SEDARILAH REALITI INI????
Pernahkah kita berfikir, berapa orang yang
meninggal dunia di negara kita selama satu bulan ? Atau selama satu tahun ?
Atau bahkan setiap hari di seluruh penjuru bumi ini ? Ketetapan Allâh Subhanhu wa Ta'ala terus berjalan. Ada yang lahir ke dunia
dan sebahagian lagi meninggal dunia. Suatu saat nanti, pasti kita akan
mendapatkan giliran nya. Ini sebuah realiti kehidupan yang tidak boleh dihindari.
Namun sangat disayangi, banyak orang lupa atau melupakan kematian…….!!!!
Sedangkan dahulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam banyak membicarakan tentang kematian
kepada para sahabat, sementara keadaan hati mereka hidup. Ini sangat berbeza
dengan reality sekarang ini. Betapa banyak acara yang dibuat, upaya yang
dirancang untuk mengalih perhatian dari kematian. Sedangkan kita sangat
memerlukannya untuk menyedarkan kita dari kelalaian dan melunakkan hati yang
sudah mengeras !! Kalau kita mau menjawab dengan jujur, Siapakah yang lebih
memerlu terhadap pembicaraan tentang kematian, kita ataukah para shahabat
Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam
? Jawabnya, tentu kita.
Oleh kerana itu, pembicaraan tentang kematian
kita tuliskan. Pembicaraan tentang sebuah peristiwa yang amat mengerikan.
Peristiwa yang memutuskan seluruh kesenangan dan menguburkan seluruh
angan-angan. Kematian bererti berpisah dengan orang-orang yang dicintai.
Kematian memutus kesempatan beramal, dan mengantarkan kita ke gerbang hisab!
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menasehati kita dengan nasehat
yang menyentuh. Beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda :
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ :
الْمَوْتَ , فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ
وَسَّعَهُ عَلَيْهِ , وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ
"
Perbanyaklah
mengingat pemutus kenikmatan, iaitu kematian. Kerana kematian itu, jika diingat
oleh orang yang sedang dalam kesusahan hidup, maka akan boleh meringankan
kesusahannya. Dan jika diingat oleh orang yang sedang senang, maka akan boleh
membatasi kebahagiaannya itu". [HR. ath-Thabrani dan al-Hakim. Lihat Shahîh
al-Jâmi’ush Shaghîr: no. 1222; Shahîhut Targhîb, no: 3333]
Mengingati kematian itu dapat menghidupkan
hati kita. Orang yang benar-benar malu terhadap Allâh Azza wa Jalla tidak akan melalaikan kematian serta tidak akan
meremehkan persiapan menghadapi kematian. Sebagaimana disebutkan dalam hadits :
"Dari ‘Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu
'anhu, dia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: “Hendaklah kamu benar-benar malu kepada Allâh!”.
Kami mengatakan, “Wahai Rasûlullâh, Alhamdulillah kami malu (kepada Allah)”.
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Bukan begitu (sebagaimana yang kamu sangka - pen). Tetapi (yang
dimaksud) benar-benar malu kepada Allâh adalah engkau menjaga kepala dan
isinya, menjaga perut dan apa yang berhubungan dengannya; dan hendaklah engkau
mengingat kematian dan kebinasaan. Dan barangsiapa menghendaki akhirat, dia
meninggalkan perhiasan dunia. Barangsiapa telah melakukan itu, beraerti dia
telah benar-benar malu kepada Allâh Azza wa Jalla". [HR. Tirmidzi, no.
2458; Ahmad, no. 3662; Syaikh al-Albâni rahimahullah
menyatakan ‘Hasan lighairihi, dalam kitab Shahîhut Targhîb, 3/6, no. 2638,
penerbit. Maktabah al-Ma’ârif]
Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam tidak membiarkan kesempatan berlalu begitu saja. Bila ada
kesempatan, beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam selalu mengingatkan para sahabatnya tentang kematian dan berbagai rentetan (series) persistiwa yang akan
mengiringinya.
Dari al-Bara’ Radhiyallahu 'anhu, dia berkata,
“Kami bersama Rasûlullâh Shallallahu
'alaihi wa sallam pada (penguburan-red) suatu jenazah, lalu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam duduk pada
tepi kubur, kemudian beliau menangis sehingga tanah menjadi basah, lalu beliau
bersabda: “Wahai saudara-saudaraku! Bersiap-siaplah untuk yang saperti ini !” [HR. Ibnu Mâjah, no:
4190, di hasan kan
oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah]
Dalam riwayat lain, al-Barâ’ bin ‘Azib
mengatakan :
"Ketika kami bersama Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba
beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
melihat sekelompok orang, maka beliau bertanya, ‘Untuk apa mereka berkumpul?’
Dikatakan kepada beliau, ‘Mereka berkumpul pada kuburan yang sedang mereka
gali’. Beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam terperanjat, lalu bergegas mendahului para sahabat sehingga sampai
di kuburan, lalu beliau berlutut ke arah kuburan. Bara’ berkata, ‘Maka aku
menghadap di depan beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam untuk melihat apa yang akan beliau lakukan’. Kemudian
beliau menangis sehingga tanah menjadi basah karena air mata beliau. Lalu
beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
menghadap kepada kami dan bersabda, “Wahai saudara-saudaraku! Bersiap-siaplah
untuk yang sepertil hari ini!” [Lihat Silsilatush Shahîhah, no. 1751, karya Syaikh
al-Albâni rahimahullah]
Demikian juga Salafus Shalih, mereka
mengingat kematian dan mengingatkan orang lain dengannya. Diriwayatkan bahawa
Uwais al-Qarni rahimahullah berkata
kepada penduduk Kufah, “Wahai penduduk
Kufah, sesungguhnya ketika kamu tidur, kamu berbantalkan kematian. Oleh karena
itu, jika kamu telah bangun, jadikanlah kematian itu selalu di hadapanmu.”
Mengingat kematian itu memiliki pengaruh
besar dalam menyedarkan jiwa dari kelalaian. Kematian merupakan pelajaran
terbesar. Seorang ahli zuhud ditanya, “Apakah
pelajaran yang paling berpengaruh?” Dia menjawab, “Melihat tempat orang-orang yang mati”. Ahli zuhud yang lain
mengatakan, “Orang yang tidak berhenti
dari kemaksiatan dengan (nasehat) al-Qur’ân dan kematian, seandainya
gunung-gunung bertabrakkan di hadapannya, dia juga tidak akan berhenti!”
Sungguh, ziarah kubur, menyaksikan jenazah,
melihat orang sekarat (meninggal), merenungkan sakaratul maut, merenungkan wajah
mayat setelah matinya, akan mengekang jiwa dari berbagai kesenangannya serta
akan mengusir kegembiraan hati.
Orang yang mempersiapkan diri menghadapi
kematian, dia akan beramal dengan bersungguh-sungguh dan memendekkan
angan-angan.
Al-Lubaidi berkata, “Aku melihat Abu Ishâq rahimahullah di waktu hidupnya, selalu
mengeluarkan sehelai kertas dan membacanya. Ketika dia telah wafat, aku melihat
kertas tersebut, ternyata tertulis padanya ‘Perbaguslah amalanmu, sesungguhnya
ajalmu telah dekat !! Perbaguslah amalanmu, sesungguhnya ajalmu telah dekat !!!
’.
Saudara-saudaraku, sesungguhnya orang yang
hidup dengan tetap berwaspada diakhir kehidupan, dia akan menjalani kehidupan dengan terus mempersiapkan diri. Sehingga
ketika kematian menjelang, dia tidak menyesal atau kalau pun menyesal tapi
tidak terlalu.
Oleh kerana itu diriwayatkan bahawa Syaqiq al-Balkhi rahimahullah berkata, “Bersiaplah!!! Jika kematian mendatangimu,
engkau tidak berteriak sekuat tenaga memohon kehidupan. Namun permohonanmu tidak
akan dikabulkan”.
Dengan nasehat ini kami ingin membangunkan
hati dari tidurnya, menghentikan jiwa dari bergelimang dalam kesesatan dan
syahwatnya.
Dengan nasehat ini kami ingin orang yang
shalih bertambah keshalihannya dan orang yang lalai segera bangun sebelum
menyesal atau sebelum kematiannya.
Kalian telah melihat kehidupan ini berlalu
dengan cepat, namun kebanyakan orang tidak menyedarinya. Ada yang lahir sementara yang lain meninggal.
Rahim mengeluarkan bayinya, sementara bumi menelan mayat.
Saudara-saudaraku, kehidupan di dunia ini
terbatas waktunya. Dia pasti akan berakhir. Orang-orang shalih akan mati,
begitu juga orang-orang jahat. Orang-orang bertaqwa akan meninggal, begitu juga
yang bergelimang dosa.
Para pahlawan dan mujahid, para penakut dan
orang yang lari meninggalkan medan
jihad, semua akan mati. Orang-orang mulia yang hidup untuk akhirat dan
orang-orang tamak yang hidupnya hanya untuk kesenangan dunia, semuanya tak akan
luput dari kematian.
Orang-orang yang memiliki cita-cita tinggi
atau hidup hanya untuk syahwat kemaluan dan perut, semuanya pasti dicabut
nyawanya.
Allâh Azza
wa Jalla berfirman :
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
"Semua
yang ada di bumi itu akan binasa". [Surah: Ar-Rahmân: 26]
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ
"Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati". [Surah: Ali Imrân:185]
Semua makhluk yang bernyawa akan mengalami
kematian. Ia merupakan hakikat, namun kita selalu berusaha lari darinya.
Kematian merupakan hakikat, yang boleh menggulingkan:
-
Keangkuhan orang-orang yang bersombong
-
Penentangan orang-orang yang menyimpang
-
Kezhaliman para thagut yang mengangkat dirinya sebagai tuhan yang
harus ditaati.
-
Kematian merupakan hakekat yang akan dialami oleh semua yang
bernyawa, bahkan para Nabi dan Rasul. Allâh berfirman :
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ
الْخُلْدَ أَفَإِن مِّتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ
“Dan Kami tidak menjadikan seseorang manusia sebelummu dapat
hidup kekal (di dunia ini). Maka kalau engkau meninggal dunia (wahai Muhammad),
adakah mereka akan hidup selama-lamanya?” [Surah:Al-Anbiyâ’:34]
Kematian merupakan realiti yang terdengar
sepanjang zaman dan di setiap tempat dan saat. Dia terdengar di telinga, masuk
ke pemikiran semua orang yang berakal dan mengetuk hati semua orang yang hidup.
Dia membisikan bahawa semua orang akan mati, kecuali Dzat yang memiliki
kemuliaan dan keperkasaan.
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ
تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap sesuatu akan binasa melainkan Zat Allah.
BagiNyalah kuasa memutuskan segala hukum, dan kepadaNyalah kamu semua
dikembalikan (untuk dihitung amal masing-masing dan menerima balasan)”. [Surah: Al-Qasas:88]
Kematian merupakan realita yang mungkin
dihindari. Allâh Subhanahu wa Ta'ala
berfirman :
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ
فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ
تَعْمَلُونَ
Katakanlah (wahai Muhammad): "Sebenarnya maut yang kamu
melarikan diri daripadanya itu, tetaplah ia akan menemui kamu; kemudian kamu
akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui segala yang ghaib dan yang
nyata, lalu Ia memberitahu kepada kamu apa yang kamu telah lakukan (serta
membalasnya)". [Surah: Al-Jum’ah: 8]
Ketahuilah, semoga Allâh menjagamu, orang
yang hidup pasti akan mati ... dan orang yang mati akan hilang (dari kehidupan)
... dan semua yang akan datang pasti akan tiba waktunya ...
مَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ
اللَّهِ لَآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Sesiapa yang percaya akan pertemuannya dengan Allah (untuk
menerima balasan), maka sesungguhnya masa yang telah ditetapkan oleh Allah itu
akan tiba (dengan tidak syak lagi); dan Allah jualah Yang Maha Mendengar, lagi
Maha Mengetahui” [Surah:Al-Ankabut: 5]
Wahai saudaraku, kehidupanmu yang hakiki akan
mulai setelah kematianmu … Persiapkanlah segala sesuatu untuk bekal menjalani
kehidupanmu yang sebenarnya. Amal kebaikan, itulah bekal menghadap Allâh Azza
wa Jalla.
(Di tulis oleh Syaikh Khalid ar-Raasyid – Disadur
(adapted) oleh Abu Isma’il Muslim al-Atsari dari makalah berjudul Ablaghul
‘Izhaat, karya syaikh Khalid ar-Raasyid dan diedit oleh HAR)
No comments:
Post a Comment