"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan tiada aku termasuk di antara orang-orang yang musyrik" (QS Yusuf:108)

23 March, 2020

SHOLAT, IBADAHKU, HIDUPKU, DAN MATIKU HANYA KARENA ALLAH


Dalam Sholat, sholat itu bukan bertujuan menjadi seorang Islam tetapi sholat adalah cara bagi mencapai tujuan hidup sebagai orang Islam, iaitu mendapat keredaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan kata lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah daripada tujuan  kita bersholat.

Tidak hanya sholat, bahkan semua ajaran agama iaitu apa yang diperintahkan, apa yang disunnahkan, apa yang dibolehkan, makruh, dan haram itu diorientasikan bagi mendapatkan keredaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ayat inilah yang selalu kit abaca dalam doa iftitah setiap kali kita mendirikan sholat. Setiap kali kita menunaikan sholat kita mengikrarkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bahawa setiap urusan kehidupan adalah karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah, "Sesungguhnya salatku, seluruh ibadahku, ketaatanku selama hidup, iman dan amal saleh yang akan aku bawa mati, semuanya murni hanya untuk Allah yang telah menciptakan semua makhluk. Hanya Allah yang pantas disembah dan ditaati”.
 (Surah Al-An’am: 162)

Ini adalah penyerahan sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan segenap denyutan hati dan semua gerakan dalam kehidupan. Dengan melaksanakan doa dan i'tikaf. ketika hidup dan mati. Dengan menjalankan ritual-ritual ibadah, dengan kehidupan yang realistis, dan dengan kematian selepas itu.

Ini adalah tasbih "tawheed" mutlak dan penghambaan yang sempurna, yang menyatukan Sholat, i'tikaf, hidup dan mati, kemudian memberikannya hanya dan semata-mata kepada Allah. Kepada Allah Rabb alam semesta, yang menopang, kehidupan ini, yang menguasainya, yang bertindak, yang memelihara, yang mengarahkan dan yang memerintah/menguasai alam semesta.

Inilah janji kita, Namun adakah kita mengotakan janji-janji kita itu? Apkah amalan kita bertitik tolak pada niat suci karena Allah atau masih bersekutu dengan niat-niat yang lain.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai sekalian manusia! Beribadatlah kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang terdahulu daripada kamu, supaya kamu (menjadi orang-orang yang) bertaqwa”. (Surah Al-Baqarah: 21)
Ayat ini merupakan seruan Allah kepada semua manusia agar beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengurus mereka dengan nikmat-nikmat-Nya dan agar mereka takut kepada-Nya serta tidak menyelisihi agama-Nya. Dialah yang mengadakan mereka yang sebelumnya tidak ada, Dia pula yang mengadakan orang-orang sebelum mereka. Ayat "agar kamu bertakwa" boleh maksudnya bahawa jika kita beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja, berarti kita telah menjaga diri dari kemurkaan dan siksa-Nya, boleh juga maksudnya bahawa jika kita beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita dapat menjadi orang-orang yang bertakwa. Kedua maksud tersebut adalah benar, oleh karena itu barangsiapa yang beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala secara sempurna maka ia tergolong sebagai orang-orang yang bertakwa, dan jika tergolong orang-orang yang bertakwa, maka ia akan memperoleh keselamatan dari azab Allah Subhanahu wa ta’ala dan kemurkaan-Nya.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala lagi:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
"Sesungguhnya Akulah Allah; tiada tuhan melainkan Aku; oleh itu, sembahlah akan Daku, dan dirikanlah sembahyang untuk mengingati Daku. (Surah Taha: 14)

Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan berbagai ibadah yang tujuannya adalah untuk mengingat-Nya, terutama sholat. Disebutkan sholat meskipun ia termasuk ke dalam ibadah, karena kelebihan dan keistimewaannya dan karena di dalamnya terdapat ibadah hati, lisan dan anggota badan. Allah Subhanahu wa Ta'aala berfirman,bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, iaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Allah berfirman:

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
“Bacalah serta ikutlah (wahai Muhammad) akan apa yang diwahyukan kepadamu dari Al-Quran, dan dirikanlah sembahyang (dengan tekun); sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar; dan sesungguhnya mengingati Allah adalah lebih besar (faedahnya dan kesannya); dan (ingatlah) Allah mengetahui akan apa yang kamu kerjakan”. (Surah Al-‘Ankabut: 45)

Sekelompok orang menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala kerana mahukan ganjaran. Inilah ibadah pedagang. Sekelompok yang lain menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala karena takut. Inilah ibadah seorang hamba. Kelompok yang lain pula menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala karena rasa syukur. Inilah ibadah orang yang merdeka.

Ali bin Abu Talib juga berkata. “Meskipun Allah tidak mengingatkan orang yang tidak taat kepada-Nya dengan hukuman, namun ia menjadi kewajipan bagi orang yang mensyukuri nikmatnya tidak menderhaka kepada Allah”.
Akhirnya,  renungkan kata-kata Ali bin Abu Talib, “Demi Allah, saya menyembah-Mu bukan karena saya takut pada neraka-Mu ataupun rakus pada syurga-Mu  tetapi saya dapati Kamu memang layak disembah dank arena inilah saya menyembah-Mu”.

Oleh itu, dari ucapan orang yang mulia berkenaan dengan ibadah, bagaimana kita menganggap  bahawa ia bersadaqah mengharap pahala berlipat ganda dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Atau mengharap umur kita dipanjangkan, atau mengharap rezeki kita diperluaskan dan diperkayakan atau mengharapkan keselamatan dari segala bencana, ataupun mengharap kesembuhan dari segala penyakit.

Untuk mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala, seorang Muslim tidak perlu menunggu waktu-waktu tertentu itu. Karena pada hakikatnya, seluruh waktu yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala kurniakan dalam hidup ini.

“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah”

Pertama-tama kita melakukan ibadah sholat dengan betul kerana perintah Allah dan kerana mencintai Allah bukan kerana perkara lain, kerana mereka segan dan malu dengan mereka, kerana mereka mengikuti kebiasaan atasan mereka yang rajin sholat. Apabila itu berlaku, dia tidak menetapi janji-Nya kepada Allah, bohong kerana kelemahan imannya memusnahkan Allah dan muncul Tuhan  lain yang menjelma melalui harta/kekayaan dan kekuasaan.

Janji kedua kita ibadahku semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala sahaja dan dalam realiti kehidupannya adalah benar begitu atau sebaliknya.
Celakalah hamba yang tidak menunaikan janji-janjinya kerana ibadah yang dikerjakan bukan karena Allah Subhanahu wa tetapi kerana dia mengikuti hawa nafsu dunia semata-mata. Contoh untuk mencari nafkah sebenarnya adalah ibadah untuk melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menjaga keselamatan keluarga dan mewujudkan keluarga yang harmoni tetapi bagi hamba-hamba yang tergelincir  niat mereka hanya untuk mencari wang supaya mereka dapat memberi makanan kepada anak-anak dan isteri mereka, sebenarnya mendapatkan merupakan konsekwensi dari usaha kita tidak perlu itu diniatkan, yang penting niatkan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk mendapat kereadhaan-Nya.

Janji ketiga mengenai hidup kita dan matiku hanya kerana Allah sebenar-benarnya atau berubah menjadi hal-hal selain Allah. Contoh kehidupan dan kematian berada di tangan Allah ketika Allah menghidupkannya, maka dia hidup dan ketika saatnya mati dia dimatikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hidup dan mati merupakan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala maka pergunakanlah sebaik baiknya masa hidup kita untuk taat kepada-Nya sebelum maut menjemput Kita. Jalanilah kehidupan untuk meraih rahmat dan ampunannya sehingga waktu ditanya untuk apa hidup kita mampu menjawab semata beribadah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui sholat, sedekah dan memberikan pendidikan anak agar menjadi anak yang soleh dan solehah dan lainnya.
Apakah memang betul kita sudah melaksanakan sholat, ibadah dan hidup dan mati karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, bila ternyata belum maka kita harus berusaha memperbaiki sepanjang hayat masih dikandung badan seraya bermohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar diberikan kekuatan dan kemudahan dalam menepati janji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Wallahu’alam bishshawab. Semoga bermanfaat dan kita termasuk orang-orang yang khusyu’ dalam beribadah untuk mendapatkan ampun dan rahman-Nya. Insya Allah.

Posted by: HAR

No comments: