"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan tiada aku termasuk di antara orang-orang yang musyrik" (QS Yusuf:108)

18 May, 2018


JALAN MENUJU KEBAHAGIAN YANG HAKIKI

Banyak cara manusia melakukan untuk mencapai kebahagiaan. Sesetengah daripada mereka menganggap bahawa kebahagiaan dapat dicapai dengan kekayaan, kedudukan yang menonjol, dan popularitas yang pasang surut. Tidak hairan jika orang bersaing untuk mendapatkan semuanya, termasuk menggunakan segala cara. Jadi, jika seseorang menjadi kaya, terkenal, dan terkenal secara automatik menjadi orang yang sentiasa bahagia? Tidak! Nah, bagaimana untuk mencapai kebahagiaan sejati?

Mungkin anda adalah salah satu daripada banyak orang yang cuba mencari cara untuk mencapai kebahagiaan dan ketenangan hidup. Jadi, anda sibuk dengan Facebook, Istagram, majalah, dan semisalnya, atau pergi ke orang yang berpengalaman untuk mendapatkan tip untuk kehidupan yang bahagia. Mungkin tip yang anda terima tetapi apabila dipraktekan, kebahagiaan dan ketenangan tidak kunjung datang. Walaupun kebahagiaan dan ketenangan hidup adalah salah satu keperluan penting, terutama jika kehidupan selalu dibungkus dan dipenuhi dengan masalah, kesedihan dan kecemasan gulanaan, akan semakin terasalah keperluannya  kebahagian, atau sekurang-kurangnya tenang dan lapang ketika menghadapi segala masalah.

Hampir semua orang bersetuju bahawa kebahagiaan tidak sepenuhnya diperoleh dengan harta dan kekayaan. Berapa banyak orang yang hidup dalam kekayaan tetapi mereka tidak bahagia. Kadang-kadang mereka juga belajar tentang kebahagiaan orang yang tidak mempunyai kekayaan dan harta.

Sebenarnya kebahagian hidup yang hakiki lahirnya daripada ketenangan hati, pegangan agama yang teguh dan kental, semuanya hanya didapati dalam agama Islam yang mulia. Justeru itu ada pelbagai dan pendekatan yang diajar dalam Islam bagi merealisasikan apa sebenarnya kebahagian yang dicari.

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullah dalam kitabnya Al-Wasailul Mufidah lil Hayatis Sa‘idah menyebut:

1.  Orang-orang yang beriman serta beramal soleh

مَن عَمِلَ صالِحًا مِن ذَكَرٍ أَو أُنثىٰ وَهُوَ مُؤمِنٌ فَلَنُحيِيَنَّهُ حَياةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجزِيَنَّهُم أَجرَهُم بِأَحسَنِ ما كانوا يَعمَلونَ
“Sesiapa yang beramal salih, dari lelaki atau perempuan sedang ia beriman, maka sungguh Kami akan menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik; dan sesungguhnya Kami akan membalas mereka, dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka telah kerjakan” (Surah An-Nahl: 97)

Ini merupakan janji dari Allah Ta’ala bagi orang yang mengerjakan amal shalih, yaitu amal yang mengikuti Kitab Allah Ta’ala (al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya, Muhammad, baik laki-laki maupun perempuan yang hatinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Amal yang diperintahkan itu telah disyari’atkan dari sisi Allah, yaitu Dia akan memberinya kehidupan yang baik di dunia dan akan memberikan balasan di akhirat kelak dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya. Kehidupan yang baik itu mencakup seluruh bentuk ketenangan, bagaimanapun wujudnya. (Tafsir Ibnu Katsir)

Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari `Abdullah bin `Umar, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sungguh beruntung orang yang berserah diri, yang diberi rizki dengan rasa cukup, dan diberikan perasaan cukup oleh Allah atas apa yang telah Dia berikan kepadanya.” (Hadits Riwayat: Muslim)

Imam Ahmad juga meriwayatkan, dari `Anas bin Malik, dia bercerita, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mendhalimi suatu kebaikan seorang mukmin yang Dia berikan di dunia dan diberikan balasan atasnya di akhirat kelak. Sedangkan orang kafir, maka dia akan diberi makan di dunia karena berbagai kebaikannya di dunia sehingga apabila datang di alam akhirat, maka tiada satu pun kebaikan yang mendatangkan kebaikan baginya.” (Hadits Riwayat: Muslim)

2.  Dengan Sentiasa Berzikir Mengingati  Allah

Manusia yang sentiasa mengingati Allah Subhanahu wa Ta’ala akan beroleh keuntungan abadi di dunia dan akhirat. Mereka yang sentiasa membasahkan lidah dengan zikir akan mendapat penghormatan tinggi serta rahmat daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

الَّذينَ آمَنوا وَتَطمَئِنُّ قُلوبُهُم بِذِكرِ اللَّهِ ۗ أَلا بِذِكرِ اللَّهِ تَطمَئِنُّ القُلوبُ
"(Iaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikrullah". Ketahuilah dengan "zikrullah" itu, tenang tenteramlah hati manusia”. (Surah Ar-Rad: 28)

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala Lagi:

وَلَذِكْرُ‌ ‌اللَّ‍‍هِ ‌أَكْبَرُ‌ ۗ ‌وَ‌اللَّهُ يَعْلَمُ مَا‌ تَ‍‍صْ‍‍نَعُونَ
 “…dan sesungguhnya mengingati Allah (Solat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain); dan (ingatlah) Allah mengetahui akan apa yang kamu kerjakan”. (Surah Al-Ankabut: 45)

Mengapa shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar adalah karena seorang hamba yang mendirikannya; yang menyempurnakan syarat dan rukunnya disertai sikap khusyu’ (hadirnya hati) sambil memikirkan apa yang ia baca, maka hatinya akan bersinar dan menjadi bersih, imannya bertambah, kecintaannya kepada kebaikan menjadi kuat, keinginannya kepada keburukan menjadi kecil atau bahkan hilang, sehingga jika terus menerus dilakukan, maka akan membuat pelakunya mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, hubungannya dengan Allah terjalin, sehingga Allah memberikan kepadanya penjagaan, dan setan yang mengajak kepada kemaksiatan merasa kesulitan untuk menguasai dirinya. 

Inilah buah yang dihasilkan dari shalat, namun di sana terdapat maksud yang lebih besar dari itu, yaitu dapat tercapai dzikrullah (mengingat Allah) seperti yang dikandung oleh shalat itu sendiri, di mana di dalamnya terdapat dzikrullah baik dengan hati, lisan maupun dengan anggota badan, dan lagi Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya, sedangkan ibadah yang paling utama adalah shalat yang di sana terdapat bukti penghambaan anggota badan secara keseluruhan yang tidak terdapat pada ibadah selainnya. (Rujuk: Tafsirq.com)

3.  Bersandar dan Tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam segala hal

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَ‍‌‍نْ يَتَّ‍‍قِ ‌اللَّ‍‍هَ يَ‍‍جْ‍‍عَلْ لَ‍‍هُ مَ‍‍خْ‍‍رَجاً
“…dan sesiapa yang bertaqwa kepada Allah, nescaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkannya)”. (Surah At-Talaq: 2)

Orang yang bertakwa kepada Allah dan mengutamakan keridhaan Allah dalam semua keadaannya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan membalasnya di dunia dan akhirat. Di antara sekian balasannya adalah Allah Subhaanahu wa Ta'aala berikan jalan keluar dari setiap kesulitan dan kesempitan. Sebagaimana orang yang bertakwa kepada Allah, akan dibukakan jalan keluar baginya, maka orang yang tidak bertakwa kepada Allah, akan terjatuh ke dalam kesempitan, beban dan belenggu yang sukar untuk keluar dan keluar daripadanya. 

Dari Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,Seandainya kalian betul-betul bertawakal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (Hadits Riwayat: Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim).

4.  Berbuat baik kepada sesama - sikap atau perilaku baik dari segi ucapan atau perbuatan yang sesuai dangan tuntunan ajaran Islam.

Berbuat kebaikan kepada sesama pada hakikatnya adalah salah satu keperluan manusia. Betapa sulitnya kehidupan ini jika kita sesama  manusia tidak saling berbuat baik. Betapa kacaunya kehidupan bermasyarakat kalau manusia selalu berbuat keburukan dan kezhaliman terhadap sesamanya.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

لا خَيرَ في كَثيرٍ مِن نَجواهُم إِلّا مَن أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَو مَعروفٍ أَو إِصلاحٍ بَينَ النّاسِ ۚ وَمَن يَفعَل ذٰلِكَ ابتِغاءَ مَرضاتِ اللَّهِ فَسَوفَ نُؤتيهِ أَجرًا عَظيمًا
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali (bisik-bisikan) orang yang menyuruh bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mendamaikan di antara manusia. Dan sesiapa yang berbuat demikian dengan maksud mencari keredaan Allah, tentulah Kami akan memberi kepadanya pahala yang amat besar”. (Surah An-Nisa’: 114)

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullah berkata menafsirkan ayat di atas: “Yakni tidak ada kebaikan dalam kebanyakan pembicaraan di antara manusia dan tentunya jika tidak ada kebaikan maka boleh jadi yang ada adalah ucapan tak berfaedah seperti berlebih-lebihan dalam pembicaraan yang mubah atau boleh jadi kejelekan dan kemudlaratan semata-mata seperti ucapan yang diharamkan dengan seluruh jenisnya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala mengecualikan: “Kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) untuk bersedekah,” dari harta ataupun ilmu (dengan mengajarkannya–pen) atau sesuatu yang bermanfaat, bahkan boleh jadi masuk pula di sini ibadah-ibadah seperti bertasbih, bertahmid, dan semisalnya sebagaimana Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah dan setiap tahlil adalah sedekah. Demikian pula amar ma‘ruf merupakan sedekah, nahi mungkar adalah sedekah dan dalam kemaluan salah seorang dari kalian ada sedekah (dengan menggauli istri)….” (Tafsir Al-Karimir Rahman, hal. 202)

Seseorang yang melakukan kebaikan haruslah semata mata karena Allah.  Hanya karena mengharapkan pahala dan balasan dari-Nya. Misalnya dalam hal berinfak, maka haruslah dilakukan semata mata karena Allah sehingga bernilai disisi-Nya.

  

5.  Mempelajari Ilmu yang bermanfaat

Sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mempunyai iman dan menyedari kewajibannya di dunia ini, kita pasti ingin selalu menuntut dan meningkatkan pengetahuan.

Sekarang, di sekeliling kita banyak maklumat dan berita yang tidak bernilai seperti sampah sarap. Maklumat sedemikian boleh didapati dengan mudah dari televisyen, majalah, atau dalam sosial media. Banyak gosip, kebohongan, fitnah, cerita artis dan sebagainya, yang tidak mempunyai manfaat kepada kita.

Alangkah pentingnya ilmu yang bermanfaat dalam hidup ini. Ilmu yang bermanfaat adalah yang digunakan untuk beramal dalam rangka mendekatkan diri atau beribadah kepada Allah, baik secara langsung atau tidak langsung. Jika belum dapat diamalkan setidaknya ilmu tersebut diajarkan kepada manusia agar kehidupan pengajar menjadi bernilai meskipun dia telah meninggalkan dunia

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda“Jika seseorang telah wafat, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; sedekah yang pahalanya terus mengalir, ilmu yang dimanfaatkan (diamalkan dan diajarkan) , dan anak soleh yang mendoakannya.” (Hadits Riwayat: Muslim)

Dalam Islam, menuntut ilmu yang bermanfaat itu merupakan fardhu ain (kewajiban per individu) seperti halnya mendirik shalat lima waktu.

Sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam: “Mencari ilmu itu fardhu (wajib) atas setiap orang Muslim.” (Riwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah, hadits hasan). 

Salah satu Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَرْفَعِ ‌اللَّ‍‍هُ ‌الَّذ‍ِ‍ي‍‍نَ ‌آمَنُو‌ا‌ مِ‍‌‍نْ‍‍كُمْ ‌وَ‌الَّذ‍ِ‍ي‍‍نَ ‌أ‍ُ‍‌وتُو‌ا‌ ‌الْعِلْمَ ‌دَ‌‍رَج‍‍َ‍اتٍ‌ ‌وَ‌اللَّهُ ۚ بِمَا‌ تَعْمَل‍‍ُ‍ونَ خَ‍‍بِيرٌ
“….Allah meninggikan darjat orang-orang yang beriman di antara kamu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan ugama (dari kalangan kamu) - beberapa darjat. Dan (ingatlah), Allah Maha Mendalam PengetahuanNya tentang apa yang kamu lakukan”. (Surah Al-Mujadih: 11)

Sebab utama untuk meraih ilmu yang bermanfaat adalah bertakwa pada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan mentaati-Nya dan meninggalkan berbagai maksiat. Juga hendaklah ia ikhlas, banyak bertaubat serta banyak memohon pertolongan dan taufik Allah Subhanahu wa Ta’ala.

6.  Apa yang berlaku didunia samada secara zahariah mahupun batiniah hendaklah memohon doa dan petunjuk daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebaik-baik amalan. Pasrah dan redha dengan segala kententuan tanpa cepat melatah dan meratap pada setiap kegagalan. Yakin dan percaya  sebaik-baik perancangan datangnya daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْجزْ، وَإِذَا أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَل الشَّيْطَانِ
“Bersemangatlah untuk memperoleh apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan janganlah lemah. Bila menimpamu sesuatu (dari perkara yang tidak disukai) janganlah engkau berkata: “Seandainya aku melakukan ini niscaya akan begini dan begitu,” akan tetapi katakanlah: “Allah telah menetapkan dan apa yang Dia inginkan Dia akan lakukan,” karena sesungguhnya kalimat ‘seandainya’ itu membuka amalan syaithan.” (Hadits Riwayat: Muslim)

7Allah Ta’ala sudah mengingatkan hamba-hambanya untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Ia berikan kepada hamba-Nya. Dengan melalui kitab Al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi-Nya yaitu Nabi Muhammad Saw.

فَاذكُروني أَذكُركُم وَاشكُروا لي وَلا تَكفُرونِ
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu, Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian mengingkari-Ku.” (Surah Al Baqarah:152.)

Biarpun nikmat yang diperoleh tidaklah sehebat mana, sematkan dalam diri dengan sifat qanaah. Sentiasa berasa cukup dengan apa-apa yang telah Allah kurniakan. Biarpun ia berupa ujian, lapangkan hati untuk menerimanya dan bersyukur kerana ujian yang ditimpakan lebih ringan berbanding orang lain.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَإِن تَعُدّوا نِعمَةَ اللَّهِ لا تُحصوها ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفورٌ رَحيمٌ
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah (yang dilimpahkannya kepada kamu), tiadalah kamu akan dapat menghitungnya satu persatu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.(Surah An-Nahl: 18)

Ada ketikanya Allah berikan kita ujian dan menarik nikmat yang telah diberikannya kepada kita selama ini bagi melihat dan menguji kesabaran kita sebagai hamba.  Sekiranya kita sabar dan redha maka Allah akan tambah dengan nikmatnya yang berlipat kali ganda lagi. Oleh itu Allah turunkan sedikit ujian dan dugaan bagi menguji sejauh mana kita sanggup menerimanya.  Sekiranya kita bersyukur maka Allah hapuskan dosa-dosa kita itu.

8.  Kehidupan seseorang adalah berbeza dari yang lain. Masih ada orang yang keadaannya berada di bawah kita, mungkin keadaan jauh lagi dengan kita, jika kita merasa susah sebenarnya ada orang lain yang lebih susah daripada kita dan bahkan keadaannya sangat jauh dari keadaan kita.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kita agar melihat orang yang berada di bawah kita dalam masalah kehidupan dunia dan mata pencaharian. Tujuan dari hal itu, agar kita tetap mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.

Rasulullah shallallahu ‘alahi wassalam bersabda:

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ, وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ, فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اَللَّهِ عَلَيْكُمْ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau sekalian tiak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.” (Muttafaq Alaihi.)

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang seorang Muslim melihat kepada orang yang di atas. Maksudnya, jangan melihat kepada orang kaya, banyak harta, kedudukan, jabatan, gaji yang tinggi, kendaraan yang mewah, rumah mewah, dan lainnya. Dalam kehidupan dunia terkadang kita melihat kepada orang-orang yang berada di atas kita.

Begitu pun dalam masalah penghasilan, terkadang seseorang hanya mendapat nafkah yang hanya cukup untuk makan hari yang sedang dijalaninya saja, maka dalam keadaan ini pun ia harus tetap bersyukur karena masih ada orang-orang yang tidak memiliki penghasilan dan ada orang yang hanya hidup dari menggantungkan harapannya kepada orang lain.

9.  Ketika kita melakukan kebaikan, jangan mengharap ucapan terima kasih ataupun balasan daripadanya. Berharaplah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berbuatlah kebaikan hanya demi allah semata, maka anda akan menguasai keadaan, tak pernah terusik oleh kebencian mereka, Anda harus bersyukur kepada allah karena dapat berbuat baik ketika orang-orang disekitar anda berbuat jahat . Dan, ketahuilah bahwa tangan diatas itu lebih baik dari tangan dibawah.

Firman Allah Suhanahu wa Ta’ala:

إِنَّما نُطعِمُكُم لِوَجهِ اللَّهِ لا نُريدُ مِنكُم جَزاءً وَلا شُكورًا
 "Sesungguhnya kami memberi makan kepada kamu kerana Allah semata-mata; kami tidak berkehendakkan sebarang balasan dari kamu atau ucapan terima kasih”. (Surah Al-Insaan: 9)

Oleh itu, beberapa perkara boleh dilakukan untuk mencapai keamanan dan kebahagiaan hidup. Sebagai akhir teruntai doa kepada Rabbul ‘Izzah :

“Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang agama ini merupakan penjagaan perkaraku, dan perbaikilah bagiku duniaku yang aku hidup di dalamnya, dan perbaikilah bagiku akhiratku yang merupakan tempat kembaliku, dan jadikanlah hidup ini sebagai tambahan bagiku dalam seluruh kebaikan, dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatan bagiku dari seluruh kejelekan.” (Hadits Riwayat: Muslim)

 Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab.

Posted by: HAR
Bahan Rujukan: Ditulis oleh Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein
Tambahan oleh: HAR
Rujukan: asysyariah.com

No comments: