"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan tiada aku termasuk di antara orang-orang yang musyrik" (QS Yusuf:108)

02 December, 2016

Pembersihan hati dan jiwa dalam Islam

Arahan untuk membersihkan hati kita dari dosa adalah satu ajaran Islam yang sangat penting semenjak peringkat awal wahyu di Mekkah. Ini dikenali sebagai "penyucian Jiwa" (tazkiyyat an-nafs)

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
 “Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya-yang sedia bersih,  bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan), Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya - yang sedia bersih - itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat). (Sūrat Ash-Shams: 9-10)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman lagi:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
"Hari yang padanya harta benda dan anak-pinak tidak dapat memberikan pertolongan sesuatu apapun, Kecuali (harta benda dan anak-pinak) orang-orang yang datang mengadap Allah dengan hati yang selamat sejahtera (dari syirik dan penyakit munafik); (Surah Ash-Syu'ara: 88-89)

Kita belajar dari ayat-ayat ini bahawa kejayaan kita di akhirat bergantung kepada penyucian hati kita dalam kehidupan ini. Kita mesti membersihkan hati kita dari dosa-dosa rohani seperti tamak, kebencian, iri hati, kesombongan, dan keduniaan. Kita mesti menghiasi hati kita dengan sifat-sifat kebaikan rohani seperti, pemurah, belas kasihan, kebajikan, kerendahan hati dan zuhud (perbanyaklah mengingati Allah)

Inilah hati yang bermanfaat bagi seseorang di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, di mana dengannya ia dapat selamat dari siksa dan berhak memperoleh pahala. Hati yang bersih di sini maksudnya adalah hati yang bersih dari syirk, keraguan, kemunafikan, hasad, dendam, dengki, menipu, sombong, riyaa, sumaah mencintai keburukan dan kemaksiatan. Oleh kerana itu hatinya ikhlas, yakin, jujur, mencintai kebaikan, lapang dada dan memaafkan, tulus, tawadhua, keinginan dan kecintaannya mengikuti kecintaan Allah, niat dan amalnya kerana mencari readha-Nya, dan hawa nafsunya mengikuti yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Penyucian hati adalah salah satu perintah pertama yang dilakukan Nabi Musa alaihissalam, untuk berjumpa Firaun agar dia sedar dan takut. Tetapi Firaun dengan adanya semua bukti itu tetap pada kekafiran dan bersikap melampaui batas, melakukan kemusyrikan dan kedurhakaan, hingga Allah Subhanahu wa Ta'ala mengazabnya dengan azab dari Tuhan yang Maha Perkasa lagi Mahakuasa.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

اذْهَبْ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ فَقُلْ هَل لَّكَ إِلَىٰ أَن تَزَكَّىٰ
"Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)". (Surah An-Nazi'aat: 17-18)

Kesucian hati juga merupakan salah satu ciri-ciri yang menentukan Nabi Ibrahim alaihissalam

وَإِنَّ مِن شِيعَتِهِ لَإِبْرَاهِيمَ إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
"Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci" (Surah As-Saffaat: 83-84)

Salah satu kaedah utama yang boleh kita gunakan untuk membersihkan hati kita adalah untuk melaksanakan doa yang ikhlas dan doa mengikut cara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam (sunnah). Orang yang sentiasa mengingati Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam segala yang dikerjakan. Tentunya akan menjadikan nilai positif bagi dirinya terutama dalam jiwanya.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّىٰ وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang".(Surah Al-A'la: 14-15)

Apabila kita beribadah dan mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta'ala secara ikhlas meminta dosa-dosa kita diampuni, dengan cara melaksanakan berbagai amalan wajib atau sunnah, ini membuangkan kesombongan dari hati kita dan membuat kita merendahkan diri. Hal ini dilakukan dengan pengertian  bahawa manfaatnya bukan untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala, tetapi untuk diri kita sendiri.

Orang yang banyak mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mempunyai jiwa yang sihat, segar, dan bersemangat. Hati serta jiwanya hidup dan penuh bergelora dalam menghadapi hidup dan tantangannya. Sebaliknya, orang yang tidak mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala  dan bakhil untuk melakukannya, hatinya akan menjadi sempit, jiwanya lesu dan lemah, dan akhirnya mati. Manusia mati ini terbawa arus dunia yang cenderung menyesatkannya.

Dan masih banyak lagi sarana-sarana yang boleh dilakukan oleh seseorang untuk mencapai kesucian jiwa. Intinya semua yang perintah dan larangan dari Allâh Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya menjadi sarana untuk membersihkan diri manusia dari noda dosa.

Rasul Allah Subhanahu wa Ta’ala menyucikan hatinya setiap pagi dan petang dengan melakukan Doa dan Sholat.

Sementara dalam sebuah hadis dinyatakan bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam berkata kepada Anas bin Malik:

يَا بُنَيَّ إِنْ قَدَرْتَ أَنْ تُصْبِحَ وَتُمْسِيَ لَيْسَ فِي قَلْبِكَ غِشٌّ لِأَحَدٍ فَافْعَلْ
“Wahai anakku, bila engkau sanggup melepaskan dendam di hatimu terhadap siapa pun juga pada pagi hari dan malam hari, maka lakukanlah.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menambah:

يَا بُنَيَّ وَذَلِكَ مِنْ سُنَّتِي وَمَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّة
“Wahai anakku, itu (tidak dendam kepada siapa pun) adalah sunnahku. Barang siapa yang menghidupkan sunnahku maka dia sungguh telah mencintaiku dan barang siapa yang mencintaiku, maka dia akan bersamaku di dalam syurga." (riwayat Tirmidzi).

Maafkanlah kesalahan saudara-saudara seiman kita, apapun kesalahannya, jangan dendam tersebut selalu menyesakkan dada kita, apakah kita tidak mau mendapatkan keampunan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Memaafkan dan mendapat keampunan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Solat dan berdoalah  kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bertujuan untuk menghalang kita daripada melakukan dosa dan perbuatan yang tidak bermoral.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
"Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Surah Al-Ankabut: 45)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu bahwasanya dia berkata:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ فُلَانًا يُصَلِّي بِاللَّيْلِ فَإِذَا أَصْبَحَ سَرَقَ قَالَ إِنَّهُ سَيَنْهَاهُ مَا يَقُولُ
“Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Sesungguhnya si Fulan shalat di malam hari, tetapi di waktu pagi dia mencuri.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya shalatnya tersebut akan menahan dirinya untuk melakukan seperti yang engkau katakan.’.” (Hadis Riwayat; Ahmad)

Di dalam shalat terdapat sesuatu yang dapat menahan dan mencegah seseorang dari mengerjakan perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Barang siapa yang shalatnya tidak menyuruhnya untuk melakukan perbuatan ma’ruuf (yang baik) dan tidak melarangnya dari perbuatan mungkar, maka dia hanya membuat dirinya semakin jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan shalat tersebut.

Kaedah seterusnya kita boleh gunakan untuk membersihkan hati kita adalah untuk memberi sedekah dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik untuk orang lain.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّىٰ
"Dan (sebaliknya) akan dijauhkan (azab neraka) itu daripada orang yang sungguh bertaqwa, Yang mendermakan hartanya dengan tujuan membersihkan dirinya dan hartabendanya", ((Surah Al-Lail: 17-18)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman lagi:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ
"Ambilah (sebahagian) dari harta mereka menjadi sedekah (zakat), supaya dengannya engkau membersihkan mereka (dari dosa) dan mensucikan mereka (dari akhlak yang buruk)"; (Surah At-Taubah: 103)

Apabila kita memberikan harta kita bukan kerana riya' (agar dilihat manusia) maupun sima'ah (agar didengar mereka), bahkan maksudnya adalah menyucikan dirinya dari dosa dan aib dengan bermaksud membuang keduniaan dari hati dan iri hati dan mencari kereadhaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sedekah bermakna bukan sahaja memberi kekayaan, tetapi juga memberi orang masa kita, usaha kita, kerja kita, walaupun dengan  senyuman dan kata-kata yang baik.

Diriwayatkan juga penambahan-penambahan yang lain dalam hadits Abu Dzar Radhiyallahu anhu ini, di antaranya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

«تَبَسُّمُكَ فِـيْ وَجْهِ أَخِيْكَ لَكَ صَدَقَةٌ ، وَأَمْرُكَ بِالْـمَعْرُوْفِ وَنَهْيُكَ عَنِ الْـمُنْكَرِ صَدَقَةٌ ، وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فِـيْ أَرْضِ الضَّلاَلِ لَكَ صَدَقَةٌ ، وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِيْءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ ، وَإ ِمَاطَتُكَ الْـحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنِ الطَّرِيْقِ لَكَ صَدَقَةٌ ، وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِـيْ دَلْوِ أَخِيْكَ لَكَ صَدَقَةٌ»
“Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah, engkau menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran adalah sedekah, engkau memberi petunjuk kepada orang di tempat ia tersesat adalah sedekah, engkau menuntun /menunjuki orang yang lemah penglihatannya adalah sedekah, engkau menyingkirkan batu, duri, dan tulang dari jalan adalah sedekah, dan engkau menuangkan air dari baldimu ke baldi saudaramu adalah sedekah.” (Shahih: Hadis Riwayat: At-Tirmidzi (no. 1956), al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (no. 891), dan Ibnu Hibban (no. 530-at-Ta’liqatul Hisan).

Jangan meremehkan berbuat baik sekecil apa pun walau hanya dengan senyum manis tatkala bertemu, begitu pula walau hanya membantu urusan saudara kita yang ringan. Mulai saat ini, marilah kita belajar untuk bermurah senyum dan tidak meremehkan kebaikan sedikit pun. Hanya Allah yang memberi taufik.

Orang muslim yang enggan mengucapkan salam atau berjabat-tangan dengan saudaranya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang bermasalah, atau orang yang memiliki masalah dengan orang lain.

Wajib atas seorang Muslim, apabila ia harus mengeluarkan zakat yang wajib dan telah tiba waktunya, agar mendahulukannya daripada sedekah yang mustahab. Itulah hukum asalnya. Sebab, menunaikan sedekah yang wajib termasuk rukun Islam. Hendaknya orang-orang yang bersedekah berusaha memberikan sedekahnya kepada orang-orang yang berhak menerimanya dari kalangan orang-orang fakir, miskin, anak yatim, janda orang yang terlilit hutang, dan orang-orang yang berhak menerima sedekah.Sekurang-kurangnya, orang islam boleh menjaga mereka dari perbuatan yang haram untuk mendapatkan sesuap nasi atau yang lainnya.

Abu Hurairah katanya: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berkata:

كُلُّ سُلَامَى مِنْ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ قَالَ تَعْدِلُ بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَتُعِينُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ قَالَ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَكُلُّ خُطْوَةٍ تَمْشِيهَا إِلَى الصَّلَاةِ صَدَقَةٌ وَتُمِيطُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ
"Sedekah kepada setiap sendi rakyat bagi setiap hari di mana matahari terbit. Terletak hanya antara dua orang adalah sedekah. Membantu seorang lelaki dengan haiwan dan mengangkat bagasinya ke atasnya adalah sedekah. Perkataan yang baik adalah sedekah. Setiap langkah yang anda mengambil ke masjid adalah sedekah dan membuang sesuatu yang berbahaya di jalan adalah sedekah". (Sumber: Sahih al-Bukhari 2827, Sahih Muslim 1009)

Apabila seorang muslim yang telah terjerumus melakukan dosa, tetapi jika dia bertaubat dengan taubat nasuha, taubat yang benar yang diiringi dengan perbaikan diri dengan beramal shalih dengan berbagai macamnya, menyesalinya dan tidak ingin kembali melakukannya maka taubatnya ini akan dapat menghapuskan dosa atas izin Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Abu Hurairah katanya: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berkata:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيْئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإْنَ عَادَ زِيْدَ فِيْهَا حَتَّى تَعْلُوْ قَلْبَهُ
“Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan perbuatan dosa maka akan tertitik dalam hatinya noda hitam jika ia menghilangkannya dan memohon ampun, dan di ampuni, maka hatinya itu dibersihkan. Jika ia melakukan kelasahan lagi, maka bintik hitam itu akan ditambah sehingga bisa menutupi hatinya”. (Hadis Riwayat:  Ibnu Majah, Tirmidzi. Hadis ini dihasankan oleh syaikh al-Albani dalam Shaiîh Sunan Tirmidzi.)

Oleh itu, Orang Islam mesti terus melakukan doa, solat, puasa, zakat, dan perbuatan baik sehingga hati mereka suci dari dosa.

Kesimpulan: Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahwa penyucian jiwa yang sebenarnya hanyalah dapat dicapai dengan memahami dan mengamalkan wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terjamin kebenarannya, iaitu Al Qur’an dan sunnah yang shahih (benar). Oleh kerana itulah, menurut manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah, untuk mencapai kebersihan hati dan kesucian jiwa tidak ada metode atau cara-cara khusus selain dari mempelajari dan mengamalkan syariat Islam secara keseluruhan.  Kita harus ingat bahawa kita akan diadili pada hari kiamat sesuai dengan kesucian hati kita dan kebenaran perbuatan kita.

Dari Abu Hurairah  ia berkata, Rasulullah  bersabda:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan harta kalian akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati kalian dan perbuatan-perbutan kalian.” (Hadis Riwayat: Muslim)

Banyak dari manusia yang kaya dan cantik rupa, tapi ia di sisi Allah orang yang hina dan banyak dari manusia yang miskin papa, tapi ia di sisi Allah orang mulia

Posted By: HAR

No comments: