23 July, 2014
14 July, 2014
Kerugian bagi yang mati dalam kafir/fasik/munafiq
Fasik dan munafik keduanya merupakan kemaksiatan kepada
Allah Subhanahu wa ta’ala.
Kemaksiatan dapat berupa kemaksiatan yang besar iaitu kekafiran (keluar dari
Aqidah islam) atau berupa perbuatan dosa saja (tidak keluar dari Aqidah).
Kafir dan Munafik keduanya adalah orang-orang fasik. Mereka
semua adalah orang-orang yang keluar/menyimpang dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan tidak mengikuti
perintah-Nya. Bahkan fasik memiliki pengertian yang lebih umum dan melingkupi
pengertian kafir dan munafik, iaitu sebagai orang keluar dari perintah Allah Subhanahu wa ta’ala.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَإِذَا لَقُواْ
الَّذِينَ آمَنُواْ قَالُواْ آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْاْ إِلَى شَيَاطِينِهِمْ
قَالُواْ إِنَّا مَعَكْمْ إِنَّمَا
نَحْنُ
مُسْتَهْزِئُونَ
“Dan
apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: "
Kami telah beriman ", dan manakala mereka kembali kepada syaitan-syaitan
mereka, mereka berkata pula:" Sesungguhnya kami tetap bersama kamu,
sebenarnya kami hanya memperolok-olok (akan orang-orang yang beriman)".
(Surah
Al-Baqarah: 115)
Kerugian
jika mati dalam kekafiran/fasik/munafik sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُواْ وَمَاتُواْ وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَن يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِم
مِّلْءُ الأرْضِ ذَهَباً
وَلَوِ
افْتَدَى بِهِ أُوْلَـئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُم مِّن نَّاصِرِينَ
“Sesungguhnya orang-orang
yang kafir, lalu mati sedang mereka tetap kafir, maka tidak sekali-kali akan
diterima dari seseorang di antara mereka: emas sepenuh bumi, walaupun ia
menebus dirinya dengan (emas yang sebanyak) itu. Mereka itu akan mendapat azab
seksa yang tidak terperi sakitnya, dan mereka pula tidak akan beroleh seorang
penolong pun”. (Surah A-li ‘Imraan: 91)
Allah
Subhanahu wa ta’ala juga berfirman:
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُواْ لَن تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلاَ أَوْلاَدُهُم
مِّنَ اللّهِ شَيْئاً وَأُوْلَـئِكَ
أَصْحَابُ
النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang kafir, harta benda mereka dan anak-anak mereka, tidak
sekali-kali akan dapat menyelamatkan mereka dari (azab) Allah sedikitpun, dan mereka
itu ialah ahli neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Surah
A-li ‘Imraan: 116)
Allah
Subhanahu wa ta’ala berfirman juga:
يُبَصَّرُونَهُمْ
يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ
كَلَّا
إِنَّهَا لَظَى ,وَمَن فِي الْأَرْضِ جَمِيعاً ثُمَّ يُنجِيهِ ,وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْويهِ,وَصَاحِبَتِهِ
وَأَخِيهِ
“Padahal
masing-masing diberi melihat setengahnya yang lain; (pada saat yang demikian)
orang yang kafir suka kiranya dapat menebus dirinya dari azab itu dengan
anak-anaknya sendiri, dan isteri serta saudaranya, dan kaum kerabatnya yang
melindunginya, dan juga sekalian makhluk yang ada di bumi - kemudian
(diharapkannya) tebusan itu dapat menyelamatkannya. Tidak sekali-kali
(sebagaimana yang diharapkannya)! Sesungguhnya neraka (yang disediakan baginya)
tetap menjulang-julang apinya”, (Surah Al-Ma’aarij: 11-15)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
bahawa Allah Subhanahu wa ta’ala
berfirman:
يقول الله
تعالى لأهون أهل النار عذاباً : لو كانت لك الدنيا وما فيها ومثلها معها أكنت
مفتدياً بها ؟
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman kepada penduduk neraka
yang paling ringan adzabnya, ‘Seandainya kamu mempunyai dunia dan segala
isinya, apakah kamu menebus adzab ini dengannya?’
فيقول : نعم
Dia menjawab: ya
فيقول : قد
أردت منك أهون من هذا وأنت فى صلب آدم . أن لا تشرك – أحسبه قال :
ولا أدخلك
النار – فأبيت إلا الشرك
Maka (Allah Subhanahu wa ta’ala) berfirman
kepadanya: Aku telah menginginkan darimu apa yang lebih ringan daripada ini sejak kamu masih dalam tulang sulbi
Adam, iaitu: ‘Hendaknya kamu tidak mempersekutukanKu, (perawi berkata: ) dan
kalau tidak salah, Nabi Shallallaahu
‘alahi wasallam bersabda (bahawa Allah Subhanahu
wa ta’ala berfirman) Dan Aku tidak akan memasukkanmu kedalam api neraka,
tapi kamu menolak, selain menyekutukanKu” (Hadits riwayat: Ahmad, al Bukhaariy,
dan selainnya)
Benar, dan Allah Subhanahu wa ta’ala telah
mengabarkan hal ini kepada mereka:
وَإِذْ أَخَذَ
رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ
أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَىٰ ' شَهِدْنَا ۛ
Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah Subhanahu wa ta’ala mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi”
أَن تَقُولُوا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)”
أَوْ
تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِن قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّن
بَعْدِهِمْ ۖ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ
atau
agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah
mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan
yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami kerana
perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?”
وَكَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ
الْآيَاتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka
kembali (kepada kebenaran).
Firman Allah Subhanahu wa
ta’ala:
وَإِذْ أَخَذَ
رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى
أَنفُسِهِمْ
أَلَسْتَ
بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا
كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
أَوْ
تَقُولُواْ إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِن قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّن
بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ
وَكَذَلِكَ
نُفَصِّلُ الآيَاتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
وَاتْلُ
عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِيَ آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ
الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ
وَلَوْ
شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَـكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ وَاتَّبَعَ
هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ
الْكَلْبِ إِن
تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ذَّلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ
الَّذِينَ كَذَّبُواْ
بِآيَاتِنَا
فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan
(ingatlah wahai Muhammad) ketika Tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-anak Adam
(turun-temurun) dari (tulang) belakang mereka, dan Ia jadikan mereka saksi
terhadap diri mereka sendiri, (sambil Ia bertanya dengan firmanNya): "Bukankah Aku tuhan kamu?" Mereka
semua menjawab: "Benar (Engkaulah
Tuhan kami), kami menjadi saksi". Yang demikian supaya kamu tidak
berkata pada hari kiamat kelak:
"Sesungguhnya kami adalah lalai (tidak diberi peringatan) tentang (hakikat
tauhid) ini". Atau supaya kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya ibu bapa kamilah yang melakukan syirik dahulu sedang
kami ialah keturunan (mereka) yang datang kemudian daripada mereka. Oleh itu,
patutkah Engkau (wahai Tuhan kami) hendak membinasakan kami disebabkan
perbuatan orang-orang yang sesat itu?" Dan demikianlah Kami
menjelaskan ayat-ayat keterangan Kami satu persatu (supaya nyata segala
kebenaran), dan supaya mereka kembali (kepada kebenaran). Bacakanlah kepada
mereka (wahai Muhammad), khabar berita seorang yang kami beri kepadanya
(pengetahuan mengenai) ayat-ayat (Kitab) Kami. kemudian ia menjadikan dirinya
terkeluar dari mematuhinya, lalu ia diikuti oleh Syaitan (dengan godaannya),
maka menjadilah dari orang-orang yang sesat. Kalau Kami kehendaki nescaya Kami tinggikan
pangkatnya dengan (sebab mengamalkan) ayat-ayat itu. Tetapi ia bermati-mati
cenderung kepada dunia dan menurut hawa nafsunya; maka bandingannya adalah
seperti anjing, jika engkau menghalaunya: ia menghulurkan lidahnya
termengah-mengah, dan jika engkau membiarkannya: ia juga menghulurkan lidahnya
termengah-mengah. Demikianlah bandingan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu supaya mereka berfikir.
(Surah
Al-Araaf: 172-176)
Dia juga dahulu telah memerintahkan mereka, agar
mereka menyembahNya dan tidak menyekutukanNya sedikitpun juga:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka MENYEMBAH
kepada-Ku.
مَا أُرِيدُ
مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ . إِنَّ اللَّهَ هُوَ
الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Aku tidak sekali-kali
menghendaki sebarang rezeki pemberian dari mereka, dan Aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi makan kepadaKu. Sesungguhnya Allah Dia lah sahaja Yang
Memberi rezeki (kepada sekalian makhlukNya, dan Dia lah sahaja) Yang Mempunyai
Kekuasaan yang tidak terhingga, lagi Yang Maha Kuat Kukuh kekuasaanNya. (Surah
Adz-Dzaariyaat: 56-58)
Allah
Subhanahu wa ta’ala berfirman lag:
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
الَّذِي
جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ
مَاءً فَأَخْرَجَ
بِهِ مِنَ
الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ
تَعْلَمُونَ
“Wahai sekalian manusia!
Beribadatlah kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang
terdahulu daripada kamu, supaya kamu (menjadi orang-orang yang) bertaqwa. Dia
lah yang menjadikan bumi ini untuk kamu sebagai hamparan, dan langit (serta
segala isinya) sebagai bangunan (yang dibina dengan kukuhnya); dan
diturunkanNya air hujan dari langit, lalu dikeluarkanNya dengan air itu
berjenis-jenis buah-buahan yang menjadi rezeki bagi kamu; maka janganlah kamu
mengadakan bagi Allah, sebarang sekutu, padahal kamu semua mengetahui (bahawa
Allah ialah Tuhan Yang Maha Esa). (Surah Al-Baqarah: 21-22)
وَاعْبُدُواْ
اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً
“Dan
hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia dengan
sesuatu apa jua”;
(Surah An-Nisaa’: 36)
Allah
Subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلْ إِنِّي
أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ
وَأُمِرْتُ
لِأَنْ أَكُونَ أَوَّلَ الْمُسْلِمِينَ
قُلْ إِنِّي
أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
قُلِ اللَّهَ
أَعْبُدُ مُخْلِصاً لَّهُ دِينِي
“Katakanlah
lagi (wahai Muhammad): "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah
Allah dengan mengikhlaskan segala ibadat kepadaNya; aku diperintahkan supaya
menjadi orang yang awal pertama berserah diri bulat-bulat (kepada Allah),
Katakanlah lagi: "Sesungguhnya aku takut - jika aku menderhaka kepada
Tuhanku - akan azab hari yang besar (soal jawabnya)". Katakanlah lagi:
"Allah jualah yang aku sembah dengan mengikhlaskan amalan ugamaku
kepadaNya”. (Surah Az-Zumar: 11-14)
Allah
Subhanahu wa ta’ala berfirman
seterusnya:
فَاعْبُدُوا
مَا شِئْتُم مِّن دُونِهِ قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا
أَنفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ
يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أَلَا ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
"(Setelah
kamu mengetahui pendirianku ini wahai kaum musyrik, dan kamu masih juga
berdegil) maka sembahlah kamu apa yang kamu kehendaki, yang lain dari Allah,
(kamu akan mengetahui akibatnya)". Katakanlah lagi: "Sesungguhnya
orang-orang yang rugi (dengan sebenar-benarnya) ialah orang-orang yang
merugikan dirinya sendiri dan pengikut-pengikutnya pada hari kiamat (dengan
sebab perbuatan mereka memilih kekufuran atau kederhakaan). Ingatlah, yang
demikian itulah kerugian yang jelas nyata. (Surah Az-Zumar: 15)
Allah Subhanahu
wa ta’ala telah pun memerintahkan manusia untuk memeluk agamaNya, dan
bahkan memerintahkan kaum muslimin (yg sudah memeluk agamaNya untuk ISTIQAMAH
diatas agamaNya, agar jangan sampai membatalkan keislaman dan keimanan mereka…
Dan agar mereka tidak wafat, kecuali dalam keadaan muslim:
Sebagaimana dalam Firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
إِنَّ اللّهَ
اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Sesungguhnya
Allah telah memilih ugama (Islam) ini menjadi ikutan kamu, maka janganlah kamu
mati melainkan kamu dalam keadaan Islam". (Surah Al-Baqarah: 132)
Dan
Firman Allah Subhanahu wa ta’ala
seterusnya:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar
taqwa, dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam”. (Surah
A-li ‘Imraan: 102)
Maka alangkah menyesalnya orang-orang kafir (dari
kalangan ahli kitab, musyrikiin maupun munaafiqiin) di hari kiamat kelak,
bahkan mereka berangan-angan agar sekiranya dahulu mereka didunia adalah
seorang muslim, dan wafat dalam keadaan muslim:
Firman Allah Subhanahu
wa ta’ala:
رُّبَمَا
يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَوْ كَانُواْ مُسْلِمِينَ
“Ada
masanya orang-orang yang kafir merasa ingin kalaulah mereka telah menjadi
orang-orang Islam”.
(Surah Al-Hijr: 2)
Bahkan mereka berputus
asanya dihari hisab, mereka ingin kalau
mereka seperti binatang (yang setelah selesai hisab, diubah jadi tanah; tidak
ada adzab neraka yang menantinya)
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَوْمَئِذٍ
يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَعَصَوُاْ الرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّى بِهِمُ الأَرْضُ
وَلاَ
يَكْتُمُونَ
اللّهَ حَدِيثاً
Pada hari itu orang-orang
yang kafir dan menderhaka kepada Rasulullah, suka jika mereka disama ratakan
dengan tanah (ditelan bumi), dan (ketika itu) mereka tidak dapat menyembunyikan
sepatah kata pun dari pengetahuan Allah. (Surah An-Nisaa’: 42)
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu, disebutkan bahawa beliau berkata:
“Sesungguhnya Allaah mengumpulkan seluruh
makhluqNya, seluruh binatang melata, burung, serta manusia. Dikatakan kepada
binatang dan burung, “jadilah kalian tanah”, maka disaat itulah orang-orang
kafir berkata: ‘Duhai, aku berharap sekiranya aku menjadi tanah [seperti
binatang dan burung itu dijadikan tanah”. (dengan
sanad yang shahiih; simak ash shahiihaah 4/607])
Firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
إنَّ اللهَ
يحشرُ الخلقَ كلَّهم كلَّ دابةٍ وطائرٍ وإنسانٍ يقول للبهائم والطيرِ
كونوا ترابًا
فعند ذلك يقول الكافرُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا
“Sesungguhnya
(dengan keterangan-keterangan yang tersebut), Kami memberi amaran kepada kamu
mengenai azab yang dekat (masa datangnya), - iaitu hari seseorang melihat apa
yang telah diusahakannya; dan orang yang kafir akan berkata (pada hari itu):
"Alangkah baiknya kalau aku menjadi tanah (supaya aku tidak dibangkitkan
untuk dihitung amalku dan menerima balasan)". (Surah An-Naba: 40) - (dengan sanad yang shahiih; simak ash shahiihaah 4/607])
Juga dalam hadits ‘Abdullah ibn ‘Amru radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahawa
beliau berkata:
“Jika hari Kiamat telah tiba, bumi akan
dibentangkan seperti kulit dan binatang akan dikumpulkan. Kemudian
diberlakukanlah qishash di antara binatang hingga domba yang kehilangan tanduk
akan menuntut qishash dari domba yang bertanduk. Jika qishash itu telah selesai
dilaksanakan, kepada domba itu dikatakan, ‘Jadilah tanah!’ Saat itu orang kafir
akan berkata, ‘Duhai, aku berharap sekiranya aku menjadi tanah [seperti
binatang dan burung itu dijadikan tanah”
(Sanadnya jayyid, simak ash shahiihaah 4/607)
Maka
wahai orang-orang kaafir (dari kalangan ahli kitab maupun musyrikin) yang belum
beragama islam… masuklah kedalam islaam… sebelum datangnya hari penyesalan itu…
Maka
wahai orang-orang munaafiq, yang lisan dan identitasnya ‘muslim’, tapi hati,
lisan dan anggota badannya benci serta memusuhi islam dan kaum muslimiin,
hendaknya bertaubat dan kembali kepada ajaran islam yang benar… sebelum
datangnya hari penyesalan itu…
Maka
wahai orang-orang muslim… hendaknya bertaqwa kepada Allaah dengan
sebenar-benarnya taqwa… istiqamah diatas taqwa tersebut… jangan sampai
mencampurkan ketauhidan itu dengna kesyirikan… jangan pula mencampurkan
keimanan itu dengan kekufuran/kemunafiqan… agar kita diwafatkanNya dalam
keadaan muslim…Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar dijauhkan
dari sifat kemunafikan dan dari kerosakan yang timbul dari perilaku orang-oranh
munafik dan fasik.
Firman
Allah Subhanahu wa ta’ala:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ
اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ
اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“(Setelah
jelas kesesatan syirik itu) maka hadapkanlah dirimu (engkau dan
pengikut-pengikutmu, wahai Muhammad) ke arah ugama yang jauh dari kesesatan;
(turutlah terus) ugama Allah, iaitu ugama yang Allah menciptakan manusia
(dengan keadaan bersedia dari semulajadinya) untuk menerimanya; tidaklah patut
ada sebarang perubahan pada ciptaan Allah itu; itulah ugama yang betul lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Surah Ar-Ruum: 30)
“Sesungguhnya
solatku, pengorbanan ku, hidupku dan matiku adalah bagi Allah tuhan Mentadbir
sekelian Alam”
Wallahu a'lam . Semoga
bermanfaat.
Disusun
oleh: HAR
13 July, 2014
Nama
sebenarnya Amir bin Abdullah bin Al Jarrah bin Hilal Al Fihri Al Quraisy.
Terkenal dengan nama Abu Ubaidah
Al Jarrah. Beliau lahir di Mekah dari sebuah keluarga Quraisy yang terhormat.
Keluarganya dari kalangan pedangang Arab. Beliau termasuk orang yang awal masuk
Islam, selepas Abu Bakar as Siddiq.
Kehebatannya dapat kita ketahui melalui sabda
Nabi Shalallahu ‘alaihi
wassalam:
Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah
bersabda yang maksudnya, "Setiap umat mempunyai sumber kepercayaan, sumber
kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah
bin Jarrah." Itulah penghargaan bintang mahaputra yang diterima oleh
Abu Ubaidah dari Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam. Penghargaan yang tidak diberikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam kepada
sahabat yang lainnya. Tapi ini bukan berarti, bahawa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tidak
percaya kepada sahabat yang lainnya. Memang kalau dilihat dari kenyataan yang
ada Abu Ubaidah layak mendapatkan gelaran seperti itu. Sekalipun ia tidak
mengharapkannya. Dari sosok tubuhnya yang tinggi, kurus tapi bersih, kelihatan
tersimpan sifat-sifat mulia yang tidak dimiliki orang lain. Jujur, tawadu',
pemalu itulah diantara sifat yang paling menonjol dari Abu 'Ubaidah bin Jarrah
(radiallahu anhu). Muhammad bin Ja'far pernah bercerita, suatu ketika datang
rombongan Nasrani Najran menemui Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam. "Ya Abalqasim," kata utusan itu,
"Datangkanlah utusanmu ke negeri kami untuk menyelesaikan permasalahan
yang sedang kami hadapi. Kami betul-betul redha dan yakin terhadap kaum
muslimin." Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam menyanggupinya dan menjanjikan kepada mereka seraya
berkata, "Esok hari aku akan mengutus bersama kalian seorang yang
benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya."
Rasululah Shalallahu ‘alaihi wassalam
menyebut "amin" (terpercaya) sampai diulanginya tiga kali. (Riwayat al-Tirmizi)
Petikan Riwayat dari Hadits Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah:
Rujukan Musnad Imam Ahmad bin
Hanbal (rahimullah)
Petikan Riwayat No.1
حَدَّثَنَا
زِيَادُ بْنُ الرَّبِيعِ أَبُو خِدَاشٍ حَدَّثَنَا وَاصِلٌ مَوْلَى أَبِي
عُيَيْنَةَ عَنْ بَشَّارِ بْنِ
أَبِي سَيْفٍ
الْجَرْمِيِّ عَنْ عِيَاضِ بْنِ غُطَيْفٍ قَالَ
دَخَلْنَا
عَلَى أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ الْجَرَّاحِ نَعُودُهُ مِنْ شَكْوًى أَصَابَهُ
وَامْرَأَتُهُ تُحَيْفَةُ قَاعِدَةٌ
عِنْدَ
رَأْسِهِ قُلْتُ كَيْفَ بَاتَ أَبُو عُبَيْدَةَ قَالَتْ وَاللَّهِ لَقَدْ بَاتَ
بِأَجْرٍ فَقَالَ أَبُو
عُبَيْدَةَ
مَا بِتُّ بِأَجْرٍ وَكَانَ مُقْبِلًا بِوَجْهِهِ عَلَى الْحَائِطِ فَأَقْبَلَ
عَلَى الْقَوْمِ بِوَجْهِهِ
فَقَالَ أَلَا
تَسْأَلُونَنِي عَمَّا قُلْتُ قَالُوا مَا أَعْجَبَنَا مَا قُلْتَ فَنَسْأَلُكَ
عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ
رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً فَاضِلَةً
فِي سَبِيلِ اللَّهِ
فَبِسَبْعِ
مِائَةٍ وَمَنْ أَنْفَقَ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ أَوْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ
مَازَ أَذًى فَالْحَسَنَةُ
حِطَّةٌ بِعَشْرِ
أَمْثَالِهَا وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ مَا لَمْ يَخْرِقْهَا وَمَنْ ابْتَلَاهُ اللَّهُ
بِبَلَاءٍ فِي جَسَدِهِ فَهُوَ لَهُ
Telah menceritakan kepada
kami Ziyad bin Ar Rabi’ Abu Khidasy
telah menceritakan kepada kami Washil mantan budak Abu ‘Uyainah, dari Basysyar
bin Saif Al Jarmi dari ‘Iyadh bin
Ghuthaif berkata; Kami menemui Abu
Ubaidah bin Al Jarrah untuk menjenguknya kerana sakit yang menimpanya,
sedangkan isterinya Tuhaifah duduk di
dekat kepalanya. Aku bertanya; “Bagaimana keadaan Abu Ubaidah tadi malam?” isterinya menjawab; “Demi Allah! dia
melewati malamnya dengan mendapatkan pahala.” Abu Ubaidah berkata; “Aku melewati malam dengan tidak mendapatkan
pahala.” sebelumnya dia menghadapkan wajahnya ke tembok, lalu menghadap kepada
orang-orang. Dia berkata lagi; “Tidakkah kalian menanyakan tentang apa yang
baru aku katakan?” Mereka menjawab; “sungguh sangat mengelikan hati kami dengan
perkataanmu tadi sehingga kami harus menanyakannya kepadamu.” Dia berkata; Aku mendengar
Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Barangsiapa menginfaqkan hartanya yang utama di jalan Allah Subhanahu wa ta’ala, maka baginya tujuh
ratus pahala, dan barangsiapa memberikan nafkah untuk dirinya dan keluarganya
atau menjenguk orang yang sakit atau menyingkirkan duri maka satu kebaikan
baginya dilipatkan menjadi sepuluh kali lipat yang semisalnya. Puasa adalah
benteng selama tidak merosaknya (dengan maksiat), dan barangsiapa yang diuji
oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dengan
suatu ujian di tubuhnya maka baginya dihapuskan dosanya”.
Petikan Riwayat No.2
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا سَعْدُ
بْنُ سَمُرَةَ بْنِ
جُنْدُبٍ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ قَالَ
آخِرُ مَا
تَكَلَّمَ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْرِجُوا يَهُودَ
أَهْلِ الْحِجَازِ وَأَهْلِ
مَسَاجِدَ نَجْرَانَ مِنْ جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَاعْلَمُوا
أَنَّ شِرَارَ النَّاسِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ
Telah menceritakan kepada
kami Yahya bin Sa’id telah
menceritakan kepada kami Ibrahim bin Maimun telah menceritakan kepada kami Sa’d bin Samurah bin Jundub dari Bapaknya
dari Abu ‘Ubaidah berkata; Akhir perkataan yang diucapkan Nabi shalallahu
‘alaihi wasallam adalah: “Keluarkan orang Yahudi Hijaz dan Najran dari Jazirah
Arab, dan ketahuilah bahawa orang yang paling buruk diantara manusia adalah
mereka yang menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai masjid.”
Petikan Riwayat No. 3
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ خَالِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ شَقِيقٍ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ
سُرَاقَةَ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ الْجَرَّاحِ
عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ ذَكَرَ الدَّجَّالَ فَحَلَّاهُ
بِحِلْيَةٍ لَا أَحْفَظُهَا قَالُوا
يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ قُلُوبُنَا يَوْمَئِذٍ
كَالْيَوْمِ فَقَالَ أَوْ خَيْرٌ
Telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Ja’far telah
menceritakan kepada kami Syu’bah dari Khalid dari Abdullah bin Syaqiq dari Abdullah bin Suraqah dari Abu Ubaidah bin Al Jarrah
dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, bahawa beliau menyebutkan tentang
Dajjal, lalu beliau memperincikan dengan ciri cirinya yang aku tidak dapat
mengingatnya.” Para sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah bagaimana hati kami
ketika itu, apakah seperti hari ini?” beliau menjawab; “Atau (boleh jadi) lebih
baik.”
Petikan Riwayat No. 4
حَدَّثَنَا
عَفَّانُ وَعَبْدُ الصَّمَدِ قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ
أَنْبَأَنَا خَالِدٌ الْحَذَّاءُ عَنْ
عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سُرَاقَةَ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ
بْنِ الْجَرَّاحِ قَالَ
سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ
نَبِيٌّ بَعْدَ نُوحٍ إِلَّا وَقَدْ
أَنْذَرَ
الدَّجَّالَ قَوْمَهُ وَإِنِّي أُنْذِرُكُمُوهُ قَالَ فَوَصَفَهُ لَنَا رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
قَالَ وَلَعَلَّهُ يُدْرِكُهُ بَعْضُ مَنْ رَآنِي أَوْ سَمِعَ كَلَامِي قَالُوا
يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ
قُلُوبُنَا
يَوْمَئِذٍ أَمِثْلُهَا الْيَوْمَ قَالَ أَوْ خَيْرٌ
Telah menceritakan kepada
kami ‘Affan dan Abdushshamad berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah telah memberitakan
kepada kami Khalid Al Hadza` dari Abdullah bin Syaqiq dari Abdullah bin Suraqah dari Abu Ubaidah bin Al Jarrah berkata; saya
mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Sesungguhnya tidak ada seorang Nabi pun setelah Nabi
Nuh Alaihissalam kecuali dia
memperingatkan tentang Dajjal kepada umatnya, dan aku pasti memperingatkannya
kepada kalian.” Abu Ubaidah berkata;
“Lalu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam menyebutkan ciri-cirinya dan berkata; “Barangkali ada sebahgian
orang yang sempat melihatku atau mendengar perkataanku akan menemuinya.” para
shahabat bertanya; “Apakah keadaan hati kami pada saat itu sebagaimana keadaan
hati sekarang ini?” beliau menjawab; “Boleh jadi lebih baik.”
Petikan Riwayat No. 5
حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنِ الْحَجَّاجِ بْنِ
أَرْطَاةَ عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ
أَبِي مَالِكٍ
عَنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ
أَجَارَ
رَجُلٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ رَجُلًا وَعَلَى الْجَيْشِ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ
الْجَرَّاحِ فَقَالَ خَالِدُ
بْنُ
الْوَلِيدِ وَعَمْرُو بْنُ الْعَاصِ لَا نُجِيرُهُ وَقَالَ أَبُو عُبَيْدَةَ
نُجِيرُهُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يُجِيرُ عَلَى الْمُسْلِمِينَ أَحَدُهُمْ
Telah menceritakan kepada
kami Isma’il bin Umar telah
menceritakan kepada kami Abu Israil
dari Al Hajjaj bin Arthah dari Al Walid bin Abu Malik dari Al Qasim dari Abu Umamah berkata; Seorang Muslim melindungi seseorang, ketika itu
komander pasukan adalah Abu Ubaidah bin
Jarrah. Kemudian Khalid bin Al Walid dan ‘Amru
bin Ash berkata; “Kami tidak melindunginya.” Maka Abu Ubaidah berkata; Kami melindunginya, kerana saya mendengar
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Salah seorang dari kaum muslim memiliki hak perlindungan.”
Petikan Riwayat No. 6
حَدَّثَنَا
رَوْحٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ
مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي
وَقَّاصٍ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ سَعَادَةِ ابْنِ آدَمَ ثَلَاثَةٌ
وَمِنْ شِقْوَةِ ابْنِ
آدَمَ
ثَلَاثَةٌ مِنْ سَعَادَةِ ابْنِ آدَمَ الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ وَالْمَسْكَنُ
الصَّالِحُ وَالْمَرْكَبُ
الصَّالِحُ
وَمِنْ شِقْوَةِ ابْنِ آدَمَ الْمَرْأَةُ السُّوءُ وَالْمَسْكَنُ السُّوءُ
وَالْمَرْكَبُ السُّوءُ
Telah menceritakan kepada
kami Rauh telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Abu Humaid telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Muhammad bin Sa’d bin Abu
Waqqash dari bapaknya dari datuknya berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tiga petunjuk kebahagiaan anak Adam, dan tiga petunjuk kesengsaraan anak Adam;
petunjuk kebahagiaan anak cucu adam adalah isteri yang solehah, tempat tinggal
yang baik dan kendaraan yang baik. Sedangkan petunjuk kesengsaraan anak Adam
adalah isteri yang berakhlak buruk, tempat tinggal yang buruk dan kendaraan
yang buruk.”
Petikan Riwayat No. 7
حَدَّثَنَا
أَبُو سَعِيدٍ مَوْلَى بَنِي هَاشِمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ لَهِيعَةَ
حَدَّثَنَا بُكَيْرُ بْنُ
وَقَّاصٍ يَقُولُ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ الْأَشَجِّ أَنَّهُ سَمِعَ حُسَيْنَ بْنَ عَبْدِ الرَحَّمَنِ
يُحَدِّثُ أَنَّهُ سَمِعَ سَعْدَ بْنَ أَبِي
سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ سَتَكُونُ فِتْنَةٌ
الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ
مِنْ
الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْمَاشِي وَيَكُونُ الْمَاشِي فِيهَا
خَيْرًا مِنْ السَّاعِي
قَالَ
وَأُرَاهُ قَالَ وَالْمُضْطَجِعُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَاعِدِ
Telah menceritakan kepada
kami Abu Sa’id mantan budak Bani
Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abdullah
bin Lahi’ah telah menceritakan kepada kami Bukair bin Abdullah bin Al Asyaj
bahawa dia mendengar Husain bin
Abdurrahman menceritakan, bahawa dia mendengar Sa’d bin Abu Waqqash berkata; Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Akan terjadi suatu fitnah, dimana orang yang duduk ketika itu lebih baik dari
orang yang berdiri, dan orang yang berdiri ketika itu lebih baik dari orang
yang berjalan, dan orang yang berjalan ketika itu lebih baik dari orang yang
berlari.” Husain bin Abdurrahman
berkata; Aku mengira Sa’d juga
berkata: “Dan orang yang berbaring ketika itu lebih baik dari orang yang
duduk.”
Petikan Riwayat No. 8
حَدَّثَنَا
أَبُو سَعِيدٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنِ ابْنِ أَخٍ
لِسَعْدٍ عَنْ سَعْدٍ
أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبَنِي نَاجِيَةَ أَنَا
مِنْهُمْ وَهُمْ مِنِّي
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ وَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِقِصَّةٍ فِيهِ فَقَالَ ابْنُ أَخِي
سَعْدِ بْنِ مَالِكٍ
وَلَمْ
يُذْكَرْ فِيهِ سَعْدٌ
قَدْ ذَكَرُوا بَنِي نَاجِيَةَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ هُمْ حَيٌّ مِنِّي
Telah menceritakan kepada
kami Abu Sa’id telah menceritakan
kepada kami Syu’bah dari Simak bin Harb dari anak laki-laki
saudara Sa’d dari Sa’d, bahwa
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Bani Najiyah:
“Saya adalah bahgian dari mereka dan mereka adalah bahgian dariku.” Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin
Ja’far kemudian dia menyebutkan redaksi hadits dengan kisah yang di
dalamnya dia berkata; anak saudara Sa’d
bin Malik berkata; bahawa mereka
menyebut-nyebut Bani Najiyah di samping Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam,
maka beliau bersabda: “Mereka satu perkampungan yang merupakan bahgian dariku.”
dan dalam redaksi ini dia tidak menyebutkan Sa’d.”
Petikan Riwayat No. 9
حَدَّثَنَا
حَسَنٌ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ
دَاوُدَ بْنِ عَامِرِ
بْنِ سَعْدِ
بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ
عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ أَنَّ مَا يُقِلُّ
ظُفُرٌ مِمَّا فِي الْجَنَّةِ بَدَا
لَتَزَخْرَفَتْ
لَهُ مَا بَيْنَ خَوَافِقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَوْ أَنَّ رَجُلًا مِنْ
أَهْلِ الْجَنَّةِ
اطَّلَعَ
فَبَدَا سِوَارُهُ لَطَمَسَ ضَوْءُهُ ضَوْءَ الشَّمْسِ كَمَا تَطْمِسُ الشَّمْسُ
ضَوْءَ النُّجُومِ
Telah menceritakan kepada
kami Hasan telah menceritakan kepada
kami Ibnu Lahi’ah telah menceritakan
kepada kami Yazid bin Abu Habib dari Daud bin ‘Amir bin Sa’d bin Abu Waqqash
dari bapaknya dari datuknya dari Nabi Shalallahu
‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Seandainya secuil kuku saja dari
keindahan yang ada di Syurga muncul, nescaya akan menghiasi ruang yang ada
antara langit dan bumi. Seandainya seorang lelaki dari ahli syurga muncul
kemudian nampak gelangnya, nescaya cahayanya akan menghapus cahaya matahari
sebagaimana cahaya matahari menghapus cahaya bintang.”
Petikan Riwayat No. 10
حَدَّثَنَا
أَبُو سَلَمَةَ الْخُزَاعِيُّ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ
إِسْمَاعِيلَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ
عَامِرِ بْنِ
سَعْدٍ عَنْ سَعْدٍ قَالَ
الْحَدُوا لِي
لَحْدًا وَانْصِبُوا عَلَيَّ اللَّبِنَ نَصْبًا كَمَا صُنِعَ بِرَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حَدَّثَنَا
ابْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ
مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ سَعْدٍ فَذَكَرَ
مِثْلَهُ وَوَافَقَهُ أَبُو سَعِيدٍ عَلَى عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ كَمَا قَالَ
الْخُزَاعِيُّ
Telah menceritakan kepada
kami Abu Salamah Al Khuza’i telah
mengabarkan kepada kami Abdullah bin
Ja’far dari Isma’il bin Muhammad
dari ‘Amir bin Sa’d dari Sa’d
berkata; “Buatkanlah liang lahat untukku dan letakkanlah batu bata sebagaimana
telah dibuatkan untuk Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam.” Telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdi telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ja’far dari Isma’il bin Muhammad dari bapaknya dari
Sa’d kemudian dia menyebutkan hadits yang serupa dengannya, dan Abu Sa’id sepakat Amir bin Sa’d dalam hal ini, sebagaimana yang dikatakan oleh Al Khuza’i.”
Petikan Riwayat No. 11
حَدَّثَنَا
أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
إِسْحَاقَ عَنْ يَزِيدَ
بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ قُسَيْطٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ
أَنَّ
قَوْمًا مِنْ الْعَرَبِ أَتَوْا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَأَسْلَمُوا
وَأَصَابَهُمْ
وَبَاءُ الْمَدِينَةِ حُمَّاهَا فَأُرْكِسُوا فَخَرَجُوا مِنْ الْمَدِينَةِ
فَاسْتَقْبَلَهُمْ نَفَرٌ مِنْ
أَصْحَابِهِ يَعْنِي
أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا لَهُمْ مَا
لَكُمْ رَجَعْتُمْ
قَالُوا
أَصَابَنَا وَبَاءُ الْمَدِينَةِ فَاجْتَوَيْنَا الْمَدِينَةَ فَقَالُوا أَمَا
لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ
الْآيَةَ { فَمَا لَكُمْ
فِي الْمُنَافِقِينَ فِئَتَيْنِ وَاللَّهُ أَرْكَسَهُمْ بِمَا كَسَبُوا }
Telah menceritakan kepada
kami Aswad bin ‘Amir telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Muhammad bin Salamah
dari Yazid bin Abdulloh bin Qusaith
dari Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf dari Abddurrahman bin Auf; bahawa Suatu kaum dari bangsa Arab menemui
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
di Madinah dan masuk Islam, kemudian mereka ditimpa wabah penyakit di Madinah
berupa sakit panas. Lalu mereka kembali murtad dan keluar dari Madinah, maka
sekelompok orang dari sahabat beliau, iaitu sahabat Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam menyusul mereka dan bertanya; “Kenapa
kalian kembali menjadi murtad?” mereka menjawab; “Kami terkena wabah penyakit
Madinah, Madinah tidak sesuai bagi kami.” Para sahabat berkata; “Bukankah sudah
ada contoh dari Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam bagi kalian?” maka sebahgian sahabat berpendapat bahawa
mereka munafiq, dan sebahgian yang lain berpendapat bahawa mereka bukan munafiq
tetapi mereka adalah orang-orang muslim. maka turunlah firman Allah ‘azza wajalla: (Maka Mengapa kamu
(terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal
Allah Subhanahu wa ta’ala telah
membalikkan mereka kepada kekafiran).
Petikan Riwayat No. 12
حَدَّثَنَا
الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ ضَمْضَمِ بْنِ
زُرْعَةَ عَنْ
شُرَيْحِ بْنِ
عُبَيْدٍ يَرُدُّهُ إِلَى مَالِكِ بْنِ يَخَامِرَ عَنِ ابْنِ السَّعْدِيِّ
أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ
مَا دَامَ الْعَدُوُّ يُقَاتَلُ
فَقَالَ
مُعَاوِيَةُ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ
الْعَاصِ إِنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْهِجْرَةَ خَصْلَتَانِ إِحْدَاهُمَا
أَنْ تَهْجُرَ السَّيِّئَاتِ
وَالْأُخْرَى أَنْ
تُهَاجِرَ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَلَا تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ مَا
تُقُبِّلَتْ التَّوْبَةُ وَلَا
قَلْبٍ بِمَا
فِيهِ وَكُفِيَ النَّاسُ الْعَمَلَ
Telah menceritakan kepada
kami Al Hakam bin Nafi’ telah
menceritakan kepada kami Isma’il bin ‘Ayyasy dari Dhamdham bin Zur’ah dari Syuraih
bin ‘Ubaid yang dia sandarkan kepada Malik
bin Yukhamir dari Ibnu As Sa’di
bahawa Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “kewajiban Hijrah tidak akan terputus selama musuh masih memerangi.”
maka Mu’awiyah, Abdurrahman bin Auf dan Abdullah
bin ‘Amru bin ‘Ash berkata; Nabi Shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Hijrah itu dua macam: yang pertama adalah kamu
meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa. Yang kedua adalah kamu berhijrah kepada
Allah Subhanahu wa ta’ala dan
RasulNya. Kewajiban Hijrah tidak akan terputus selama taubat masih diterima,
dan taubat akan senantiasa diterima sampai matahari terbit dari barat. Jika
matahari sudah terbit dari barat maka setiap hati akan dicap dengan apa yang
ada di dalamnya, dan manusia sudah tertutup dari amalan.”
Petikan Riwayat No. 13
حَدَّثَنَا عَفَّانُ
حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
حَدَّثَنِي
قَاصُّ أَهْلِ
فِلَسْطِينَ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ يَقُولُ
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ
بِيَدِهِ إِنْ
كُنْتُ لَحَالِفًا
عَلَيْهِنَّ لَا يَنْقُصُ مَالٌ مِنْ صَدَقَةٍ فَتَصَدَّقُوا وَلَا يَعْفُو عَبْدٌ
عَنْ
مَظْلَمَةٍ يَبْتَغِي
بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا
وقَالَ أَبُو سَعِيدٍ
مَوْلَى بَنِي هَاشِمٍ إِلَّا زَادَهُ اللَّهُ بِهَا عِزًّا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَلَا يَفْتَحُ عَبْ
بَابَ مَسْأَلَةٍ
إِلَّا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ بَابَ فَقْرٍ
Telah menceritakan kepada
kami ‘Affan telah menceritakan kepada
kami Abu ‘Awanah dari Umar bin Abu Salamah dari bapaknya
berkata; telah menceritakan kepadaku seorang pendongeng dari palestina, dia
berkata; saya mendengar Abdurrahman bin
Auf berkata; Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga hal, demi dzat yang jiwa Muhammad ada di
tangannya, jika memang aku terpaksa untuk bersumpah; Tidak akan berkurang harta
kerana sedekah maka bersedekahlah. Tidaklah seorang hamba memaafkan perbuatan
kezaliman kerana mengaharap redha Allah Subhanahu
wa ta’ala kecuali Allah Subhanahu wa
ta’ala akan mengangkat derajatnya. – Abu Sa’id mantan budak Bani Hasyim
berkata; “Kecuali Allah Subhanahu wa
ta’ala akan menambah kewibawaannya pada Hari Kiamat.-Tidaklah seorang hamba
membuka pintu meminta-minta kepada orang lain kecuali Allah Subhanahu wa ta’ala akan membukakan baginya pintu kefakiran.”
Petikan Riwayat No. 14
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ حُصَيْنٍ عَنْ هِلَالِ بْنِ
يِسَافٍ عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ ظَالِمٍ قَالَ
خَطَبَ
الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ فَنَالَ مِنْ عَلِيٍّ فَخَرَجَ سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ
فَقَالَ أَلَا تَعْجَبُ
مِنْ هَذَا
يَسُبُّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَشْهَدُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّا كُنَّا
عَلَى حِرَاءٍ أَوْ أُحُدٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
اثْبُتْ حِرَاءُ أَوْ أُحُدُ
فَإِنَّمَا
عَلَيْكَ صِدِّيقٌ أَوْ شَهِيدٌ فَسَمَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْعَشَرَةَ فَسَمَّى
أَبَا بَكْرٍ
وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيًّا وَطَلْحَةَ وَالزُّبَيْرَ وَسَعْدًا وَعَبْدَ
الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ
وَسَمَّى نَفْسَهُ
سَعِيدًا
Telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Ja’far telah
menceritakan kepada kami Syu’bah dari
Hushain dari Hilal bin Yisaf dari Abdullah
bin Zhalim berkata; Al Mughirah bin
Syu’bah berkhutbah dan mencela Ali radliallahu ‘anhu, maka Sa’id bin Zaid berdiri dan berkata;
Tidak kamu heran terhadap orang ini? dia mencela Ali Radhiallah ‘anhu padahal saya menyaksikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ketika kami
berada di Hira` atau Uhud. Nabi Shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Tenanglah Wahai Hira` atau Uhud, yang sedang
berada di atasmu adalah seorang yang shiddiq atau orang yang syahid!” lalu Nabi
Shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan sepuluh orang.” Kemudian Sa’id
menyebutkan: Abu Bakar, Umar, ‘Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’d,
Abdurrahman bin ‘Auf, dan dia menyebutkan dirinya sendiri Sa’id.
Petikan Riwayat No.15
حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَوْفٍ
عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ سَهْلٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ
أَنَّهُ
سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَرَقَ مِنْ
الْأَرْضِ شِبْرًا طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ
قَالَ
مَعْمَرٌ وَبَلَغَنِي عَنِ الزُّهْرِيِّ وَلَمْ أَسْمَعْهُ مِنْهُ زَادَ فِي هَذَا
الْحَدِيثِ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيد
Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari Az Zuhri dari
Thalhah bin Abdulloh bin ‘Auf dari Abdurrahman bin Sahl dari Sa’id bin Zaid bin ‘Amru bin Nufail bahawa dia mendengar Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa mencuri sejengkal tanah nescaya kelak akan dikalungkan kepadanya
dari tujuh lapis bumi.” Ma’mar
berkata; telah sampai kepadaku dari Az
Zuhri, namun saya tidak mendengar dia memberikan tambahan dalam hadits ini
lafazh: “Barangsiapa terbunuh kerana membela hartanya maka dia adalah syahid.”
Petikan Riwayat No. 16
حَدَّثَنَا
مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا زَائِدَةُ حَدَّثَنَا حُصَيْنُ بْنُ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ عَنْ هِلَالِ
بْنِ يِسَافٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ ظَالِمٍ
التَّيْمِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ قَالَ
أَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ قُلْتُ
وَمَا ذَاكَ قَالَ هُوَ فِي التِّسْعَةِ وَلَوْ شِئْتُ أَنْ
أُسَمِّيَ الْعَاشِرَ سَمَّيْتُهُ قَالَ اهْتَزَّ حِرَاءٌ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اثْبُتْ
حِرَاءُ فَإِنَّهُ لَيْسَ عَلَيْكَ إِلَّا نَبِيٌّ أَوْ
صِدِّيقٌ أَوْ شَهِيدٌ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعَلِيٌّ
وَعُثْمَانُ وَطَلْحَةُ وَالزُّبَيْرُ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ
عَوْفٍ وَسَعْدٌ وَأَنَا يَعْنِي سَعِيدًا نَفْسَهُ
Telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah bin ‘Amru telah menceritakan kepada kami Za`idah telah menceritakan kepada kami Hushain bin Abdurrahman dari Hilal bin Yisaf dari Abdullah bin Zhalim At Taimi dari Sa’id
bin Zaid bin ‘Amru bin Nufail berkata; “Saya bersaksi bahawa Ali termasuk dari ahli syurga.” Abdullah bertanya; “Apa alasannya?” dia
menjawab; “Dia termasuk dari salah satu dari sembilan orang. Kalau saya mau,
saya boleh sebutkan orang kesepuluh.” Dia berkata; “Gunung Hira` pernah
bergoyang, kemudian Nabi Shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Tenanglah Wahai Hira`, yang sedang berada di atasmu
adalah Nabi, atau orang shiddiq atau orang yang syahid” lalu Sa’id menyebutkan; “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar, Umar, Ali, ‘Utsman, Thalhah,
Zubair, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’d dan saya.” Yaitu Sa’id sendiri.
Petikan Riwayat No. 17
حَدَّثَنَا
يَزِيدُ حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ عَنْ نُفَيْلِ بْنِ هِشَامِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ
زَيْدِ بْنِ عَمْرِو
بْنِ نُفَيْلٍ
عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ
كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَكَّةَ هُوَ وَزَيْدُ بْنُ
حَارِثَةَ فَمَرَّ بِهِمَا زَيْدُ
بْنُ عَمْرِو
بْنِ نُفَيْلٍ فَدَعَوَاهُ إِلَى سُفْرَةٍ لَهُمَا فَقَالَ يَا ابْنَ أَخِي إِنِّي
لَا آكُلُ مِمَّا ذُبِحَ
عَلَى
النُّصُبِ قَالَ فَمَا رُئِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بَعْدَ ذَلِكَ أَكَلَ شَيْئًا مِمَّا
ذُبِحَ عَلَى
النُّصُبِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبِي كَانَ كَمَا قَدْ
رَأَيْتَ وَبَلَغَكَ
وَلَوْ
أَدْرَكَكَ لَآمَنَ بِكَ وَاتَّبَعَكَ فَاسْتَغْفِرْ لَهُ قَالَ نَعَمْ
فَأَسْتَغْفِرُ لَهُ فَإِنَّهُ يُبْعَثُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
أُمَّةً وَاحِدَةً
Telah menceritakan kepada kami Yazid telah menceritakan kepada kami Al Mas’udi dari Nufail bin
Hisyam bin Sa’id bin Zaid bin ‘Amru bin
Nufail dari bapaknya dari datuknya berkata; Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan Zaid bin Haritsah di Mekkah, lewatlah di
hadapan keduanya Zaid bin ‘Amru bin
Nufail, kemudian Nabi Shalallahu
‘alaihi wasallam dan Zaid mengajaknya
(ikut bergabung) menyantap hidangan. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai anak saudaraku,
sesungguhnya aku tidak makan sembelihan yang disembelih untuk berhala,” Sa’id berkata; ” Setelah itu Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah
terlihat makan makanan yang disembelih atas nama berhala. Saya berkata; “Wahai
Rasulullah, anda tahu keadaan bapakku sebagaimana yang anda lihat, seandainya
dia mendapati anda nescaya dia beriman dan mengikuti anda, maka mintakanlah
ampunan untuknya!” beliau menjawab; “Ya. Aku mohonkan ampunan untuknya dan dia
akan dibangkitkan pada Hari Kiamat sebagai umat yang satu.”
Petikan Riwayat No. 18
حَدَّثَنَا
أَبُو الْيَمَانِ أَنْبَأَنَا شُعَيْبٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي حُسَيْنٍ قَالَ
بَلَغَنِي
أَنَّ لُقْمَانَ كَانَ يَقُولُ يَا بُنَيَّ لَا تَعَلَّمْ الْعِلْمَ لِتُبَاهِيَ
بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ تُمَارِيَ بِهِ
السُّفَهَاءَ
وَتُرَائِيَ بِهِ فِي الْمَجَالِسِ فَذَكَرَهُ وَقَالَ حَدَّثَنَا نَوْفَلُ بْنُ
مُسَاحِقٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ
عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مِنْ أَرْبَى
الرِّبَا الِاسْتِطَالَةُ فِي عِرْضِ
مُسْلِمٍ
بِغَيْرِ حَقٍّ وَإِنَّ هَذِهِ الرَّحِمَ شِجْنَةٌ مِنْ الرَّحْمَنِ فَمَنْ
قَطَعَهَا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah memberitakan kepada kami Syu’aib dari Abdullah bin
Abdurrahman bin Abu Husain berkata; telah disampaikan kepadaku bahawa Luqman berkata; “wahai anakku, janganlah
kamu belajar ilmu untuk berbangga diri kepada para ulama atau untuk mendebat
orang-orang bodoh dan untuk diperlihatkan di majlis-majlis.” Lalu Abdullah menyebutkan secara lengkap,
kemudian berkata; telah menceritakan kepada kami Naufal bin Musahiq dari Sa’id
bin Zaid dari Nabi Shalallahu ‘alaihi
wasallam, bahawa beliau bersabda: “Sesungguhnya riba yang paling buruk
adalah merosak kehormatan seorang muslim tanpa hak, dan sesungguhnya rahim dijalinkan
oleh Ar Rahman, barangsiapa yang
memutuskannya nescaya Allah Subhanahu wa
ta’ala mengharamkan baginya syurga.
Petikan Riwayat No.19
حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْهَاشِمِيُّ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ أَبِي
عُبَيْدَةَ
بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عَوْفٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ
شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ
دُونَ
أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ
قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ
حَدَّثَنَا
يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ مُحَمَّدِ
بْنِ عَمَّارٍ عَنْ
طَلْحَةَ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَوْفٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ مِثْلَهُ
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Daud Al Hasyimi telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’d dari Bapaknya dari Abu ‘Ubaidah bin Muhammad bin Ammar bin
Yasir dari Thalhah bin Abdulloh bin ‘Auf dari Sa’id bin Zaid berkata; Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa terbunuh kerana membela hartanya maka dia mati syahid. Barangsiapa
terbunuh kerana melindungi keluarganya maka dia mati syahid. Barangsiapa
terbunuh kerana mempertahankan darahnya maka dia mati syahid.” Telah
menceritakan kepada kami Ya’qub telah
menceritakan kepada kami bapakku dari Abu
‘Ubaidah bin Muhammad bin Ammar bin Yasir dari Thalhah bin Abdullah bin ‘Auf dari Sa’id bin Zaid berkata; saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: kemudian dia menyebutkan hadits yang sama
di atas. (Petikan riwayat no. 15)
Petikan Riwayat No. 20
حَدَّثَنَا
الْفَضْلُ بْنُ دُكَيْنٍ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ
مُهَاجِرٍ حَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ
عَمْرَو بْنَ
حُرَيْثٍ يُحَدِّثُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ
سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَا مَعْشَرَ
الْعَرَبِ احْمَدُوا اللَّهَ الَّذِي
رَفَعَ
عَنْكُمْ الْعُشُورَ
Telah menceritakan kepada
kami Al FAdhl bin Dukain telah
menceritakan kepada kami Israil dari Ibrahim bin Muhajir telah menceritakan
kepadaku seseorang yang mendengar ‘Amru
bin Huraits bercerita dari Sa’id bin Zaid berkata; saya mendengar
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai orang-orang
Arab, pujilah Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah mengangkat (kewajiban) pajak
hasil perdagangan dari kalian.”
Makam Abu Ubaidah di Balqa, Jordon
Complied by: HAR
Subscribe to:
Posts (Atom)