"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan tiada aku termasuk di antara orang-orang yang musyrik" (QS Yusuf:108)

11 May, 2018


KATA-KATA KASAR & CACI-MAKI DALAM ISLAM

Ia mungkin sedikit rasa sakit hati, hati yang "panas" atau pergolakan emosi, jika seseorang mengecam dan menuduh kita. Menggunakan kata-kata yang tidak selesa bahkan tidak sesuai yang keluar dari mulut seseorang yang mendakwa dirinya sebagai seorang Muslim. Seorang Muslim hanya mengatakan yang baik atau mendiamkan diri sahaja. Ini boleh berlaku di dunia nyata dan dunia siber ketika ini. Terutama di ruang siber, kadang-kadang ada orang yang kita tidak tahu, mengulas dengan kata-kata kasar dan kritikan dengan pelbagai tohmahan daripada manusia sekelilingi. 

Rasulullah s.a.w., bersabda yang bermaksud:

''Seorang mukmin bukanlah tukang mencela, tukang melaknat orang, tukang berkata kotor dan berkata rendah'. (Riwayat Tarmizi).

Para ulama menjelaskan bahawa hanya orang jahil yang mengeluarakan kata-kata kasar dan fitnah. Kerana kadang-kadang kata-kata kasar dan menfitnah itu sebenarnya untuk menutupi kebodohannya dan untuk menutupi kekalahan dia didalam perbincangan atau berdebat. Maaf sahaja, orang bodoh hampir seperti orang gila, jadi jika ada orang gila atau bodoh yang mencaci maki, maka tidak perlu dimasukkan ke dalam hati. Sebab orang gila tidak peduli?

Jangan Hiraukan Celaan Muqallid (orang-orang awam yang belum atau tidak sampai kepada derajat ijtihad.)

Berkata al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah tabaraka wa ta'ala :

"Adapun orang yang bodoh yang tabiatnya taqlid (membebek) maka jangan engkau pedulikan dia. Sikapnya yang mencelamu, mengkafirkanmu dan menganggapmu sesat, itu tidak akan memberikan pengaruh jelek kepadamu, karena itu bagaikan lolongan anjing.

Maka janganlah engkau menjadikan bagi anjing sesuatu yang punya nilai (kedudukan) di sisimu, dengan engkau membalasnya setiap kali dia melolongkan suaranya kepadamu.

Biarkan dia bergembira dengan lolongannya. Dan bergembiralah engkau dengan karunia yang ada padamu berupa ilmu, iman, dan hidayah. Dan jadikanlah berpalingnya engkau dari dirinya sebagai bagian dari rasa syukur atas nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu dan yang engkau dibuat senang dengannya."

[Ash-Shawaiqul Mursalah 3/1158]

Kata-kata yang kasar dan caci-maki sudah menunjukkan bahwa niatnya tidak baik, bukan mencari kebenaran dengan berdiskusi. Hanya mencari “masalah” saja. Kita juga diperintahkan agar menjauhi dan berpaling dari orang yang bodoh ini.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

خُذِ العَفْوَ وَأْمُرْ بِالعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الجَاهِلِيْنَ
“Terimalah apa yang mudah engkau lakukan, dan suruhlah dengan perkara yang baik, serta berpalinglah (jangan dihiraukan) orang-orang yang jahil (yang degil dengan kejahilannya)”. (Surah Al-A’raf: 199)

Imam Syafie rahimahullah berkata,

فإن كلمته فرجت عنه .. وإن خليته كمدا يموت
“Apabila kamu melayaninya, maka kamu akan susah sendiri. Dan bila kamu berteman dengannya, maka ia akan selalu menyakiti hati”

Yang lebih penting lagi adalah urusan di hari kiamat. Ia mencaci-maki kita atau bahkan menyebarkan fitnah, maka di hari kiamat nanti ia akan mencari-cari kita untuk meminta maaf dan membayar dengan pahalanya. Jika pahalanya sudah habis, maka dosa kita diberi kepadanya.

Jadi, diam itu adalah hal terbaik untuk segala permasalahan hidup. Apalagi jika diam kita dengan tujuan tidak ingin mencari permasalahan. Bukankah Singa ditakuti karena dia diam sedangkan anjing dijadikan mainan karena ia menggonggong?

Dari Abu Hurairah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

أتَدْرُونَ مِن الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ لَا لَهُ دِرْهَمَ وَلَا دِينَارَ وَلَا مَتَاعَ قَالَ الْمُفْلِسُ مِنْ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ يَأْتِي بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ عِرْضَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُقْعَدُ فَيَقْتَصُّ هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
“Tahukah kalian siapakah yang disebut dengan orang yang muflis?” Para sahabat menjawab; “Orang yang muflis menurut kami wahai Rasulullah, adalah orang yang tidak punya dirham dan dinar serta harta benda.” Baginda bersabda: “Seorang muflis daripada kalangan umatku ialah seorang yang datang pada hari Kiamat dengan pahala solat, puasa dan zakat, namun (pada masa yang sama) dia juga membawa dosa mencela orang ini, menuduh orang itu, memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang itu dan memukul orang ini (dan seumpamanya), lalu diberikan kepada orang ini sebahagian daripada pahala-pahala kebaikannya dan diberikan kepada orang itu pula sebahagian pahalanya, hinggalah akhirnya habis pahalanya namun belum lagi terbayar dosa-dosa yang tertanggung atasnya, lalu diambil dosa-dosa mereka tadi dan ditompukkan ke atasnya hingga akhirnya dia dihumban ke dalam neraka (kerana banyak dosa)” (HR Ahmad No: 8062) Status: Hasan Sahih

Ingatlah pesanan Rasulullah SAW:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
Daripada Abu Hurairah RA bahawa Rasulullah  SAW pernah bertanya: “Tahukah kamu, apakah ghibah (mengumpat) itu?” Para sahabat menjawab; Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Engkau menyebut tentang hal saudara kamu yang ia tidak sukai.” Baginda ditanya lagi, “Bagaimana pendapatmu jika apa yang ada pada saudaraku sesuai dengan yang aku bicarakan?” Baginda menjawab: “Jika apa yang engkau katakan itu memang benar-benar ada maka engkau telah berbuat ghibah (mengumpat), namun jika tidak benar, maka engkau telah berbuat fitnah.”
(HR Muslim No: 4690)  Status: Hadis Sahih

Dalam kehidupan terkadang kita akan selalu dihadapi dengan berbagai pilihan sikap, barbagai reaksi yang kita pilih dengan bermacam macam sikap dan tingkah laku, ada yang memang sikap dasar bawaan kita ada pula sikap yang kita kamuflase dan disembunyikan untuk alasan tertentu. Baik dilingkungan keluarga, tempat tinggal dan pekerjaan termasuk organisasi, kita cendrung berhadapan dengan berbagai tingkah laku orang lain yang tentunya sangat beragam dalam menghadapi masalah , ada yang meng-counter habis habisan, adapula yang arogan, ada juga yang diam dan tidak bereaksi terhadap serangan dan masalah.

Semoga bermanfaat, Barokalloh Warokhimakumulloh Wayuslihubalakum !!

Posted by: HAR

No comments: