"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan tiada aku termasuk di antara orang-orang yang musyrik" (QS Yusuf:108)

23 August, 2014

Astaghfirullah (Maksud Istighfar) 

Astagfirullah
Aku mohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung”


Istighfar Kepada ALLAH Subhanahu wa ta’ala

Istighfar, kalimat yang sangat pendek, tapi memiliki makna yang  sangat dalam, sangat indah dalam hidup kita.

Sebab dalam Istighfar itu mengandungi beberapa elemen rohani, sebagaimana dinyatakan di dalam Al-Quran mahupun Sunnah Rasulullah
 Shallallahu alaihi wasallam. Sejumlah ayat tentang Istighfar atau taubat banyak dikutip dari al-Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, antaranya:

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ
وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan juga orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji, atau menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat kepada Allah lalu memohon ampun akan dosa mereka - dan sememangnya tidak ada yang mengampunkan dosa-dosa melainkan Allah -, dan mereka juga tidak meneruskan perbuatan keji yang mereka telah lakukan itu, sedang mereka mengetahui (akan salahnya dan akibatnya)”. (Surah A-li Imraan: 135)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman juga:

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّاباً
“Maka ucapkanlah tasbih dengan memuji Tuhanmu dan mintalah ampun kepadaNya, sesungguhnya Dia amat menerima taubat”. (Surah An-Nasr: 3)

وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأَسْحَارِ
“dan orang-orang yang beristighfar (memohon ampun) pada waktu sahur.(menjelang fajar). (Surah A-li Imraan: 17)

“Maha Suci Engkau Wahai Allah, Tuhanku! Dan dengan segala puji bagi-Mu ya Allah Tuhanku, ampunilah aku! Sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat, lagi Maha Pengasih.” (Hadits riwayat: Al-Hakim).
“Barang siapa memperbanyak istighfar, maka akan diberi kelapangan dalam setiap kesusahan dan jalan keluar dari kesempitan. Dan dianugerahi rezeki dari jalan yang tiada disangka-sangka.” (Hadits riwayat:. Abu Dawud dan Nasa’i).

“Sungguh hatiku didera kerinduan yang sangat dalam, sehingga aku beristighfar seratus kali setiap hari.”
(Hadits riwayat: Muslim).

“Meski dosa-dosamu sebanyak buih lautan, sebanyak butir pasir di padang pasir, sebanyak daun di seluruh pepohonan, atau seluruh bialangan jagad semesta, Allah SWT tetap akan selalu mengampuni, bila engkau mengucapkan doa sebanyak tiga kali sebelum engkau tidur: Astaghfirullahal ‘Adzim al-Ladzii Laailaaha Illa Huwal Hayyul Qayyuumu wa Atuubu Ilaih. (Aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup dan Memelihara (kehidupan), dan aku bertobat kepada-Nya).” (Hadits Riwayat: At-Tirmidzi).

Terjemahan Istighfar: “Aku mohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung”

Istighfar memiliki dua makna yang jelas yang menjuruskan kepada hubungan kita dengan Allah Subhanahu wa ta’ala.  Semoga istighfar yang disebut oleh kita mencapai makna-maknanya.

Yang pertama, setiap kali kita mengucapkan astagfirullahal ‘adzim, bererti kita minta ampun daripada Allah Subhanahu wa ta’ala, minta dimaafkan kesalahan kita, minta ditutupi aib-aibkita. Semakin sering kita beristighfar maka semakin bersih diri kita daripada dosa, daripada kesalahan, daripada aib-aib. Allah Subhanahu wa ta’ala,  sangat menyukai hamba Allah Subhanahu wa ta’ala, yang terus beristighfar. Kerana tidak satu pun di antara kita yang bersih dari dosa, maka istighfar menjadi salah satu kewajiban kita. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala  mengampuni dosa kita, memaafkan kesalahan kita dan menutupi aib kita.

Yang kedua, setiap kali kita mengucapkan astagfirullahal ‘adzim, berarti kita meminta dan memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala,  , agar Allah Subhanahu wa ta’ala  memperbaiki hidup kita, menguatkan aqidah kita, membuat kita nikmat dalam ibadah khusyuk, menjadikan akhlaq kita lebih mulia.

Istighfar Individu dan Sosial.

Dalam ritualitas vertikal, seorang hamba tidak hanya meraih kebahagiaan di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala, tanpa menyertakan sesama umat beriman. Justeru kualiti (ciri-ciri) keimanan seseorang sangat berkait rapat  dengan kebimbangan rohaninya terhadap orang lain.

Teladan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, ketika saat Yaumul Mahsyar memberikan contoh kepada umatnya,  bahawa  ciri-ciri rohani Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, melebihi para Nabi dan Rasul, berdasarkan pembelaannya akan nasib umat di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala. Suatu sikap yang tidak dimiliki oleh para pemimpin dan para Nabi/Rasul. Sebab ketika para hamba Allah Subhanahu wa ta’ala meminta syafa’at kepada para Nabi, mulai Nabi Adam ‘alaihi sallam , hingga Isa al-Masih alaihi sallam , ternyata mereka enggan, disebabkan mereka tidak berdaya, terutama memikirkan nasibnya sendiri-sendiri. Berbeza dengan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, yang justru tidak memikirkan nasib dirinya di hadapan Allah, malah yang terucap hanya kalimat: “Umatii…umatii..umatii…” (umatku… duh, umatku…umatku…).

Justru pembelaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam itulah yang memberikan kuasa padanya, syafa’at besar yang boleh menyelamatkan umat dari siksa Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh sebab itu, Islam mengajarkan agar dalam permohonan keampunan, juga menyertakan permohonan keampunan untuk sesama umat. Misalnya, Istighfar yang berbunyi:

Astaghfurullahal ‘adzim, lii waliwaalidayya, walijami’il huquuqi waajibati ‘alayya, walijami’il muslimin wal-muslimaat wal-mu’minin wal mu’minaat al-ahyaa’I minhum wal-amwaat.

(Aku mohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, bagiku dan bagi kedua orang tuaku, dan bagi seluruh orang yang menjadi tanggungan kewajibanku, dan bagi umat muslimin dan muslimat, dan kaum mu’minin dan mu’minat).

Dari nilai istighafar diatas memberikan sudut pandangan luar biasa bagi persepaduan dan peningkatan sosial secara damai. Hubungan kemasyarakatan akan berlansung dengan penuh keharmonian kerana hubungan yang terdapat emosi negatif dapat dinutralkan oleh 'istighafar sosial' di atas.

Makanya, kualiti Istighfar bukan saja ditentukan hubungan yang sangat peribadi dengan Allah Subhanahu wa ta’ala, tetapi juga sejauhmana seorang hamba menghayati Istighfar sosialnya.

Subhanallah. Istighfar merupakan satu ucapan tetapi memiliki dua keinginan. 2- in-1. Kerana itu tidak heran hamba Allah Subhanahu wa ta’ala yang sungguh-sungguh beristigfar nampak dalam kehidupannya, semakin berkah, semakin membawa kebaikan dan perbaikan,semakin bahagia, tenang, senang, menyenangkan, di dunia dan di akhirat.

Kerana itu Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam  bersabda, “Barangsiapa yang melazimkan, mendawamkan (mengulang terus menerus) dirinya selalu beristighfar kepada Allah, maka Allah Subhanahu wa ta’ala  memudahkan pada saat sukar, Allah Subhanahu wa ta’ala gembirakan saat ia sedih,dan Allah Subhanahu wa ta’ala memberi rezeki dari jalan yang tidak pernah ia duga.”

Kemudian dalam Al Qur’an surah  Nuh ayat 10, 11, 12, Allah Subhanahu wa ta’ala  berfirman,

يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً ,فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً
“Beristighfarlah kepada Tuhanmu – sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun – "(Sekiranya kamu berbuat demikian), Ia akan menghantarkan hujan lebat mencurah-curah, kepada kamu; Dan Ia akan memberi kepada kamu dengan banyaknya harta kekayaan serta anak-pinak; dan Ia akan mengadakan bagi kamu kebun-kebun tanaman, serta mengadakan bagi kamu sungai-sungai (yang mengalir di dalamnya). (Surah Nuh: 10-12)

Beristighfarlah kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, niscaya Allah turunkan musim hujan yang berat. Allah Subhanahu wa ta’ala mudahkan kita mendapatkan rezeki. Allah hadirkan di tengah kita anak-anak kita, generasi-generasi yang sholeh, generasi robbani. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala  makmurkan negeri kita, Allah Subhanahu wa ta’ala  sejahterakan kita. Allahu Akbar!!!

Jadi, istighfar bukan hanya kewajiban, tapi keperluan kita. Kerana itulah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam , beliau tidak bangun dari tempat tidur beliau, kecuali beliau beristighfar 70 kali, dalam hadits lain 100 kali. Padahal dia ma’sum, dijamin masuk surga, bebas dari dosa, (tapi) begitu hebat istighfarnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala . Apalagi kita hanya manusia biasa yang banyak dosa tanpa kita sedari atau tidak.

Cara berkesan membersihkan timbunan dosa adalah dengan melakukan taubat sebagai kembali pada kesucian jiwa setelah melakukan dosa-dosa, maksiat, dan kesalahan pada Tuhan melalui tiga syarat, iaitu menyedari (telah berbuat dosa), menyesali, dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi dengan memperbanyak istighfar (mohon ampun) kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Firman Allah Subhanahu wa ta’ala:

فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ
Oleh itu beristghfarlah kepada Allah dari perbuatan syirik, kemudian bertaubat kepadaNya dengan taat dan tauhid. Sesungguhnya Tuhanku sentiasa dekat, lagi sentiasa memperkenankan permohonan hambaNya". (Surah Hud: 61)

Mendawamkan (mengulang terusa menerus) bacaan istighfar adalah salah satu ikhtiar yang banyak dirujuk dalam hadits-hadtis shahih sebagai upaya melakukan pemutihan dosa. Bilakah saat-saat yang tepat agar istighfar kita mencapai pengabulan Allah Subhanahu wa ta’ala dan menjadi penyelesaian bagi aneka permasalahan hidup?

Dia antara hadits-hadits tersebut adalah:

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِيْ اليَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali.” (Hadits riwayat: Muslim).

Demikianlah keadaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya, baik yang lalu maupun yang akan datang. Tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba yang pandai bersyukur, pendidik yang bijaksana, pengasih dan penyayang. Semoga shalawat dan salam yang sempurna dilimpahkan kepada beliau.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ
“Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat niscaya Allah menerima taubatnya.” (Hadits riwayat: Muslim).

Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ لَزِمَ الاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضَيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa senantiasa beristighfar, niscaya Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan untuk setiap kesedihannya kelapangan dan untuk setiap kesempitannya jalan keluar, dan akan diberi-Nya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (Hadits riwayat: Abu Daud)

Imam Al-Auza’i ditanya: “bagaimana cara beristighfar?” beliau menjawab: “Hendaknya mengatakan: “Astaghfirullah, astaghfirullah.” Artinya, aku memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Untuk mengakhiri tazkirah yang panjang ini, ingin menegaskan bahawa istighfar adalah salah satu amalan mulia dan perlu ditanamkan di dalam jiwa kita, kerana dengan nilai dan hikmah istighfar inilah, kita dapat membentuk manusia yang kenal diri, mengenang budi dan menghargai setiap nikmat yang diperolehi.

Jom kita istghfar bersama-sama sebentar.

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْْقَيُّومُ وَ أَتُوبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullahal adzeem al-ladzii  laa ilaha illa Huwal-Hayyul-Qayyum wa atubu ilaih

Astagfirullahal ‘adzim, ampunilah dosa kami ya Allah.. tutupi aib kami…. betapa selama ini kami mudah tergelincir dalam dosa namun tak bersegera memohon ampun kepada-Mu. Amin!

Subhanakallahumma wabihamdika asyhaduallaailaahailla anta astaghfiruka wa atubuilaik. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

No comments: