Astaghfirullah (Maksud
Istighfar)
Astagfirullah
“Aku mohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung”
“Aku mohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung”
Istighfar
Kepada ALLAH Subhanahu wa ta’ala
Istighfar, kalimat yang sangat pendek, tapi memiliki makna yang sangat dalam, sangat indah dalam hidup kita.
Sebab dalam Istighfar itu mengandungi beberapa elemen rohani, sebagaimana dinyatakan di dalam Al-Quran mahupun Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Sejumlah ayat tentang Istighfar atau taubat banyak dikutip dari al-Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, antaranya:
وَالَّذِينَ إِذَا
فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ
فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ
وَمَن يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ
يَعْلَمُونَ
“Dan
juga orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji, atau menganiaya diri
sendiri, mereka segera ingat kepada Allah lalu memohon ampun akan dosa mereka -
dan sememangnya tidak ada yang mengampunkan dosa-dosa melainkan Allah -, dan
mereka juga tidak meneruskan perbuatan keji yang mereka telah lakukan itu,
sedang mereka mengetahui (akan salahnya dan akibatnya)”. (Surah A-li Imraan:
135)
Allah
Subhanahu wa ta’ala berfirman juga:
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ
رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّاباً
“Maka
ucapkanlah tasbih dengan memuji Tuhanmu dan mintalah ampun kepadaNya,
sesungguhnya Dia amat menerima taubat”. (Surah An-Nasr: 3)
وَالْمُسْتَغْفِرِينَ
بِالأَسْحَارِ
“dan
orang-orang yang beristighfar (memohon ampun) pada waktu sahur.(menjelang
fajar). (Surah A-li Imraan: 17)
“Maha Suci Engkau Wahai Allah,
Tuhanku! Dan dengan segala puji bagi-Mu ya Allah Tuhanku, ampunilah aku!
Sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat, lagi Maha Pengasih.” (Hadits riwayat:
Al-Hakim).
“Barang siapa memperbanyak istighfar, maka
akan diberi kelapangan dalam setiap kesusahan dan jalan keluar dari kesempitan.
Dan dianugerahi rezeki dari jalan yang tiada disangka-sangka.” (Hadits riwayat:.
Abu Dawud dan Nasa’i).
“Sungguh hatiku didera kerinduan yang sangat dalam, sehingga aku beristighfar seratus kali setiap hari.”
(Hadits riwayat: Muslim).
“Meski
dosa-dosamu sebanyak buih lautan, sebanyak butir pasir di padang pasir,
sebanyak daun di seluruh pepohonan, atau seluruh bialangan jagad semesta, Allah
SWT tetap akan selalu mengampuni, bila engkau mengucapkan doa sebanyak tiga
kali sebelum engkau tidur: Astaghfirullahal ‘Adzim al-Ladzii Laailaaha Illa
Huwal Hayyul Qayyuumu wa Atuubu Ilaih. (Aku memohon ampunan kepada Allah Yang
Maha Agung, tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup dan Memelihara (kehidupan),
dan aku bertobat kepada-Nya).” (Hadits Riwayat: At-Tirmidzi).
Terjemahan Istighfar: “Aku mohon ampunan kepada Allah Yang Maha
Agung”
Istighfar memiliki dua makna yang jelas yang
menjuruskan kepada hubungan kita dengan Allah Subhanahu wa ta’ala. Semoga istighfar yang disebut oleh kita mencapai
makna-maknanya.
Yang pertama,
setiap kali kita mengucapkan astagfirullahal ‘adzim, bererti kita minta ampun daripada Allah Subhanahu wa ta’ala, minta dimaafkan
kesalahan kita, minta ditutupi aib-aibkita. Semakin sering kita beristighfar
maka semakin bersih diri kita daripada dosa, daripada kesalahan, daripada
aib-aib. Allah Subhanahu wa ta’ala, sangat menyukai hamba Allah Subhanahu wa ta’ala, yang terus
beristighfar. Kerana tidak satu pun di antara kita yang bersih dari dosa, maka
istighfar menjadi salah satu kewajiban kita. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala mengampuni dosa kita, memaafkan kesalahan kita
dan menutupi aib kita.
