Pembersihan hati dan jiwa dalam Islam
Arahan untuk membersihkan hati kita dari dosa adalah satu ajaran Islam yang
sangat penting semenjak peringkat awal wahyu di Mekkah. Ini dikenali sebagai
"penyucian Jiwa" (tazkiyyat an-nafs)
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
“Sesungguhnya
berjayalah orang yang menjadikan dirinya-yang sedia bersih, bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal
kebajikan), Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya - yang
sedia bersih - itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran
maksiat). (Sūrat Ash-Shams: 9-10)
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman lagi:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ
مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
"Hari
yang padanya harta benda dan anak-pinak tidak dapat memberikan pertolongan
sesuatu apapun, Kecuali (harta benda dan anak-pinak) orang-orang yang datang
mengadap Allah dengan hati yang selamat sejahtera (dari syirik dan penyakit
munafik); (Surah Ash-Syu'ara: 88-89)
Kita belajar dari ayat-ayat ini bahawa
kejayaan kita di akhirat bergantung kepada penyucian hati kita dalam kehidupan
ini. Kita mesti membersihkan hati kita dari dosa-dosa rohani seperti tamak,
kebencian, iri hati, kesombongan, dan keduniaan. Kita mesti menghiasi hati kita
dengan sifat-sifat kebaikan rohani seperti, pemurah, belas kasihan, kebajikan,
kerendahan hati dan zuhud (perbanyaklah mengingati Allah)
Inilah
hati yang bermanfaat bagi seseorang di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, di mana dengannya ia dapat selamat dari siksa
dan berhak memperoleh pahala. Hati yang bersih di sini maksudnya adalah hati
yang bersih dari syirk, keraguan, kemunafikan, hasad, dendam, dengki, menipu,
sombong, riyaa, sumaah mencintai
keburukan dan kemaksiatan. Oleh kerana itu hatinya ikhlas, yakin, jujur,
mencintai kebaikan, lapang dada dan memaafkan, tulus, tawadhua, keinginan dan
kecintaannya mengikuti kecintaan Allah, niat
dan amalnya kerana mencari readha-Nya, dan hawa nafsunya mengikuti yang datang
dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Penyucian hati adalah salah satu
perintah pertama yang dilakukan Nabi Musa alaihissalam,
untuk berjumpa Firaun agar dia sedar
dan takut. Tetapi Firaun dengan adanya semua
bukti itu tetap pada kekafiran dan bersikap melampaui batas, melakukan
kemusyrikan dan kedurhakaan, hingga Allah Subhanahu
wa Ta'ala mengazabnya dengan azab dari Tuhan yang Maha Perkasa lagi Mahakuasa.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
اذْهَبْ إِلَىٰ
فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ فَقُلْ هَل لَّكَ إِلَىٰ أَن تَزَكَّىٰ
"Pergilah kamu kepada
Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, dan katakanlah (kepada
Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari
kesesatan)".
(Surah An-Nazi'aat: 17-18)
Kesucian hati juga merupakan salah
satu ciri-ciri yang menentukan Nabi Ibrahim alaihissalam
وَإِنَّ مِن شِيعَتِهِ
لَإِبْرَاهِيمَ إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
"Dan sesungguhnya
Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (lngatlah) ketika ia datang
kepada Tuhannya dengan hati yang suci" (Surah As-Saffaat: 83-84)
Salah satu kaedah
utama yang boleh kita gunakan untuk membersihkan hati kita adalah untuk
melaksanakan doa yang ikhlas dan doa mengikut cara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam (sunnah). Orang yang sentiasa
mengingati Allah Subhanahu wa Ta’ala
dalam segala yang dikerjakan. Tentunya akan menjadikan nilai positif bagi
dirinya terutama dalam jiwanya.
Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قَدْ أَفْلَحَ مَن
تَزَكَّىٰ وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri
(dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang".(Surah
Al-A'la: 14-15)
Apabila kita beribadah dan mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta'ala secara ikhlas meminta dosa-dosa kita diampuni,
dengan cara melaksanakan berbagai amalan wajib atau sunnah, ini membuangkan
kesombongan dari hati kita dan membuat kita merendahkan diri. Hal ini dilakukan
dengan pengertian bahawa manfaatnya
bukan untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala,
tetapi untuk diri kita sendiri.
Orang yang banyak mengingat Allah Subhanahu
wa Ta'ala akan mempunyai jiwa yang sihat, segar, dan bersemangat. Hati
serta jiwanya hidup dan penuh bergelora dalam menghadapi hidup dan
tantangannya. Sebaliknya, orang yang tidak mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
bakhil untuk melakukannya, hatinya akan menjadi sempit, jiwanya lesu dan lemah,
dan akhirnya mati. Manusia mati ini terbawa arus dunia yang cenderung
menyesatkannya.
Dan masih banyak lagi sarana-sarana yang boleh dilakukan oleh seseorang
untuk mencapai kesucian jiwa. Intinya semua yang perintah dan larangan dari
Allâh Subhanahu wa Ta'ala dan
Rasul-Nya menjadi sarana untuk membersihkan diri manusia dari noda dosa.
Rasul Allah Subhanahu wa Ta’ala menyucikan hatinya setiap pagi dan petang
dengan melakukan Doa dan Sholat.
Sementara dalam sebuah hadis
dinyatakan bahawa Rasulullah Shallallahu
‘alahi wa Sallam berkata kepada Anas bin Malik:
يَا بُنَيَّ إِنْ
قَدَرْتَ أَنْ تُصْبِحَ وَتُمْسِيَ لَيْسَ فِي قَلْبِكَ غِشٌّ لِأَحَدٍ فَافْعَلْ
“Wahai
anakku, bila engkau sanggup melepaskan dendam di hatimu terhadap siapa pun juga
pada pagi hari dan malam hari, maka lakukanlah.”
Kemudian
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menambah:
يَا بُنَيَّ وَذَلِكَ مِنْ سُنَّتِي وَمَنْ
أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّة
“Wahai
anakku, itu (tidak dendam kepada siapa pun) adalah sunnahku. Barang siapa yang
menghidupkan sunnahku maka dia sungguh telah mencintaiku dan barang siapa yang
mencintaiku, maka dia akan bersamaku di dalam syurga." (riwayat Tirmidzi).
Maafkanlah kesalahan saudara-saudara
seiman kita, apapun kesalahannya, jangan dendam tersebut selalu menyesakkan
dada kita, apakah kita tidak mau mendapatkan keampunan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Memaafkan dan
mendapat keampunan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Solat dan berdoalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bertujuan untuk menghalang kita daripada
melakukan dosa dan perbuatan yang tidak bermoral.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ الصَّلَاةَ
تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ
وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
"Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Surah
Al-Ankabut: 45)
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu
bahwasanya dia berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ فُلَانًا يُصَلِّي بِاللَّيْلِ فَإِذَا أَصْبَحَ
سَرَقَ قَالَ إِنَّهُ سَيَنْهَاهُ مَا يَقُولُ
“Seorang
laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata,
‘Sesungguhnya si Fulan shalat di malam hari, tetapi di waktu pagi dia mencuri.’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya shalatnya tersebut
akan menahan dirinya untuk melakukan seperti yang engkau katakan.’.” (Hadis
Riwayat; Ahmad)
Di dalam shalat terdapat sesuatu yang
dapat menahan dan mencegah seseorang dari mengerjakan perbuatan maksiat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Barang siapa yang shalatnya tidak menyuruhnya untuk
melakukan perbuatan ma’ruuf (yang baik) dan tidak melarangnya dari perbuatan
mungkar, maka dia hanya membuat dirinya semakin jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan shalat
tersebut.
Kaedah seterusnya kita boleh gunakan
untuk membersihkan hati kita adalah untuk memberi sedekah dan melakukan
perbuatan-perbuatan yang baik untuk orang lain.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَسَيُجَنَّبُهَا
الْأَتْقَى الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّىٰ
"Dan (sebaliknya) akan
dijauhkan (azab neraka) itu daripada orang yang sungguh bertaqwa, Yang
mendermakan hartanya dengan tujuan membersihkan dirinya dan
hartabendanya",
((Surah Al-Lail: 17-18)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman lagi:
خُذْ مِنْ
أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ
"Ambilah (sebahagian)
dari harta mereka menjadi sedekah (zakat), supaya dengannya engkau membersihkan
mereka (dari dosa) dan mensucikan mereka (dari akhlak yang buruk)"; (Surah At-Taubah:
103)
Apabila kita memberikan harta kita
bukan kerana riya' (agar dilihat
manusia) maupun sima'ah (agar
didengar mereka), bahkan maksudnya adalah menyucikan dirinya dari dosa dan aib
dengan bermaksud membuang keduniaan dari hati dan iri hati dan mencari
kereadhaan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sedekah bermakna bukan sahaja memberi kekayaan, tetapi juga memberi orang masa
kita, usaha kita, kerja kita, walaupun dengan
senyuman dan kata-kata yang baik.
Diriwayatkan juga penambahan-penambahan
yang lain dalam hadits Abu Dzar Radhiyallahu
anhu ini, di antaranya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
«تَبَسُّمُكَ فِـيْ وَجْهِ أَخِيْكَ لَكَ صَدَقَةٌ ، وَأَمْرُكَ
بِالْـمَعْرُوْفِ وَنَهْيُكَ عَنِ الْـمُنْكَرِ صَدَقَةٌ ، وَإِرْشَادُكَ
الرَّجُلَ فِـيْ أَرْضِ الضَّلاَلِ لَكَ صَدَقَةٌ ، وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ
الرَّدِيْءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ ، وَإ ِمَاطَتُكَ الْـحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ
وَالْعَظْمَ عَنِ الطَّرِيْقِ لَكَ صَدَقَةٌ ، وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِـيْ
دَلْوِ أَخِيْكَ لَكَ صَدَقَةٌ»
“Senyummu
kepada saudaramu adalah sedekah, engkau menyuruh kepada kebaikan dan melarang
dari kemungkaran adalah sedekah, engkau memberi petunjuk kepada orang di tempat
ia tersesat adalah sedekah, engkau menuntun /menunjuki orang yang lemah
penglihatannya adalah sedekah, engkau menyingkirkan batu, duri, dan tulang dari
jalan adalah sedekah, dan engkau menuangkan air dari baldimu ke baldi saudaramu
adalah sedekah.”
(Shahih: Hadis Riwayat: At-Tirmidzi (no. 1956), al-Bukhari dalam al-Adabul
Mufrad (no. 891), dan Ibnu Hibban (no. 530-at-Ta’liqatul Hisan).
Jangan meremehkan berbuat baik sekecil
apa pun walau hanya dengan senyum manis tatkala bertemu, begitu pula walau
hanya membantu urusan saudara kita yang ringan. Mulai saat ini, marilah kita
belajar untuk bermurah senyum dan tidak meremehkan kebaikan sedikit pun. Hanya
Allah yang memberi taufik.
Orang muslim yang enggan mengucapkan
salam atau berjabat-tangan dengan saudaranya, maka sesungguhnya ia adalah orang
yang bermasalah, atau orang yang memiliki masalah dengan orang lain.
Wajib atas seorang Muslim, apabila ia
harus mengeluarkan zakat yang wajib dan telah tiba waktunya, agar
mendahulukannya daripada sedekah yang mustahab. Itulah hukum asalnya. Sebab,
menunaikan sedekah yang wajib termasuk rukun Islam. Hendaknya orang-orang yang
bersedekah berusaha memberikan sedekahnya kepada orang-orang yang berhak
menerimanya dari kalangan orang-orang fakir, miskin, anak yatim, janda orang
yang terlilit hutang, dan orang-orang yang berhak menerima sedekah.Sekurang-kurangnya,
orang islam boleh menjaga mereka dari perbuatan yang haram untuk mendapatkan
sesuap nasi atau yang lainnya.
Abu
Hurairah
katanya: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berkata:
كُلُّ سُلَامَى مِنْ
النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ قَالَ تَعْدِلُ
بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَتُعِينُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ
عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ قَالَ وَالْكَلِمَةُ
الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَكُلُّ خُطْوَةٍ تَمْشِيهَا إِلَى الصَّلَاةِ صَدَقَةٌ
وَتُمِيطُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ
"Sedekah kepada setiap
sendi rakyat bagi setiap hari di mana matahari terbit. Terletak hanya antara
dua orang adalah sedekah. Membantu seorang lelaki dengan haiwan dan mengangkat
bagasinya ke atasnya adalah sedekah. Perkataan yang baik adalah sedekah. Setiap
langkah yang anda mengambil ke masjid adalah sedekah dan membuang sesuatu yang
berbahaya di jalan adalah sedekah". (Sumber: Sahih al-Bukhari 2827, Sahih
Muslim 1009)
Apabila seorang muslim yang telah
terjerumus melakukan dosa, tetapi jika dia bertaubat dengan taubat nasuha,
taubat yang benar yang diiringi dengan perbaikan diri dengan beramal shalih
dengan berbagai macamnya, menyesalinya dan tidak ingin kembali melakukannya
maka taubatnya ini akan dapat menghapuskan dosa atas izin Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Abu
Hurairah
katanya: Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa Sallam berkata:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ
إِذَا أَخْطَأَ خَطِيْئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ
نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإْنَ عَادَ زِيْدَ فِيْهَا حَتَّى
تَعْلُوْ قَلْبَهُ
“Sesungguhnya
seorang hamba jika melakukan perbuatan dosa maka akan tertitik dalam hatinya
noda hitam jika ia menghilangkannya dan memohon ampun, dan di ampuni, maka
hatinya itu dibersihkan. Jika ia melakukan kelasahan lagi, maka bintik hitam
itu akan ditambah sehingga bisa menutupi hatinya”. (Hadis Riwayat: Ibnu Majah, Tirmidzi. Hadis ini dihasankan
oleh syaikh al-Albani dalam Shaiîh Sunan Tirmidzi.)
Oleh itu, Orang Islam mesti terus
melakukan doa, solat, puasa, zakat, dan perbuatan baik sehingga hati mereka
suci dari dosa.
Kesimpulan: Berdasarkan
keterangan di atas, jelaslah bahwa penyucian jiwa yang sebenarnya hanyalah
dapat dicapai dengan memahami dan mengamalkan wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terjamin kebenarannya, iaitu Al Qur’an dan
sunnah yang shahih (benar). Oleh kerana itulah, menurut manhaj Ahlus Sunnah wal
Jama’ah, untuk mencapai kebersihan hati dan kesucian jiwa tidak ada metode atau
cara-cara khusus selain dari mempelajari dan mengamalkan syariat Islam secara
keseluruhan. Kita harus ingat bahawa
kita akan diadili pada hari kiamat sesuai dengan kesucian hati kita dan
kebenaran perbuatan kita.
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ
إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ
وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan harta kalian akan tetapi Dia melihat
kepada hati-hati kalian dan perbuatan-perbutan kalian.” (Hadis Riwayat: Muslim)
Banyak dari manusia yang
kaya dan cantik rupa, tapi ia di sisi Allah orang yang hina dan banyak dari
manusia yang miskin papa, tapi ia di sisi Allah orang mulia
|
Posted By: HAR
No comments:
Post a Comment