ يَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا
وقَالَ أَبُو سَعِيدٍ مَوْلَى بَنِي هَاشِمٍ إِلَّا زَادَهُ اللَّهُ بِهَا عِزًّا يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَفْتَحُ عَبْ
بَابَ مَسْأَلَةٍ إِلَّا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ بَابَ فَقْرٍ

Telah menceritakan kepada kami ‘Affan telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Umar bin Abu Salamah dari bapaknya berkata; telah menceritakan kepadaku seorang pendongeng dari palestina, dia berkata; saya mendengar Abdurrahman bin Auf berkata; Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga hal, demi dzat yang jiwa Muhammad ada di tangannya, jika memang aku terpaksa untuk bersumpah; Tidak akan berkurang harta kerana sedekah maka bersedekahlah. Tidaklah seorang hamba memaafkan perbuatan kezaliman kerana mengaharap redha Allah Subhanahu wa ta’ala kecuali Allah Subhanahu wa ta’ala akan mengangkat derajatnya. – Abu Sa’id mantan budak Bani Hasyim berkata; “Kecuali Allah Subhanahu wa ta’ala akan menambah kewibawaannya pada Hari Kiamat.-Tidaklah seorang hamba membuka pintu meminta-minta kepada orang lain kecuali Allah Subhanahu wa ta’ala akan membukakan baginya pintu kefakiran.”

Petikan Riwayat No. 14

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ حُصَيْنٍ عَنْ هِلَالِ بْنِ يِسَافٍ عَنْ
 عَبْدِ اللَّهِ بْنِ ظَالِمٍ قَالَ
خَطَبَ الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ فَنَالَ مِنْ عَلِيٍّ فَخَرَجَ سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ فَقَالَ أَلَا تَعْجَبُ
مِنْ هَذَا يَسُبُّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَشْهَدُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّا كُنَّا عَلَى حِرَاءٍ أَوْ أُحُدٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اثْبُتْ حِرَاءُ أَوْ أُحُدُ
فَإِنَّمَا عَلَيْكَ صِدِّيقٌ أَوْ شَهِيدٌ فَسَمَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَشَرَةَ فَسَمَّى
أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيًّا وَطَلْحَةَ وَالزُّبَيْرَ وَسَعْدًا وَعَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ
 وَسَمَّى نَفْسَهُ سَعِيدًا

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Hushain dari Hilal bin Yisaf dari Abdullah bin Zhalim berkata; Al Mughirah bin Syu’bah berkhutbah dan mencela Ali radliallahu ‘anhu, maka Sa’id bin Zaid berdiri dan berkata; Tidak kamu heran terhadap orang ini? dia mencela Ali Radhiallah ‘anhu padahal saya menyaksikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ketika kami berada di Hira` atau Uhud. Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tenanglah Wahai Hira` atau Uhud, yang sedang berada di atasmu adalah seorang yang shiddiq atau orang yang syahid!” lalu Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan sepuluh orang.” Kemudian Sa’id menyebutkan: Abu Bakar, Umar, ‘Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’d, Abdurrahman bin ‘Auf, dan dia menyebutkan dirinya sendiri Sa’id.

Petikan Riwayat No.15

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَوْفٍ
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَهْلٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ
أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَرَقَ مِنْ الْأَرْضِ شِبْرًا طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ
قَالَ مَعْمَرٌ وَبَلَغَنِي عَنِ الزُّهْرِيِّ وَلَمْ أَسْمَعْهُ مِنْهُ زَادَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيد

Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari Az Zuhri dari Thalhah bin Abdulloh bin ‘Auf dari Abdurrahman bin Sahl dari Sa’id bin Zaid bin ‘Amru bin Nufail bahawa dia mendengar Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa mencuri sejengkal tanah nescaya kelak akan dikalungkan kepadanya dari tujuh lapis bumi.” Ma’mar berkata; telah sampai kepadaku dari Az Zuhri, namun saya tidak mendengar dia memberikan tambahan dalam hadits ini lafazh: “Barangsiapa terbunuh kerana membela hartanya maka dia adalah syahid.”

Petikan Riwayat No. 16

حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا زَائِدَةُ حَدَّثَنَا حُصَيْنُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ هِلَالِ
بْنِ يِسَافٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ ظَالِمٍ التَّيْمِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ قَالَ
أَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ قُلْتُ وَمَا ذَاكَ قَالَ هُوَ فِي التِّسْعَةِ وَلَوْ شِئْتُ أَنْ
أُسَمِّيَ الْعَاشِرَ سَمَّيْتُهُ قَالَ اهْتَزَّ حِرَاءٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اثْبُتْ
حِرَاءُ فَإِنَّهُ لَيْسَ عَلَيْكَ إِلَّا نَبِيٌّ أَوْ صِدِّيقٌ أَوْ شَهِيدٌ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعَلِيٌّ وَعُثْمَانُ وَطَلْحَةُ وَالزُّبَيْرُ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ
عَوْفٍ وَسَعْدٌ وَأَنَا يَعْنِي سَعِيدًا نَفْسَهُ

Telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah bin ‘Amru telah menceritakan kepada kami Za`idah telah menceritakan kepada kami Hushain bin Abdurrahman dari Hilal bin Yisaf dari Abdullah bin Zhalim At Taimi dari Sa’id bin Zaid bin ‘Amru bin Nufail berkata; “Saya bersaksi bahawa Ali termasuk dari ahli syurga.” Abdullah bertanya; “Apa alasannya?” dia menjawab; “Dia termasuk dari salah satu dari sembilan orang. Kalau saya mau, saya boleh sebutkan orang kesepuluh.” Dia berkata; “Gunung Hira` pernah bergoyang, kemudian Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tenanglah Wahai Hira`, yang sedang berada di atasmu adalah Nabi, atau orang shiddiq atau orang yang syahid” lalu Sa’id menyebutkan; “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar, Umar, Ali, ‘Utsman, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’d dan saya.” Yaitu Sa’id sendiri.

Petikan Riwayat No. 17

حَدَّثَنَا يَزِيدُ حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ عَنْ نُفَيْلِ بْنِ هِشَامِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو
بْنِ نُفَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَكَّةَ هُوَ وَزَيْدُ بْنُ حَارِثَةَ فَمَرَّ بِهِمَا زَيْدُ
بْنُ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ فَدَعَوَاهُ إِلَى سُفْرَةٍ لَهُمَا فَقَالَ يَا ابْنَ أَخِي إِنِّي لَا آكُلُ مِمَّا ذُبِحَ
عَلَى النُّصُبِ قَالَ فَمَا رُئِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ ذَلِكَ أَكَلَ شَيْئًا مِمَّا
ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبِي كَانَ كَمَا قَدْ رَأَيْتَ وَبَلَغَكَ
وَلَوْ أَدْرَكَكَ لَآمَنَ بِكَ وَاتَّبَعَكَ فَاسْتَغْفِرْ لَهُ قَالَ نَعَمْ فَأَسْتَغْفِرُ لَهُ فَإِنَّهُ يُبْعَثُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أُمَّةً وَاحِدَةً

Telah menceritakan kepada kami Yazid telah menceritakan kepada kami Al Mas’udi dari Nufail bin Hisyam bin Sa’id bin Zaid bin ‘Amru bin Nufail dari bapaknya dari datuknya berkata; Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan Zaid bin Haritsah di Mekkah, lewatlah di hadapan keduanya Zaid bin ‘Amru bin Nufail, kemudian Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan Zaid mengajaknya (ikut bergabung) menyantap hidangan. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai anak saudaraku, sesungguhnya aku tidak makan sembelihan yang disembelih untuk berhala,” Sa’id berkata; ” Setelah itu Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah terlihat makan makanan yang disembelih atas nama berhala. Saya berkata; “Wahai Rasulullah, anda tahu keadaan bapakku sebagaimana yang anda lihat, seandainya dia mendapati anda nescaya dia beriman dan mengikuti anda, maka mintakanlah ampunan untuknya!” beliau menjawab; “Ya. Aku mohonkan ampunan untuknya dan dia akan dibangkitkan pada Hari Kiamat sebagai umat yang satu.”

Petikan Riwayat No. 18

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَنْبَأَنَا شُعَيْبٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي حُسَيْنٍ قَالَ
بَلَغَنِي أَنَّ لُقْمَانَ كَانَ يَقُولُ يَا بُنَيَّ لَا تَعَلَّمْ الْعِلْمَ لِتُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ تُمَارِيَ بِهِ
السُّفَهَاءَ وَتُرَائِيَ بِهِ فِي الْمَجَالِسِ فَذَكَرَهُ وَقَالَ حَدَّثَنَا نَوْفَلُ بْنُ مُسَاحِقٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مِنْ أَرْبَى الرِّبَا الِاسْتِطَالَةُ فِي عِرْضِ
مُسْلِمٍ بِغَيْرِ حَقٍّ وَإِنَّ هَذِهِ الرَّحِمَ شِجْنَةٌ مِنْ الرَّحْمَنِ فَمَنْ قَطَعَهَا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah memberitakan kepada kami Syu’aib dari Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Husain berkata; telah disampaikan kepadaku bahawa Luqman berkata; “wahai anakku, janganlah kamu belajar ilmu untuk berbangga diri kepada para ulama atau untuk mendebat orang-orang bodoh dan untuk diperlihatkan di majlis-majlis.” Lalu Abdullah menyebutkan secara lengkap, kemudian berkata; telah menceritakan kepada kami Naufal bin Musahiq dari Sa’id bin Zaid dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, bahawa beliau bersabda: “Sesungguhnya riba yang paling buruk adalah merosak kehormatan seorang muslim tanpa hak, dan sesungguhnya rahim dijalinkan oleh Ar Rahman, barangsiapa yang memutuskannya nescaya Allah Subhanahu wa ta’ala mengharamkan baginya syurga.

Petikan Riwayat No.19

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْهَاشِمِيُّ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي
عُبَيْدَةَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَوْفٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ
دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ
حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمَّارٍ عَنْ
طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَوْفٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ مِثْلَهُ

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Daud Al Hasyimi telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’d dari Bapaknya dari Abu ‘Ubaidah bin Muhammad bin Ammar bin Yasir dari Thalhah bin Abdulloh bin ‘Auf dari Sa’id bin Zaid berkata; Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa terbunuh kerana membela hartanya maka dia mati syahid. Barangsiapa terbunuh kerana melindungi keluarganya maka dia mati syahid. Barangsiapa terbunuh kerana mempertahankan darahnya maka dia mati syahid.” Telah menceritakan kepada kami Ya’qub telah menceritakan kepada kami bapakku dari Abu ‘Ubaidah bin Muhammad bin Ammar bin Yasir dari Thalhah bin Abdullah bin ‘Auf dari Sa’id bin Zaid berkata; saya mendengar Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda: kemudian dia menyebutkan hadits yang sama di atas. (Petikan riwayat no. 15)

Petikan Riwayat No. 20

حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ دُكَيْنٍ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُهَاجِرٍ حَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ
عَمْرَو بْنَ حُرَيْثٍ يُحَدِّثُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَا مَعْشَرَ الْعَرَبِ احْمَدُوا اللَّهَ الَّذِي
رَفَعَ عَنْكُمْ الْعُشُورَ

Telah menceritakan kepada kami Al FAdhl bin Dukain telah menceritakan kepada kami Israil dari Ibrahim bin Muhajir telah menceritakan kepadaku seseorang yang mendengar ‘Amru bin Huraits bercerita dari Sa’id bin Zaid berkata; saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai orang-orang Arab, pujilah Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah mengangkat (kewajiban) pajak hasil perdagangan dari kalian.”

Makam Abu Ubaidah di Balqa, Jordon

Complied by: HAR