Yang kedua,
setiap kali kita mengucapkan astagfirullahal ‘adzim, berarti kita meminta dan memohon
kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, , agar Allah Subhanahu wa ta’ala memperbaiki
hidup kita, menguatkan aqidah kita, membuat kita nikmat dalam ibadah khusyuk,
menjadikan akhlaq kita lebih mulia.
Istighfar Individu
dan Sosial.
Dalam ritualitas vertikal, seorang hamba
tidak hanya meraih kebahagiaan di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala,
tanpa menyertakan sesama umat beriman. Justeru kualiti (ciri-ciri) keimanan
seseorang sangat berkait rapat dengan kebimbangan
rohaninya terhadap orang lain.
Teladan Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam, ketika saat Yaumul Mahsyar memberikan
contoh kepada umatnya, bahawa ciri-ciri rohani Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam, melebihi para Nabi dan Rasul, berdasarkan
pembelaannya akan nasib umat di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala. Suatu sikap yang tidak dimiliki oleh para
pemimpin dan para Nabi/Rasul. Sebab ketika para hamba Allah Subhanahu wa ta’ala meminta syafa’at
kepada para Nabi, mulai Nabi Adam ‘alaihi
sallam , hingga Isa al-Masih alaihi
sallam , ternyata mereka enggan, disebabkan mereka tidak berdaya, terutama
memikirkan nasibnya sendiri-sendiri. Berbeza dengan Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wasallam, yang justru tidak memikirkan nasib dirinya
di hadapan Allah, malah yang terucap hanya kalimat: “Umatii…umatii..umatii…”
(umatku… duh, umatku…umatku…).
Justru
pembelaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam itulah yang memberikan kuasa padanya,
syafa’at besar yang boleh menyelamatkan umat dari siksa Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh sebab itu,
Islam mengajarkan agar dalam permohonan keampunan, juga menyertakan permohonan keampunan
untuk sesama umat. Misalnya, Istighfar yang berbunyi:
Astaghfurullahal
‘adzim, lii waliwaalidayya, walijami’il huquuqi waajibati ‘alayya, walijami’il muslimin
wal-muslimaat wal-mu’minin wal mu’minaat al-ahyaa’I minhum wal-amwaat.
(Aku mohon ampunan kepada Allah Yang Maha
Agung, bagiku dan bagi kedua orang tuaku, dan bagi seluruh orang yang menjadi
tanggungan kewajibanku, dan bagi umat muslimin dan muslimat, dan kaum mu’minin
dan mu’minat).
Dari nilai istighafar diatas memberikan sudut pandangan luar biasa
bagi persepaduan dan peningkatan sosial secara damai. Hubungan kemasyarakatan
akan berlansung dengan penuh keharmonian kerana hubungan yang terdapat emosi
negatif dapat dinutralkan oleh 'istighafar sosial' di atas.
Makanya, kualiti Istighfar bukan saja
ditentukan hubungan yang sangat peribadi dengan Allah Subhanahu wa ta’ala, tetapi juga sejauhmana seorang hamba
menghayati Istighfar sosialnya.
Subhanallah. Istighfar merupakan satu ucapan tetapi memiliki
dua keinginan. 2- in-1. Kerana itu tidak heran hamba Allah Subhanahu wa ta’ala yang sungguh-sungguh beristigfar nampak dalam kehidupannya,
semakin berkah, semakin membawa kebaikan dan perbaikan,semakin bahagia, tenang,
senang, menyenangkan, di dunia dan di akhirat.
Kerana itu Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang melazimkan,
mendawamkan (mengulang terus
menerus) dirinya selalu beristighfar kepada Allah,
maka Allah Subhanahu wa ta’ala memudahkan pada saat sukar, Allah Subhanahu wa ta’ala gembirakan saat ia
sedih,dan Allah Subhanahu wa ta’ala memberi
rezeki dari jalan yang tidak pernah ia duga.”
Kemudian dalam Al Qur’an surah Nuh ayat 10, 11, 12, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
يُرْسِلِ السَّمَاء
عَلَيْكُم مِّدْرَاراً ,فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً
وَيُمْدِدْكُمْ
بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً
“Beristighfarlah kepada Tuhanmu –
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun –
"(Sekiranya kamu berbuat demikian), Ia akan menghantarkan hujan lebat
mencurah-curah, kepada kamu; Dan
Ia akan memberi kepada kamu dengan banyaknya harta kekayaan serta anak-pinak;
dan Ia akan mengadakan bagi kamu kebun-kebun tanaman, serta mengadakan bagi
kamu sungai-sungai (yang mengalir di dalamnya). (Surah Nuh: 10-12)
Beristighfarlah kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, niscaya Allah
turunkan musim hujan yang berat. Allah Subhanahu
wa ta’ala mudahkan kita mendapatkan rezeki. Allah hadirkan di tengah kita
anak-anak kita, generasi-generasi yang sholeh, generasi robbani. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala makmurkan negeri kita, Allah Subhanahu wa ta’ala sejahterakan kita. Allahu Akbar!!!
Jadi,
istighfar bukan hanya kewajiban, tapi keperluan kita. Kerana itulah Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam , beliau
tidak bangun dari tempat tidur beliau, kecuali beliau beristighfar 70 kali, dalam
hadits lain 100 kali. Padahal dia ma’sum, dijamin masuk surga, bebas dari dosa,
(tapi) begitu hebat istighfarnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala . Apalagi kita hanya manusia biasa yang banyak dosa
tanpa kita sedari atau tidak.
Cara berkesan membersihkan
timbunan dosa adalah dengan melakukan taubat sebagai kembali pada kesucian jiwa setelah
melakukan dosa-dosa, maksiat, dan kesalahan pada Tuhan melalui tiga syarat, iaitu menyedari (telah
berbuat dosa), menyesali, dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi dengan
memperbanyak istighfar (mohon ampun) kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ
إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ
“Oleh itu beristghfarlah
kepada Allah dari perbuatan syirik, kemudian bertaubat kepadaNya dengan taat
dan tauhid. Sesungguhnya Tuhanku sentiasa dekat, lagi sentiasa memperkenankan
permohonan hambaNya". (Surah Hud: 61)
Mendawamkan (mengulang terusa menerus) bacaan
istighfar adalah salah satu ikhtiar
yang banyak dirujuk dalam hadits-hadtis shahih sebagai upaya melakukan
pemutihan dosa. Bilakah saat-saat yang tepat agar
istighfar kita mencapai pengabulan Allah Subhanahu
wa ta’ala dan menjadi penyelesaian bagi aneka permasalahan hidup?
Dia antara
hadits-hadits tersebut adalah:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَاأَيُّهَا
النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِيْ
اليَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah
ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku
bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali.” (Hadits riwayat: Muslim).
Demikianlah
keadaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam, padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya, baik yang lalu maupun
yang akan datang. Tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba yang
pandai bersyukur, pendidik yang bijaksana, pengasih dan penyayang. Semoga shalawat dan salam yang sempurna
dilimpahkan kepada beliau.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
مَنْ
تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ
“Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat
niscaya Allah menerima taubatnya.” (Hadits riwayat: Muslim).
Dari
Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ لَزِمَ الاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ
مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضَيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ
لاَ يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa
senantiasa beristighfar, niscaya Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan untuk
setiap kesedihannya kelapangan dan
untuk setiap kesempitannya jalan keluar, dan akan diberi-Nya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (Hadits riwayat: Abu Daud)
Imam Al-Auza’i
ditanya: “bagaimana cara beristighfar?” beliau menjawab: “Hendaknya mengatakan: “Astaghfirullah,
astaghfirullah.” Artinya, aku memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Untuk mengakhiri tazkirah yang panjang ini, ingin
menegaskan bahawa istighfar adalah salah satu amalan mulia dan perlu ditanamkan
di dalam jiwa kita, kerana dengan nilai dan hikmah istighfar inilah, kita dapat
membentuk manusia yang kenal diri, mengenang budi dan menghargai setiap nikmat
yang diperolehi.
Jom kita istghfar bersama-sama sebentar.
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ
الْعَظِيمَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْْقَيُّومُ وَ أَتُوبُ
إِلَيْهِ
Astaghfirullahal
adzeem al-ladzii laa ilaha illa
Huwal-Hayyul-Qayyum wa atubu ilaih
Astagfirullahal
‘adzim, ampunilah dosa kami ya Allah.. tutupi aib kami…. betapa selama ini kami
mudah tergelincir dalam dosa namun tak bersegera memohon ampun kepada-Mu. Amin!
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhaduallaailaahailla anta astaghfiruka wa atubuilaik. Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
No comments:
Post a Comment