"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan tiada aku termasuk di antara orang-orang yang musyrik" (QS Yusuf:108)

10 June, 2012

SEDARILAH REALITI INI????
Pernahkah kita berfikir, berapa orang yang meninggal dunia di negara kita selama satu bulan ? Atau selama satu tahun ? Atau bahkan setiap hari di seluruh penjuru bumi ini ? Ketetapan Allâh Subhanhu wa Ta'ala terus berjalan. Ada yang lahir ke dunia dan sebahagian lagi meninggal dunia. Suatu saat nanti, pasti kita akan mendapatkan giliran nya. Ini sebuah realiti kehidupan yang tidak boleh dihindari. Namun sangat disayangi, banyak orang lupa atau melupakan kematian…….!!!!

Sedangkan dahulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam banyak membicarakan tentang kematian kepada para sahabat, sementara keadaan hati mereka hidup. Ini sangat berbeza dengan reality sekarang ini. Betapa banyak acara yang dibuat, upaya yang dirancang untuk mengalih perhatian dari kematian. Sedangkan kita sangat memerlukannya untuk menyedarkan kita dari kelalaian dan melunakkan hati yang sudah mengeras !! Kalau kita mau menjawab dengan jujur, Siapakah yang lebih memerlu terhadap pembicaraan tentang kematian, kita ataukah para shahabat Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam ? Jawabnya, tentu kita. 
Oleh kerana itu, pembicaraan tentang kematian kita tuliskan. Pembicaraan tentang sebuah peristiwa yang amat mengerikan. Peristiwa yang memutuskan seluruh kesenangan dan menguburkan seluruh angan-angan. Kematian bererti berpisah dengan orang-orang yang dicintai. Kematian memutus kesempatan beramal, dan mengantarkan kita ke gerbang hisab!
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menasehati kita dengan nasehat yang menyentuh. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : الْمَوْتَ , فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ , وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ
"
Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, iaitu kematian. Kerana kematian itu, jika diingat oleh orang yang sedang dalam kesusahan hidup, maka akan boleh meringankan kesusahannya. Dan jika diingat oleh orang yang sedang senang, maka akan boleh membatasi kebahagiaannya itu". [HR. ath-Thabrani dan al-Hakim. Lihat Shahîh al-Jâmi’ush Shaghîr: no. 1222; Shahîhut Targhîb, no: 3333]

Mengingati kematian itu dapat menghidupkan hati kita. Orang yang benar-benar malu terhadap Allâh Azza wa Jalla tidak akan melalaikan kematian serta tidak akan meremehkan persiapan menghadapi kematian. Sebagaimana disebutkan dalam hadits :

"Dari ‘Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Hendaklah kamu benar-benar malu kepada Allâh!”. Kami mengatakan, “Wahai Rasûlullâh, Alhamdulillah kami malu (kepada Allah)”. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bukan begitu (sebagaimana yang kamu sangka - pen). Tetapi (yang dimaksud) benar-benar malu kepada Allâh adalah engkau menjaga kepala dan isinya, menjaga perut dan apa yang berhubungan dengannya; dan hendaklah engkau mengingat kematian dan kebinasaan. Dan barangsiapa menghendaki akhirat, dia meninggalkan perhiasan dunia. Barangsiapa telah melakukan itu, beraerti dia telah benar-benar malu kepada Allâh Azza wa Jalla". [HR. Tirmidzi, no. 2458; Ahmad, no. 3662; Syaikh al-Albâni rahimahullah menyatakan ‘Hasan lighairihi, dalam kitab Shahîhut Targhîb, 3/6, no. 2638, penerbit. Maktabah al-Ma’ârif]

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak membiarkan kesempatan berlalu begitu saja. Bila ada kesempatan, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam selalu mengingatkan para sahabatnya tentang kematian dan berbagai rentetan (series) persistiwa yang akan mengiringinya.

Dari al-Bara’ Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Kami bersama Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam pada (penguburan-red) suatu jenazah, lalu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam duduk pada tepi kubur, kemudian beliau menangis sehingga tanah menjadi basah, lalu beliau bersabda: “Wahai saudara-saudaraku! Bersiap-siaplah untuk yang saperti ini !” [HR. Ibnu Mâjah, no: 4190, di hasan kan oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah]

Dalam riwayat lain, al-Barâ’ bin ‘Azib mengatakan : 

"Ketika kami bersama Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat sekelompok orang, maka beliau bertanya, ‘Untuk apa mereka berkumpul?’ Dikatakan kepada beliau, ‘Mereka berkumpul pada kuburan yang sedang mereka gali’. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam terperanjat, lalu bergegas mendahului para sahabat sehingga sampai di kuburan, lalu beliau berlutut ke arah kuburan. Bara’ berkata, ‘Maka aku menghadap di depan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk melihat apa yang akan beliau lakukan’. Kemudian beliau menangis sehingga tanah menjadi basah karena air mata beliau. Lalu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menghadap kepada kami dan bersabda, “Wahai saudara-saudaraku! Bersiap-siaplah untuk yang sepertil hari ini!” [Lihat Silsilatush Shahîhah, no. 1751, karya Syaikh al-Albâni rahimahullah]

Demikian juga Salafus Shalih, mereka mengingat kematian dan mengingatkan orang lain dengannya. Diriwayatkan bahawa Uwais al-Qarni rahimahullah berkata kepada penduduk Kufah, “Wahai penduduk Kufah, sesungguhnya ketika kamu tidur, kamu berbantalkan kematian. Oleh karena itu, jika kamu telah bangun, jadikanlah kematian itu selalu di hadapanmu.”
Mengingat kematian itu memiliki pengaruh besar dalam menyedarkan jiwa dari kelalaian. Kematian merupakan pelajaran terbesar. Seorang ahli zuhud ditanya, “Apakah pelajaran yang paling berpengaruh?” Dia menjawab, “Melihat tempat orang-orang yang mati”. Ahli zuhud yang lain mengatakan, “Orang yang tidak berhenti dari kemaksiatan dengan (nasehat) al-Qur’ân dan kematian, seandainya gunung-gunung bertabrakkan di hadapannya, dia juga tidak akan berhenti!”

Sungguh, ziarah kubur, menyaksikan jenazah, melihat orang sekarat (meninggal), merenungkan sakaratul maut, merenungkan wajah mayat setelah matinya, akan mengekang jiwa dari berbagai kesenangannya serta akan mengusir kegembiraan hati.

Orang yang mempersiapkan diri menghadapi kematian, dia akan beramal dengan bersungguh-sungguh dan memendekkan angan-angan.

Al-Lubaidi berkata, “Aku melihat Abu Ishâq rahimahullah di waktu hidupnya, selalu mengeluarkan sehelai kertas dan membacanya. Ketika dia telah wafat, aku melihat kertas tersebut, ternyata tertulis padanya ‘Perbaguslah amalanmu, sesungguhnya ajalmu telah dekat !! Perbaguslah amalanmu, sesungguhnya ajalmu telah dekat !!! ’.

Saudara-saudaraku, sesungguhnya orang yang hidup dengan tetap berwaspada diakhir kehidupan, dia akan menjalani kehidupan dengan terus mempersiapkan diri. Sehingga ketika kematian menjelang, dia tidak menyesal atau kalau pun menyesal tapi tidak terlalu.

Oleh kerana itu diriwayatkan bahawa Syaqiq al-Balkhi rahimahullah berkata, “Bersiaplah!!! Jika kematian mendatangimu, engkau tidak berteriak sekuat tenaga memohon kehidupan. Namun permohonanmu tidak akan dikabulkan”.

Dengan nasehat ini kami ingin membangunkan hati dari tidurnya, menghentikan jiwa dari bergelimang dalam kesesatan dan syahwatnya.

Dengan nasehat ini kami ingin orang yang shalih bertambah keshalihannya dan orang yang lalai segera bangun sebelum menyesal atau sebelum kematiannya.

Kalian telah melihat kehidupan ini berlalu dengan cepat, namun kebanyakan orang tidak menyedarinya. Ada yang lahir sementara yang lain meninggal. Rahim mengeluarkan bayinya, sementara bumi menelan mayat.

Saudara-saudaraku, kehidupan di dunia ini terbatas waktunya. Dia pasti akan berakhir. Orang-orang shalih akan mati, begitu juga orang-orang jahat. Orang-orang bertaqwa akan meninggal, begitu juga yang bergelimang dosa.
Para pahlawan dan mujahid, para penakut dan orang yang lari meninggalkan medan jihad, semua akan mati. Orang-orang mulia yang hidup untuk akhirat dan orang-orang tamak yang hidupnya hanya untuk kesenangan dunia, semuanya tak akan luput dari kematian.

Orang-orang yang memiliki cita-cita tinggi atau hidup hanya untuk syahwat kemaluan dan perut, semuanya pasti dicabut nyawanya.

Allâh Azza wa Jalla berfirman :
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
"Semua yang ada di bumi itu akan binasa". [Surah: Ar-Rahmân: 26]

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati". [Surah: Ali Imrân:185]
Semua makhluk yang bernyawa akan mengalami kematian. Ia merupakan hakikat, namun kita selalu berusaha lari darinya. Kematian merupakan hakikat, yang boleh menggulingkan:
-          Keangkuhan orang-orang yang bersombong
-          Penentangan orang-orang yang menyimpang
-          Kezhaliman para thagut yang mengangkat dirinya sebagai tuhan yang harus ditaati.
-          Kematian merupakan hakekat yang akan dialami oleh semua yang bernyawa, bahkan para Nabi dan Rasul. Allâh berfirman :
  
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِن مِّتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ
“Dan Kami tidak menjadikan seseorang manusia sebelummu dapat hidup kekal (di dunia ini). Maka kalau engkau meninggal dunia (wahai Muhammad), adakah mereka akan hidup selama-lamanya?” [Surah:Al-Anbiyâ’:34]

Kematian merupakan realiti yang terdengar sepanjang zaman dan di setiap tempat dan saat. Dia terdengar di telinga, masuk ke pemikiran semua orang yang berakal dan mengetuk hati semua orang yang hidup. Dia membisikan bahawa semua orang akan mati, kecuali Dzat yang memiliki kemuliaan dan keperkasaan.

كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap sesuatu akan binasa melainkan Zat Allah. BagiNyalah kuasa memutuskan segala hukum, dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan (untuk dihitung amal masing-masing dan menerima balasan)”. [Surah: Al-Qasas:88]
Kematian merupakan realita yang mungkin dihindari. Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ 
وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah (wahai Muhammad): "Sebenarnya maut yang kamu melarikan diri daripadanya itu, tetaplah ia akan menemui kamu; kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, lalu Ia memberitahu kepada kamu apa yang kamu telah lakukan (serta membalasnya)". [Surah: Al-Jum’ah: 8]
Ketahuilah, semoga Allâh menjagamu, orang yang hidup pasti akan mati ... dan orang yang mati akan hilang (dari kehidupan) ... dan semua yang akan datang pasti akan tiba waktunya ...

مَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لَآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Sesiapa yang percaya akan pertemuannya dengan Allah (untuk menerima balasan), maka sesungguhnya masa yang telah ditetapkan oleh Allah itu akan tiba (dengan tidak syak lagi); dan Allah jualah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui [Surah:Al-Ankabut: 5]

Wahai saudaraku, kehidupanmu yang hakiki akan mulai setelah kematianmu … Persiapkanlah segala sesuatu untuk bekal menjalani kehidupanmu yang sebenarnya. Amal kebaikan, itulah bekal menghadap Allâh Azza wa Jalla.

(Di tulis oleh Syaikh Khalid ar-Raasyid – Disadur (adapted) oleh Abu Isma’il Muslim al-Atsari dari makalah berjudul Ablaghul ‘Izhaat, karya syaikh Khalid ar-Raasyid dan diedit oleh HAR)

No comments: