"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan tiada aku termasuk di antara orang-orang yang musyrik" (QS Yusuf:108)

25 January, 2019

DEMI MASA…

DEMI MASA!!! Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam Kerugian..! Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh.

Surat Al ‘Ashr ialah salah satu surat yang ada di dalam Al Qur’an yang sudah banyak dihafalkan oleh berbagai kaum Muslim kerana ayat-ayatnya itu ringkas, dan juga mudah untuk dihafalkan.

Tetapi malangnya, makna yang tersirat di dalamnya sangat sedikit daripada mereka yang boleh mendapatkan makna dan memahami dengan baik. Walaupun surat tersebut dimasukkan dalam  surat pendek, ternyata ia mempunyai makna yang terkandung  sangat mendalam.

Mengungkapkan pendapat Imam Asy Syafi’i rahimahullah:

لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّوْرَةَ لَوَسَعَتْهُمْ
“Seandainya setiap manusia merenungkan surah ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka”. (Tafsir Ibnu Katsir 8/499)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surah Al-Asr:

بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ
إِلَّا الَّذينَ آمَنوا وَعَمِلُوا الصّالِحاتِ وَتَواصَوا بِالحَقِّ وَتَواصَوا بِالصَّبرِ  . إِنَّ الإِنسانَ لَفي خُسرٍ . وَالعَصرِ
Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.
“Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian - Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar”.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Maksud perkataan Iman Syafi’I adalah Surah ini telah cukup bagi manusia untuk mendorong mereka agar memegang teguh agama Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan beriman, beramal soleh, berdakwah dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersabar atas semua itu. Beliau tidak bermaksud bahawa manusia cukup merenungkan surah ini tanpa mengamalkan seluruh syari’at.

Di dalam surat di atas Allah subhanahu wa ta'ala menjelaskan bahawa semua manusia benar-benar berada dalam kerugian.
Kerugian yang disebut dalam ayat ini boleh menjadi mutlak, yang bermaksud bahawa seseorang dalam kerugian didunia dan di akhirat, tidak mendapat nikmat dan berhak untuk dimasukkan ke dalam neraka.

Oleh itu, dalam surah ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan bahawa kerugian tertentu akan dialami oleh manusia kecuali mereka yang memiliki empat kriteria dalam surah Al-Asr iaitu: 1. Beriman  2. Beramal soleh  3. Saling menasihati agar menegakkan kebenaran (berdakwah).  4. Saling nasihat menasihati agar selalu bersabar dalam segala rintangan.

URAIAN DARI 4 KRITERIA – ORANG-ORANG YANG TIDAK MERUGIKAN

1.   KRITERIA PERTAMA: IMAN YANG DILANDASI DENGAN ILMU

Beriman kepada Allah. Akan tetapi, keimanan ini tidak akan terwujud tanpa ilmu, karena keimanan merupakan cabang dari ilmu dan keimanan tersebut tidak akan sempurna jika tanpa ilmu.

Yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu agama. Seorang muslim wajib (fardhu ‘ain) untuk mempelajari setiap ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan agamanya, saperti pokok-pokok keimanan dan syari’at-syari’at Islam,  ilmu tentang hal-hal yang wajib dia jauhi berupa hal-hal yang diharamkan, apa yang dia diperlukan dalam mu’amalah, dan lain sebagainya. 


طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلىَ كُلِّ مَسْلَمٍ
”Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah nomor 224- sanad shahih).

Sedangkan Imam Ahmad rahimahullah pun Berkata,

يَجِبُ أَنْ يَطْلَبَ مِنَ الْعِلْمِ مَا يَقُوْمُ بِهِ دِيْنَهُ
"Seorang wajib menuntut ilmu yang dapat membuat dirinya mampu menegakan agama" (Al-Furu' li Ibni Muflih, 1/525. Dikutip dari Hushuulul Ma'mul, hal. 12)

Setelah menuntut ilmu, seseorang dituntut untuk mengamalkan ilmu tersebut. Yang berkaitan dengan akidah, ibadah, muamalah dan sebagainya. Semua itu maksudnya,  dia dapat mengubah ilmu yang telah dipelajarinya tersebut menjadi suatu perilaku yang nyata dan tercermin dalam pemikiran dan amalnya. Ibnu Mas’ud berkata,”Belajarlah ilmu.  Apabila sudah tahu, maka amalkanlah”.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ما كُنتَ تَدري مَا الكِتابُ وَلَا الإيمانُ وَلٰكِن جَعَلناهُ نورًا نَهدي بِهِ مَن نَشاءُ مِن عِبادِنا
Kami beri petunjuk dengannya sesiapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) adalah memberi petunjuk dengan Al-Quran itu ke jalan yang lurus, (Surah Asy-Syuura: 51)

2.  KRITERIA KEDUA: MENGAMALKAN ILMU

Menuntut ilmu dan berniat mengamalkannya, agar ilmu yang diperolehinya membuat perubahan perilaku nyata yang tercermin dalam pemikiran dan perbuatannya itulah amal soleh yang hakiki.

Dengan indahnya seorang soleh Fudhail bun Iyadh rahimahullah berkata:

لاَ يَزَالُ الْعَالِمُ جَاهِلاً حَتىَّ يَعْمَلَ بِعِلْمِهِ فَإِذَا عَمِلَ بِهِ صَارَ عَالِمًا
“Seseorang yang berilmu akan tetap menjadi orang bodoh sampai dia dapat mengamalkan ilmunya. Apabila dia mengamalkannya, barulah dia menjadi seorang alim”.

Perkataanya mengandung makna yang dalam, bahawa dengan memiliki ilmu tetapi tidak mengamalkan-nya, hakikatnya seseorang itu masih bodoh. Dan ini masih tergolong dalam kelompok orang yang merugikan.

Ini sesuai pula dengan sabda  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam:

لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتىَّ يَسْأَلَ عَنْ عِلْمِهِ مَا فَعَلَ بِهِ
”Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga dia ditanya tentang ilmunya, apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu tersebut.”
(HR. Ad Darimi nomor 537 dengan sanad shahih).

Semua orang yang belajar ilmu syar’i dengan tujuan bukan untuk mengamalkannya, tidak akan mendapat berkah dan pahala ilmu yang sangat agung.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita dari tidak mengamalkan ilmu dengan sabdanya:

مثل الذي يعلم الناس الخير وينسى نفسه كمثل السراج يضيء للناس ويحرق نفسه
Perumpamaan orang yang mengajari orang lain kebaikan, tetapi melupakan dirinya (tidak mengamalkannya), bagaikan lilin yang menerangi manusia sementara dirinya sendiri terbakar” (Hadith Riwayat: Thabrani. Dihasankan oleh Al-Albani).

Ilmu itu sangat berkaitan dengan amal karena amal adalah buah dari ilmu. Oleh karena itu, ilmu tanpa disertai amal bagaikan pohon yang tidak berbuah. Pohon tersebut tidak ada manfaatnya. Tujuan menuntut ilmu adalah untuk diamalkan. Sebaliknya, orang yang beramal tanpa didasari ilmu, dia justru akan tersesat dan amalnya akan sia-sia.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا، فَهْوَ رَدٌّ
Barangsiapa mengerjakan suatu amal yang tidak ada tuntunannya dari kami, amal tersebut tertolak.” (Hadith Riwayat:. Bukhari dan Muslim)

Surat Al-Fatihah yang senantiasa kita baca,

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 6-7).

Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala menyebut orang-orang yang beramal tanpa ilmu sebagai orang yang sesat. Adapun orang-orang yang berilmu, tetapi tidak mau beramal, itulah orang-orang yang dimurkai. Ini adalah dua hal yang harus kita camkan dengan baik.

3.  KRITERIA KETIGA: BERDAKWAH MENGAJAK MANUSIA KEPADA ALLAH

DAKWAH bermaksud tuntutan dan seruan. Berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bermaksud menyeru manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menuntut (mengajak) mereka supaya beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikut syariat-Nya. Ketika seseorang telah mengetahui agamanya dengan baik, hendaklah dia kemudian berusaha mengajak saudara-saudaranya dan menyebarkan kebaikan. Semua Rasul merupakan para pendakwah menurut pengertian diatas.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala  kepada nabi-Nya Muhammad SAW:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ إِنَّآ أَرۡسَلۡنَٰكَ شَٰهِدٗا وَمُبَشِّرٗا وَنَذِيرٗا ٤٥ وَدَاعِيًا إِلَى ٱللَّهِ بِإِذۡنِهِۦ وَسِرَاجٗا مُّنِيرٗا
Wahai nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi (terhadap umatmu) dan pembawa berita gembira (kepada orang yang beriman) serta pemberi amaran (kepada orang yang ingkar). Dan juga sebagai penyeru (umat manusia seluruhnya) kepada agama Allah dengan taufiq yang diberi-Nya dan sebagai lampu yang menerangi. 
(Surah Al-Ahzab:45-46)

Ini merupakan satu kemuliaan yang besar bagi seorang muslim agar ia melaksanakan tugas para anbiya dalam menyampaikan seruan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada manusia dan memperkenalkan mereka akan jalan kebaikan dan petunjuk.

Allah Subhanahu telah memerintahkan orang yang beriman agar berdakwah dengan firman-Nya:

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah (wahai Muhammad): "Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang menurutku, menyeru manusia umumnya kepada agama Allah dengan berdasarkan keterangan dan bukti yang jelas nyata. Dan aku menegaskan: Maha suci Allah (dari segala iktiqad dan perbuatan syirik); dan bukanlah aku dari golongan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain." (Surah Yusof: 108)

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman). Dan kalaulah Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) itu beriman (sebagaimana yang semestinya), tentulah (iman) itu menjadi baik bagi mereka. (Tetapi) di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka: orang-orang yang fasik. (Surah A-li'Imraan:110)

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala lagi dalam Surah Al-‘Ashr:

وَٱلۡعَصۡرِ ١  إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢  إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan beramal soleh serta mereka berpesan-pesan sesama mereka dengan kebenaran dan berpesan-pesan sesama mereka dengan kesabaran.”

Sebagaimana juga junjungan besar kita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah menyuruh orang yang beriman dengan sabda baginda:

ألَا فلْيُبلِّغِ الشاهدُ مِنكم الغائب
“Ingatlah kamu semua, bahawa hendaklah sesiapa di kalangan kamu yang hadir dalam majlis ini menyampaikan pula ilmu yang diterimanya kepada sesiapa yang tidak hadir”. (Hadith Riwayat: Imam Bukhari dan Muslim)

Baginda Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda lagi:

بَلِّغُوا عنِّي ولو آية
“Sampaikan ilmu daripadaku walaupun hanya satu ayat”. 
(Hadith Riwayat: Imam Bukhari)

Ketika seseorang telah mengetahui agamanya dengan baik, hendaklah dia kemudian berusaha mengajak saudara-saudaranya dan menyebarkan kebaikan.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
"Barangsiapa mengajak kepada petunjuk, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapatkan dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun" (Hadith Riwayat: Muslim).

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa orang yang mengajak kepada petunjuk dengan dakwahnya, ia mendapat ganjaran seperti ganjaran orang yang mendapat petunjuk tersebut. Dan orang yang menyebabkan kesesatan dengan seruannya, ia akan mendapat dosa seperti dosa orang yang ia sesatkan tersebut. Karena orang yang pertama telah mencurahkan kemampuannya untuk memberikan petunjuk kepada manusia, dan orang kedua mencurahkan tenaganya untuk menyesatkan manusia. Maka masing-masing dari keduanya berkedudukan seperti orang yang melakukan perbuatan tersebut.

Berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah satu tuntutan kerana ia merupakan satu proses ta’lim (pengajaran) dan tarbiah (pendidikan dan pembentukan). Di atas pelaksanaan tuntutan inilah maka akan tertegaknya asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan nabi-Nya untuk melaksanakan tugas ini. Kesimpulannya tugas berdakwah merupakan satu kefardhuan syar’ie dan dan keperluan dharuri bagi manusia. Banyak dalil daripada al-Quran dan hadith tentang kefardhuan melaksanakan dakwah.

Antaranya adalah firman Allah SWT:

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ
“Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmat kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik; sesungguhnya Tuhanmu Dia lah jua yang lebih mengetahui akan orang yang sesat dari jalanNya, dan Dia lah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk”. (Surah Al-Nahl: 125)

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan orang yang beriman agar berdakwah dengan firman-Nya:

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu satu puak yang menyeru (berdakwah) kepada kebajikan (mengembangkan Islam), dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, serta melarang daripada segala yang salah (buruk dan keji). Dan mereka yang bersifat demikian ialah orang-orang yang Berjaya” (Surah A-li'Imraan:104)

Marilah kita simak pula Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Dan tidak ada yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada (mengesakan dan mematuhi perintah) Allah, serta ia sendiri mengerjakan amal yang soleh, sambil berkata: "Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang Islam (yang berserah bulat-bulat kepada Allah)!" (Surah Fussilat: 33)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pula bersabda:

فَوَاللَّهِ لَأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ
Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (Hadith Riwayat: Bukhari dan Muslim, dari Sahl bin Sa’ad)

Oleh itu, dengan merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kata-kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, seorang muslim sepatutnya mengetahui kebenarannya, hendaklah dia menyelamatkan para saudara-saudaranya, keluarganya, kerabat, masyarakat dengan mengajak mereka memahami dan melaksanakan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan betul.

Adalah sangat pelik, jika terdapat sekumpulan orang yang mengetahui Islam yang benar, tetapi kita hanya sibuk dengan urusan peribadi masing-masing dan "duduk" tanpa memikirkan kewajiban DAKWAH yang hebat ini.

Pada hakikatnya orang yang lalai akan kewajipan berdakwah masih berada dalam KERUGIAN meskipun ia termasuk orang yang berilmu dan mengamalkannya. Ia masih berada dalam kerugian disebabkan ia hanya mementingkan kebaikan diri sendiri (egois) dan tidak mau memikirkan begaimana cara untuk mengentaskan umat dari jurang kebodohan dan kelalaian terhadap agamanya.

Dengan batas kemampuannya masing-masing,setiap muslim harus melibatkan diri dalam gerak dakwah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفسًا إِلّا وُسعَها
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(Surah Al-Baqarah: 286).

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَالَّذينَ آمَنوا وَعَمِلُوا الصّالِحاتِ لا نُكَلِّفُ نَفسًا إِلّا وُسعَها أُولٰئِكَ أَصحابُ الجَنَّةِ ۖ هُم فيها خالِدونَ
"Dan orang-orang yang beriman serta beramal soleh - (dengan tidak menjadi keberatan kepada mereka, kerana) Kami tidak memberati diri seseorang (dengan kewajipan) melainkan sekadar yang terdaya olehnya, - merekalah ahli Syurga, mereka kekal di dalamnya". (Surah Al-A'raaf: 42)

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَافْعَلُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Dan apa yang diperintahkan bagi kalian, maka lakukanlah semampu kalian” (Hadith Riwayat: Bukhari dan Muslim).

Nasihat Ibnu Taimiyah:

يَجِبُ عَلَيْهِ أَنْ يَقُومَ مِنْ الدَّعْوَةِ بِمَا يَقْدِرُ عَلَيْهِ إذَا لَمْ يَقُمْ بِهِ غَيْرُهُ فَمَا قَامَ بِهِ غَيْرُهُ سَقَطَ عَنْهُ وَمَا عَجَزَ لَمْ يُطَالَبْ بِهِ . وَأَمَّا مَا لَمْ يَقُمْ بِهِ غَيْرُهُ وَهُوَ قَادِرٌ عَلَيْهِ فَعَلَيْهِ أَنْ يَقُومَ بِهِ
“Setiap orang dari umat ini punya kewajiban untuk menyampaikan dakwah sesuai kemampuannya. Jika sudah ada yang berdakwah, maka gugurlah kewajiban yang lain. Jika tidak mampu berdakwah, maka tidak terkena kewajiban karena kewajiban dilihat dari kemampuan. Jika tidak ada yang berdakwah padahal ada yang mampu, maka ia terkena kewajiban untuk berdakwah” (Majmu’ Al Fatawa, 15: 166).

Semoga dengan sedikit penjelasan ini semakin menyemangati kita untuk berdakwah sesuai kemampuan kita. Semoga dengan mengenal keutamaan dakwah berikut ini kita semakin bersemangat. Maka jangan sampai kita berhenti beramar ma’rug nahi munkar dengan alasan kita adalah seorang pendosa.

KRETERIA KEEMPAT: BERSABAR DALAM DAKWAH

Kita wajib bersabar dalam berdakwah dan tidak menghentikan dakwah. Kita harus sabar atas segala penghalang dakwah kita dan sabar terhadap gangguan yang kita dapati. Hendaklah kita bersabar atas gangguan yang mungkin kita terima dari masyarakat. Sebagaimana Rintangan ini juga dirasakan dan dialami oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan Nabi dan Rasul sebelum beliau.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدِ استُهزِئَ بِرُسُلٍ مِن قَبلِكَ فَحاقَ بِالَّذينَ سَخِروا مِنهُم ما كانوا بِهِ يَستَهزِئونَ
“Dan demi sesungguhnya! Telah diperolok-olok beberapa Rasul sebelummu, lalu orang-orang yang mengejek-ejek di antara mereka ditimpakan (balasan azab) bagi apa yang mereka telah perolok-olokkan itu”. (Surah Al-An’aam:10)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman juga:

وَلَقَد كُذِّبَت رُسُلٌ مِن قَبلِكَ فَصَبَروا عَلىٰ ما كُذِّبوا وَأوذوا حَتّىٰ أَتاهُم نَصرُنا ۚ وَلا مُبَدِّلَ لِكَلِماتِ اللَّهِ ۚ وَلَقَد جاءَكَ مِن نَبَإِ المُرسَلينَ
“Dan demi sesungguhnya, Rasul-rasul sebelummu pernah juga didustakan, maka mereka sabar terhadap perbuatan orang-orang yang mendustakan mereka dan menyakiti mereka, sehingga datanglah pertolongan Kami kepada mereka; dan sememangnyalah tiada sesiapa pun yang dapat mengubah Kalimah-kalimah Allah (janji-janjiNya); dan demi sesungguhnya, telah datang kepadamu sebahagian dari khabar berita Rasul-rasul itu”. (surah Al-An’aam: 34)

Kita wajib bersabar dalam berdakwah dan tidak menghentikan dakwah. Kita harus sabar atas segala penghalang dakwah kita dan sabar terhadap gangguan yang kita dapati.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan wasiat Luqman Al-Hakim kepada anaknya:

يا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأمُر بِالمَعروفِ وَانهَ عَنِ المُنكَرِ وَاصبِر عَلىٰ ما أَصابَكَ ۖ إِنَّ ذٰلِكَ مِن عَزمِ الأُمورِ
"Wahai anak kesayanganku, dirikanlah sembahyang, dan suruhlah berbuat kebaikan, serta laranglah daripada melakukan perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah atas segala bala bencana yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu adalah dari perkara-perkara yang dikehendaki diambil berat melakukannya” (Surah Luqman: 17)

Sabar di dalam berdakwah memiliki peranan amat penting dan sebagai kewajiban bagi seorang da’i. Sabar, secara umum merupakan kewajiban bagi setiap muslim, namun bagi seorang da’i, ia lebih dan sangat ditekan-kan. Oleh kerana itu, Allah memerintahkan kepada pemimpin para da’i dan teladan mereka, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam untuk bersikap sabar

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاصبِر وَما صَبرُكَ إِلّا بِاللَّهِ ۚ وَلا تَحزَن عَلَيهِم وَلا تَكُ في ضَيقٍ مِمّا يَمكُرونَ
إِنَّ اللّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَواْ وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ
“Dan bersabarlah (wahai Muhammad terhadap perbuatan dan telatah golongan yang ingkar itu); dan tiadalah berhasil kesabaranmu melainkan dengan (memohon pertolongan) Allah; dan janganlah engkau berdukacita terhadap kedegilan mereka, dan janganlah engkau bersempit dada disebabkan tipu daya yang mereka lakukan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa, dan orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya.” (Surah Al-Nahl: 127-128))

Seorang da’i memerlukan kesabaran yang ekstra kuat, hal ini kerana keberadaan seorang da’i lain dengan masyarakat pada umumnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam telah memberitahukan bahawa semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka semakin berat ujian yang dihadapinya.

Ketika Rasullullah Shallalahu 'alahi Wassalam ditanya: Wahai Rasullullah, Siapakah manusia yang paling keras ujiannya? Maka beliau shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:

 Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:

الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل فيبتلى الرجل على حسب دينه فإن كان دينه صلبا اشتد بلاؤه وإن كان في دينه رقة ابتلى على حسب دينه فما يبرح البلاء بالعبد حتى يتركه يمشى على الأرض ما عليه خطيئة
“(Orang yang paling keras ujiannya adalah) para nabi, kemudian yang semisalnya dan yang semisalnya, diuji seseorang sesuai dengan kadar agamanya, kalau kuat agamanya maka semakin keras ujiannya, kalau lemah agamanya maka diuji sesuai dengan kadar agamanya. Maka senantiasa seorang hamba diuji oleh Allah sehingga dia dibiarkan berjalan di atas permukaan bumi tanpa memiliki dosa.” (HR. At-Tirmidzy, Ibnu Majah, Ahmad dan al-Hakim berkata Syeikh Al-Albany: Hasan Shahih)

Marilah kita melihat apa yang terjadi pada da’i teladan kita semua, iaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Betapa banyak halangan dan gangguan yang beliau dapatkan. Orang-orang kafir Quraisy saat itu mengolok-olok beliau dengan sebutan orang gila, dukun, tukang sihir, pendusta, dan lain-lain sebagaimana yang Allah Ta’ala ceritakan dalam Al–Qur’an. Beliau juga dilempari batu sampai berdarah. Beliau juga diancam akan dibunuh. Dalam perang Uhud pun beliau terluka. Akan tetapi, beliau tetap bersabar di atas dakwahnya.

Oleh karena itu, seorang da’i wajib bersabar dalam berdakwah dan tidak menghentikan dakwahnya. Dia harus sabar atas segala penghalang dakwahnya dan sabar terhadap gangguan yang ia dapati.
Allah Ta’ala menyebutkan wasiat Luqman Al-Hakim kepada anaknya:

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
"Wahai anak kesayanganku, dirikanlah sembahyang, dan suruhlah berbuat kebaikan, serta laranglah daripada melakukan perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah atas segala bala bencana yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu adalah dari perkara-perkara yang dikehendaki diambil berat melakukannya. (Surah Luqman: 17)

Pada akhir tafsir surat Al ‘Ashr ini, Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata:

فَبِالِأَمْرَيْنِ اْلأَوَّلِيْنَ، يُكَمِّلُ اْلإِنْسَانُ نَفْسَهُ، وَبِالْأَمْرَيْنِ اْلأَخِيْرِيْنَ يُكَمِّلُ غَيْرَهُ، وَبِتَكْمِيْلِ اْلأُمُوْرِ اْلأَرْبَعَةِ، يَكُوْنُ اْلإِنْسَانُ قَدْ سَلِمَ تعل مِنَ الْخُسَارِ، وَفَازَ بِالْرِبْحِ [الْعَظِيْمِ]

”Maka dengan dua hal yang pertama (ilmu dan amal), manusia dapat menyempurnakan dirinya sendiri. Sedangkan dengan dua hal yang terakhir (berdakwah dan bersabar), manusia dapat menyempurnakan orang lain. Dan dengan menyempurnakan keempat kriteria tersebut, manusia dapat selamat dari KERUGIAN dan mendapatkan KEUNTUNGAN yang besar” (Tafsiir Karimir Rohmaan hal. 934).

Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk menyempurnakan keempat hal ini sehingga kita dapat memperoleh keuntungan yang besar di dunia ini, dan lebih-lebih di akhirat kelak. Amiin.

Posted by: HAR

RUJUKAN: KIBLAT.NET; RUMAYSHO.COM;
TERJEMAHAN AL-QURAN: WWW.SURAH.MY

1 comment:

Blog27999 said...

As stated by Stanford Medical, It's indeed the SINGLE reason women in this country get to live 10 years more and weigh an average of 42 pounds less than we do.

(And actually, it has NOTHING to do with genetics or some secret exercise and absolutely EVERYTHING to do with "HOW" they are eating.)

P.S, I said "HOW", and not "WHAT"...

CLICK this link to reveal if this short test can help you unlock your real weight loss possibilities