MEMBAHAGIAKAN ORANG LAIN
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ
أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى
مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا
رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي
تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ
كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ،
وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ
Kaum muslimin jamaah Jumat yang dirahmati
Allah
Khatib mewasiatkan kepada diri khatib pribadi
dan jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita, kekasih kita, penyejuk hati
kita, Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga
kepada keluarganya, para sahabat serta pengikutnya hingga hari kiamat.
Kaum muslimin yang semoga rahmat Allah
meliputi saya dan Anda sekalian.
Sebagian orang telah memiliki harta yang
banyak, telah diberi kemewahan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
telah dimudahkan rezekinya, namun mereka tidak merasakan kebahagiaan.
Sebenarnya AllahSubhanahu wa Ta’ala telah menunjukkan banyak cara
dan kuat untuk menggapai kebahagiaan. Dan telah terbukti bahwa kebahagiaan itu
tidak hanya diukur dengan harta, kebahagiaan bukan diukur dengan kemewahan, kebahagiaan
bukan diukur dengan kebendaan, ada perkara-perkara lain yang boleh menjadikan
seseorang berbahagia.
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah.
Pada kesempatan kali ini kita berbicara
tentang orang-orang yang Allah berikan rezeki kepada mereka, terutama yang
memiliki kelebihan. Bagaimana caranya agar mereka boleh meraih kebahagiaan?
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَأَحَبُّ
الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ
عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْناً، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوْعًا وَ
لَأَنْ أَمْشِيْ مَعَ أَخٍ فِي حَاجَةٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي
هَذَا المَسْجِدِ ، ( يَعْنِي مَسْجِدُ النَبَوِي ) شَهْرًا
“…Manusia
yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia, dan
pekerjaan yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan seorang muslim, atau
menjauhkan kesusahan darinya, atau membayarkan hutangnya, atau menghilangkan laparnya.
Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih
aku cintai daripada beri’ktikaf di masjid ini (masjid Nabawi) selama sebulan…” (HR. Thabrani di
dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 13646).
Allahu Akbar!! Luar biasa, amalan yang tidak
kita sangka besarnya, bahkan lebih besar daripada berdiam diri di masjid selama
satu bulan untuk beribadah (i’tikaf) di Masjid Nabawi. Beliau
katakan amalan menemani seorang muslim untuk ia tunaikan keperluannya, itu
adalah amalan yang besar dan amalan yang agung. Mengapa demikian? Karena
menolong orang lain, menghilangkan rasa laparnya, mengatasi kesulitannya adalah
amalan yang sangat dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan
amalan tersebut akan memberikan rasa kebahagian kepada para pelakunya.
Ada seorang sahabat yang menemui Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, sahabat ini mengeluhkan kekerasan dan kekakuan di dalam
hatinya, ia tidak merasakan kebahagiaan.
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
إِنْ أَرَدْتَ
أَنْ يَلِينَ قَلْبُكَ ، فَأَطْعِمِ الْمِسْكِينَ ، وَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ
“Jika
engkau ingin agar hatimu menjadi lunak, maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (HR. Ahmad no. 7576 dan 9018)
Kaum muslimin yang dirahamati Allah
Mungkin di antara kita ada yang bertanya, apa
hubungannya kebahagiaan dengan memberi makan orang yang miskin? Apa hubungannya
kebahagiaan dengan mengusap kepala anak yatim? Apa hubungan hal ini dengan
kelembutan hati dan kebahagiaan?
Ingatlah wahai kaum muslimin, di dalam agama
kita ada sebuah prinsip yang agung الجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ العَمَلِ “Balasan
itu sesuai dengan amalan.” Jika seorang hamba berusaha menyenangkan hati orang
lain, memikirkan kesulitan yang dihadapi orang lain, makan Allah juga akan
menyenagkan hatinya. Oleh karenanya kita dapati sebagian orang, berletih-letih,
berpayah-payah, pergi ke tempat yang jauh untuk membantu kaum muslimin,
membawakan bantuan, mengumpulkan dana untuk diberikan kepada kaum muslimin, dia
tidak pernah merasakan keletihan, padahal itu pekerjaan yang sangat berat,
mungkin ia tidak mendapatkan dunia (upah) satu sen pun, akan tetapi mengapa ia
boleh begitu selesa melakukan itu semua? Karena ada kebahagiaan yang ia
dapatkan. Allah yang memasukkan kebahagiaan dalam dirinya.
Oleh karenanya manusia yang paling berbahagia
di muka bumi ini adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mengapa? Karena beliau adalah orang yang paling memikirkan bagaimana caranya
membahagiakan orang lain.
Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman:
لَقَدْ
جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ
عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu
seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang
terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At Taubah: 128)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa berat hatinya penderitaan
para sahabatnya, penderitaan kaum muslimin secara umum, beliau menginginkan
keimanan dan keselamatan bagi para sahabatnya dan umat beliau seluruhnya.
Ummul mukminin, Kahdijah radhiallahu
‘anha juga pernah memuji sifat suaminya ini, ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam merasa takut bahwa dirinya terancam saat menerima
wahyu pertama,
كَلَّا
أَبْشِرْ فَوَاللَّهِ لَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا وَاللَّهِ إِنَّكَ لَتَصِلُ
الرَّحِمَ وَتَصْدُقُ الْحَدِيثَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ
وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
“Janganlah begitu, bergembiralah!
Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu, selama-lamanya. Demi Allah!
Sesungguhnya, kamu telah menyambung tali persaudaraan, berbicara jujur, memikul
beban orang lain, suka membantu orang yang tidak punya, menjamu tamu, dan
sentiasa mendukung kebenaran.” (HR. Al-Bukhari no. 4572 dan Muslim no. 231)
Inilah sifat dasar Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bahkan sebelum beliau menerima wahyu. Khadijah
menyebutkan beberapa sifat suaminya, yang kesemuanya menunjukkan bahwa beliau
selalu berusaha membuat orang lain berbahagia; menyambung silaturahmi, jujur,
memikul beban orang lain, membantu orang yang tidak punya, memuliakan tamu, dan
mendukung kebenaran.
Dalam hadis yang lainnya dikisahkan, ada
seorang budak wanita yang masih kecil menarik tangan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam untuk menunaikan suatu keperluannya. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam membiarkan budak tersebut membawanya ke tempat yang ia
inginkan. Mengapa ini semua beliau lakukan? Karena beliau sangat ingin
memasukkan kebahagiaan di hati orang lain.
Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah orang yang paling ingin membahagiakan orang lain,
maka beliau adalah orang yang paling berbahagia.
فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ اِنَّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
إِنَّ
الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ تَسْلِمًا. أما بعد
Kaum muslimin yang
dirahmati Allah Ta’ala
Setelah kita
mendengarkan beberapa hadis tentang keutamaan membahagiakan orang lain,
membahagiakan orang lain adalah amalan yang paling dicintai Allah, dan kita
juga mendengarkan contoh praktek langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, maka bagi kita adalah mengamalkannya. Mencari kebahagiaan dengan
membahagiakan orang lain.
Jika Anda memiliki
kelebihan rezeki, sumbangkanlah sebagian harta yang Anda miliki kepada
orang-orang miskin, sumbangkan kepada orang-orang yang memerlukan. Masukkan
kebahagiaan di hati mereka, maka pasti Allah akan memasukkan kebahagiaan di
hati anda sekalian. Yakinlah akan hal ini, الجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ العَمَلِ “Balasan itu sesuai dengan amalan.” Tidak
perlu sampai orang lain meminta, ketika ada keluarga, saudara, tentangga kita
merasa sulit, maka kita bantu mereka dengan harta, tenaga, dan pikiran kita.
Yang merasa sulit
membahagiakan saudaranya dengan harta, maka ia boleh bahagiakan saudaranya
dengan bantuan tenaga atau pemikiran. Sehingga saudara kita mendapatkan ide dan
solusi dari masalah yang ia hadapi.
Bagaimana mungkin
Allah akan membiarkan orang-orang yang sibuk berpikir agar orang lain
berbahagia, merasakan kesedihan, kegalauan di dalam hatinya, tidak mungkin!
Yakinlah bahwasanya Allah akan membahagiakan orang yang ingin membahagiakan
orang lain, dan lakukanlah amalan yang mulia ini dengan keikhlasan mengharap
pahala dan ridha dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mudah-mudahan
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita orang-orang yang
senantiasa membantu saudara-saudara kita, memasukkan kebahagiaan di hati-hati
mereka, sehingga Allah memberikan kebahagiaan kepada kita di dunia maupun di
akhirat kelak, Allahumma amin.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلإِخَوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ
تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُواْ رَبَّنَا إِنَّكّ رَؤُوْفٌ
رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ
خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نًافِعًا وَرِزْقًا
طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ
وَآَخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
Posted
by: HAR
Dinukil
dari ceramah khutbah Ustadz Firanda Andirja
No comments:
Post a Comment