Al Birr iaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam (artinya) :
"Al Birr adalah baik-nya akhlaq". (Diriwayatkan oleh Muslim)
Sebagai anak, sebenarnya banyak hal yang dapat kita lakukan untuk melahirkan rasa bakti dan hormat kita kepada kedua orang tua. Memandang dengan rasa kasih sayang dan bersikap lemah lembut kepada mereka pun termasuk birrul walidain. Saperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Al-Isra:23).
"Al Birr adalah baik-nya akhlaq". (Diriwayatkan oleh Muslim)
"Al Birr adalah mentaati kedua orang tua didalam semua apa yang mereka perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah, dan Al 'Uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya." (Disebutkan dalam kitab Ad Durul Mantsur 5/259)
Berkata Urwah bin Zubair semoga Allah meredhai mereka berdua tentang firman Allah Subhanahu wa Ta'ala bermaksud:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ
ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
"Dan rendahkanlah dirimu kepada keduanya kerana belas kasihan dan kasih sayangmu, dan doakanlah: Wahai Tuhanku! Kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka telah memelihara dan mendidikku semasa kecil. " ( Surah Al=Israa': 24)
"Jangan sampai mereka berdua tidak ditaati sedikitpun". (Ad Darul Mantsur 5/259)
Berkata Imam Al Qurtubi semoga Allah merahmatinya : "Termasuk 'Uquuq (durhaka) kepada orang tua adalah menyelisihi/ menentang keinginan-keinginan mereka dari (perkara-perkara) yang mubah (membolehkan), sebagaimana Al Birr (berbakti) kepada keduanya adalah memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Oleh karena itu, apabila salah satu atau keduanya memerintahkan sesuatu, wajib engkau mentaatinya selama hal itu bukan perkara maksiat, walaupun apa yang mereka perintahkan bukan perkara wajib tapi mubah pada asalnya, demikian pula apabila apa yang mereka perintahkan adalah perkara yang disukai/disunnahkan). (Al Jami' Li Ahkamil Qur'an Jil 6 hal 238).
Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah semoga Allah merahmatinya: Berkata Abu Bakar di dalam kitab Zaadul Musaafir "Barangsiapa yang menyebabkan kedua orang tuanya marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya agar dia boleh tertawa (senang) kembali". (Ghadzaul Al Baab 1/382).
Suatu hari ada seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu ’Alaihi wa sallam. Dia bertanya, “Wahai Rasulullah, aku mempunyai harta kekayaan dan anak. Sementara ayahku berkeinginan menguasai harta milikku dalam pembelanjaan. Apakah yang demikian ini benar?” Maka jawab Rasulullah, “Dirimu dan harta kekayaanmu adalah milik orang tuamu.” (Riwayat Ibnu Majah dari Jabir bin Abdillah).
Begitulah, syari’at Islam menetapkan betapa besar hak-hak orang tua atas anaknya. Bukan saja ketika sang anak masih hidup dalam tanggung jawab kedua orang tuanya, bahkan ketika ia sudah berkeluarga dan hidup berdikari. Tentu saja hak-hak yang agung tersebut sebanding dengan besarnya jasa dan pengorbanan yang telah mereka berikan. Sehingga tak menghairankan jika perintah berbakti kepada orang tua menempati kedudukan ke dua setelah perintah beribadah kepada Allah dengan mengesakan-Nya.
Allah berfirman:
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia dengan sesuatu apa jua; dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibubapa...."(Surah An Nisaa': 36)
Hukum Birrul Walidain (berbakti kepada orang Tua)
Para Ulama' Islam sepakat: bahawa hukum berbuat baik (berbakti) pada kedua orang tua hukumnya adalah wajib, hanya yang mereka berselisih ialah tentang ibarat-ibarat (contoh pengamalan) nya.
Berkata Ibnu Hazm, semoga Allah merahmatinya.
"Birul Walidain adalah fardhu (wajib bagi masing-masing individu). Berkat beliau dalam kitab Al Adabul Kubra: Berkata Al Qodli Iyyad: "Birrul walidain adalah wajib pada selain perkara yang haram." (Ghdzaul Al Baab 1/382)
Dalil-dalil Shahih dan Sharih (jelas) yang mereka gunakan banyak sekali , diantaranya:
1. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia dengan sesuatu apa jua; dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibubapa...." (Surah An-Nisaa': 36)
Dalam ayat ini (berbuat baik kepada Ibu Bapak) merupakan perintah, dan perintah disini menunjukkan kewajiban, khususnya, karena terletak setelah perintah untuk beribadah dan meng-Esa-kan (tidak mempersekutukan) Allah, serta tidak didapatinya perubahan (kalimat dalam ayat tersebut) dari perintah ini. (Al Adaabusy Syar'iyyah 1/434).
"Dan sembahlah olehmu akan Allah,". Hendaklah tegakkan ibadat, hendaklah engkau sedar selalu bahawa engkau ini adalah 'abdun' iaitu hamba dari Allah dan Dia adalah 'ma'budmu', iaitu tempat menghadapkan sembah. Maka beribadat kepada Allah itu, hendaklah semata-mata kepada Allah, Esa tujuan dan janganlah musyrik. Jangan memandang ada sesuatu yang lain dari Allah. Maka tiba lanjutan ayat: "Dan dengan kedua ibu-bapa, hendaklah berlaku baik." Berlaku hormat dan khidmat, cinta dan kasih. Inilah yang kedua sesudah taat kepada Allah. (Tafsir Al-Azhar)
2. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
"Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepada-Nya, dan hendaklah engkau berbuat baik kepada kedua ibu bapa." (Surah Al-Israa': 23)
Adapun makna ( qadhoo ) = Berkata Ibnu Katsir : yakni, mewasiatkan. Berkata Al Qurthubiy : yakni, memerintahkan, menetapkan dan mewajibkan. Berkata Asy Syaukaniy: "Allah memerintahkan untuk berbuat baik pada kedua orang tua seiring dengan perintah untuk mentauhidkan dan beribadah kepada-Nya, ini pemberitahuan tentang betapa besar haq mereka berdua, sedangkan membantu urusan-urusan (pekerjaan) mereka, maka ini adalah perkara yang tidak bersembunyi lagi (perintahnya)." (Fathul Qodiir 3/218).
Pada suatu ketika, ada seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia bersama seorang laki-laki lanjut usia. Rasulullah bertanya, ”Siapakah orang yang bersamamu?” Maka jawab laki-laki itu, “Ini ayahku”. Rasulullah kemudian bersabda, “Janganlah kamu berjalan di depannya, janganlah kamu duduk sebelum dia duduk, dan janganlah kamu memanggil namanya dengan sembarangan serta janganlah kamu menjadi penyebab dia mendapat cacian dari orang lain.” (Imam Ath-Thabari dalam kitab Al-Ausath)
Berbakti kepada orang tua tidak hanya terbatas ketika mereka masih hidup, tetapi boleh dilakukan setelah mereka wafat. Perkara itu pernah ditanyakan oleh seorang sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Rasulullah menjawab, “Yakni dengan mengirim doa dan memohonkan ampunan . Menepati janji dan nadzar yang pernah diikrarkan kedua orang tua, memelihara hubungan silaturahim serta memuliakan kawan-kawan dan kerabat orang tuamu.” Demikian Imam Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hiban meriwayatkan bersumber dari Abu Asid Malik bin Rabi’ah Ash-Sha’idi.
3. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ
وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
"Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dengan menanggung kelemahan atas kelemahan dan menceraikan susunya dalam masa dua tahun; bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapamu; dan kepada Akulah tempat kembalimu. " (Surah Luqman: 14)
Berkata Ibnu Abbas semoga Allah mereadhai mereka berdua "Tiga ayat dalam Al Qur'an yang saling berkaitan dimana tidak diterima salah satu tanpa yang lainnya, kemudian Allah menyebutkan diantaranya firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :"Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang Ibu Bapakmu", Berkata beliau. "Maka, barangsiapa yang bersyukur kepada Allah akan tetapi dia tidak bersyukur pada kedua Ibu Bapaknya, tidak akan diterima (rasa syukurnya) dengan sebab itu." (Al Kabaair milik Imam Adz Dzahabi hal 40).
Berkaitan dengan ini, Rasulullah Shalallahu'Alaihi wa Sallam bersabda :
"Kereadhaan Rabb (Allah) ada pada kereadhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua" ((Riwayat Tirmidzi dalam Jami'nya (1/ 346), Hadits ini Shahih, lihat Silsilah Al Hadith Ash Shahiihah No. 516).
4. Hadith Al Mughirah bin Syu'bah - semoga Allah meredhainya, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam beliau bersabda :"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian mendurhakai para Ibu, mengubur hidup-hidup anak perempuan, dan tidak mau memberi tetapi meminta-minta (bakhil) dan Allah membenci atas kalian (mengatakan) katanya si fulan begini si fulan berkata begitu (tanpa diteliti terlebih dahulu), banyak bertanya (yang tidak bermanfaat), dan membuang-buang harta". (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya).
Keutamaan Birrul Walidain
Pertama : Termasuk Amalan Yang Paling Mulia
Dari Abdullah bin Mas'ud semoga Allah meredhainya dia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam: Apakah amalan yang paling dicintai oleh Allah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam: "Sholat tepat pada waktunya", Saya bertanya : Kemudian apa lagi?, Bersabada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam "Berbuat baik kepada kedua orang tua". Saya bertanya lagi : Lalu apa lagi?, Maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : "Berjihad di jalan Allah".(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya).
Kedua : Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman (artinya) :
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ
وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ
أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ
وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah mengandungkannya dan telah melahirkannya dengan bersusah payah. Sedang tempoh mengandungnya berserta dengan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa tiga puluh bulan. Setelah ia sampai ke peringkat dewasa dan sampai umur empat puluh tahun, berdoalah ia: Wahai Tuhanku, ilhamkanlah daku supaya bersyukur akan nikmat-Mu yang engkau kurniakan kepadaku dan kepada ibu bapaku, dan supaya aku tetap mengerjakan amal salih yang Engkau redhai; dan jadikanlah sifat-sifat kebaikan meresap masuk ke dalam jiwa zuriat keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepadamu, dan sesungguhnya aku dari orang Islam yang tunduk patuh kepadamu. " (Surah Al-Ahqaaf:15)
Dan Firman Allah seterusnya:
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ
عَن سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ
"Mereka itulah orang yang Kami terima dari mereka amalnya yang baik yang mereka kerjakan, dan Kami ampunkan kesalahan-kesalahan mereka; Mereka akan dimasukkan ke dalam kumpulan ahli syurga; sebagai memenuhi janji yang benar, yang telah dijanjikan kepada mereka." (Surah Al-Ahqaaf:16)
Diriwayatkan oleh ibnu Umar semoga Allah meredhai keduanya bahwasannya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan berkata : Wahai Rasulullah sesungguhnya telah menimpa kepadaku dosa yang besar, apakah masih ada pintu taubat bagi saya?, Maka bersabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam : "Apakah Ibu mu masih hidup?", berkata dia : tidak. Bersabda beliau Shalallahu 'Alaihi Wasallam : "Adakah ibu saudaramu masih ada?", dia berkata : "Ya" . Bersabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam : "Berbuat baiklah padanya". (Diriwayatkan oleh Tirmidzi didalam Jami'nya dan berkata Al 'Arnauth : Perawi-perawinya tsiqoh. Dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al Hakim. Lihat Jaami'ul Ushul (1/ 406).
Ketiga : Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga :
Dari Abu Hurairah, semoga Allah meredhainya, dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : "Celakalah dia, celakalah dia", Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam ditanya : Siapa wahai Rasulullah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam : "Orang yang menjumpai salah satu atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut kemudian dia tidak masuk surga".(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya No. 1758, ringkasan).
Dari Mu'awiyah bin Jaahimah semoga Allah meredhai mereka berdua, Bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam kemudian berkata : "Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan saya datang (ke sini) untuk minta nasehat pada anda. Maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : "Apakah kamu masih memiliki Ibu?". Berkata dia : "Ya". Bersabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam : "Tetaplah dengannya karena sesungguhnya shorga itu dibawah telapak kakinya".(Hadits Hasan diriwayatkan oleh Nasa'i dalam Sunannya dan Ahmad dalam Musnadnya, Hadits ini Shohih. (Lihat Shahihul Jaami No. 1248)
Keempat : Merupakan Sebab keredhaan Allah
Sebagaimana hadits yang terdahulu, "Keredhaan Allah ada pada keredhaan kedua orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang tua".
Kelima : Merupakan Sebab Bertambahnya Umur
Diantarnya hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik semoga Allah meredhainya, dia berkata, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :
"Barangsiapa yang suka Allah besarkan rezkinya dan Allah panjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahim".
Keenam : Merupakan Sebab Berkahnya Rezki
Dalilnya, sebagaimana hadits sebelumnya.
Bukan dalam Syirik dan Maksiat
Mesti kita diperintah untuk taat dan patuh kepada mereka, namun hal itu tak berlaku ketika keduanya memerintahkan kita untuk menyekutukan Allah dan bermaksiat kepada-Nya. Rasulullah bersabda,”Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah.” (Riwayat Ahmad)
Kita tentu ingat kisah seorang sahabat, Sa’ad bin Waqash yang diberi dua pilihan oleh ibunya yang masih musyrik: kembali kepada kemusyrikan atau ibunya akan mogok makan dan ,minum sampai mati. Ketika sang ibu tengah melakukan aksinya selama tiga hari tiga malam, beliau berkata,”Wahai Ibu, seandainya Ibu memiliki 1000 jiwa kemudian satu per satu meninggal, tetap aku tidak akan meninggalkan agama baruku (Islam). Karena itu, terserah ibu mau makan atau tidak.” Melihat sikap Sa’ad yang berkeras itu maka ibunya pun menghentikan aksinya. Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Luqman:15). Jadi, kalau orangtua kita mengajak kia ke arah kemusyrikan maka tidak wajib kita mentaati mereka. Hanya sebagai anak sahaja tetap berkewajiban bergaul dengan baik selama di dunia. Sikap santun harus senantiasa dijaga.
Awas: Durhaka!
Durhaka kepada orang tua (‘uquuqul walidain) termasuk dalam kategori dosa besar. Bentuknya boleh berupa tidak mematuhi perintah, mengabaikan, menyakiti, meremehkan, memandang dengan marah, mengucapkan kata-kata yang menyakitkan perasaan, sebagaimana disinggung dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan ‘ah’ kepada orang tua.” (Al-Isra’ : 23). Jika berkata ‘ah/cis/huh’ saja dah tak boleh, apalagi yang lebih kasar daripada itu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Barangsiapa membuat hati orang tua sedih, berarti dia telah durhaka kepadanya.” (Riwayat Bukhari). Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda, “Termasuk perbuatan durhaka seseorang yang membelalakkan matanya karena marah.” (Riwayat Thabrani).
Orang tua kita, siapa pun orangnya, memang harus dihormati, apalagi jika beliau seorang muslim. Rasulullah pernah berpesan, “Seorang muslim yang mempunyai kedua orang tua yang muslim, kemudian ia senantiasa berlaku baik kepadanya, maka Allah berkenan membukakan dua pintu surga baginya. Kalau ia memiliki satu orang tua saja, maka ia akan mendapatkan satu pintu shorga terbuka. Dan kalau ia membuat kemurkaan kedua orang tua maka Allah tidak redha kepada-Nya.” Maka ada seorang bertanya, “Walaupun keduanya berlaku zhalim kepadanya?” Jawab Rasulullah, “Ya, sekalipun keduanya menzhaliminya.” (Riwayat Bukhari)
Berhubungan dengan orang tua memang harus hati-hati.
Jangan sampai hanya karena emosi, kelalaian, ketidaksabaran plus rasa ego kita yang besar, kita terjerumus ke dalam ‘uququl walidain' yang berarti kemurkaan Allah. Na’udzubillah. Bukankah dalam sebuah hadits Rasulullah pernah berpesan bahwa keredhaan Allah berada dalam keredhaan orang tua, dan kemurkaan Allah berada dalam kemarahan orang tua? Selagi masih ada waktu dan kesempatan, tunjukkanlah cinta, sayang, hormat, dan bakti kita kepada keduanya, hanya untuk satu tujuan: meraih cinta, ampunan, pahala, dan redha-Nya…Wallahu A’lam.
Penulis: Ustadz Abu Hamzah Yusuf
Penyunting/edit: HAR