"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan tiada aku termasuk di antara orang-orang yang musyrik" (QS Yusuf:108)

26 May, 2012

KHURUJ (MENENTANG) TERHADAP PEMERINTAH


Gerakan khuruj (pemberontakan) dan inqilab (melancarkan perebutan kekuasaan (pemerintah) dengan paksa terhadap suatu pemerintahan (yang sah) bukanlah tujuan untuk memperbaiki masyarakat. Bahkan bahaya timbulnya kerosakan di dalam masyarakat.

Khuruj terhadap pemerintah muslim, bagaimana pun tingkat kezhalimannya, merupakan bentuk penyimpangan dari manhaj Ahlus Sunnah (Wal Jama'ah). Ada dua macam bentuk khuruj, (1). Khuruj dengan memikul senjata (2). Khuruj dengan perkataan dan lisan.

Mereka yang selalu memunculkan perpecahan, pertikaian, dan pergolakan terhadap pemerintahan muslim, pada hakikatnya telah melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan tersebut. padahal, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh kita untuk bersabar, sebagaimana sabda beliau.

"Kecuali engkau melihat suatu kekufuran yang sangat jelas, yang dapat engkau buktikan di sisi Allah". [Muttafaq 'alaih]

Renungkanlah perkataan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Kecuali engkau melihat suatu kekufuran". Penuturan beliau tidak terhenti sampai di situ saja, tetapi diiringi dengan keterangan "kekufuran yang sangat jelas". Lantas beliau menambahkan keterangan lebih lanjut" yang dapat engkau buktikan tentang itu di sisi Allah".

Di dalam hadith ini, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan lima buah penekanan untuk mencegah orang dari khuruj dan takfir (mengkafirkan pemerintah atau pun individu muslim) yang merupakan perbuatan sangat buruk dan berbahaya. Karena dapat mengakibatkan kerosakan dan kehancuran di dalam masyarakat.

Bahkan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata di dalam kitabnya, I'lamul Muwaqqi'in : "Tidak ada satu pemberontakan pun terhadap pemerintah muslim yang membawa kebaikan terhadap umat pada bila-bila masa pun".

Begitu juga ceremah terhadap pemerintah. Manakala sebahagian orang menjadikan ceramah terhadap pemerintah sebagai bahan ceramah dan "nasihat-nasihat" yang mereka sampaikan untuk memperoleh simpati manusia dan pengundi. Manusia pada dasarnya menyukai hasutan terhadap pemerintah, juga terhadap para penguasa dan pemimpin, serta kepada setiap orang yang mempunyai jawatan lebih tinggi dari mereka. Seakan-akan hasutan dan celaan tersebut sebagai hiburan yang dapat menyenangkan hati mereka.

Sungguh suatu fenomena yang sangat menyedihkan ketika kita menyaksikan ceramah, hasutan, makian, serta cercaan terhadap pemerintah, saat ini menjadi bahan-bahan ceramah dan "masukan" bagi sebahagian da'i zaman sekarang, khususnya pada waktu terjadinya fitnah. Hingga ucapan yang mereka sampaikan akan membuat orang-orang beri pendapat atau komen masing-masing :"Masya Allah, Syeikh ini orang yang berani, atau Syeikh ini orang yang kuat". Padahal fakta ini sesungguhnya tidak mendatangkan manfaat apa-apa pun, melainkan hanya akan menghasut dan mengotori jiwa.

Betapa banyak orang-orang seperti ini di zaman kita ini, suatu zaman yang segala urusan di dalamnya bercampur aduk serta samar-samar bagi orang yang ilmunya sedikit, sehingga mereka mengikuti hawa nafsu kebanyakkan manusia, baik dalam kebenaran maupun kebatilan, kemudian takut mengungkapkan kebenaran, karena menyelisihi pendapat masyarakat umum dan mereka lebih memilih pada kebanyakkan manusia, terlebih lagi di zaman yang kacau dan serba global ini, komunikasi begitu mudah dan cepat, maka muncullah slogan-slogan heboh : demokrasi, liberal, hak-hak wanita, hak asasi manusia, persamaan gender , lesbian, gay dan yang semisalnya.

Ini semua diterima oleh orang-orang yang hatinya menyimpang atau yang telah dididik oleh barat, kemudian di tulis di surat-surat akhbar dan disebarkan melalui media masa, laungan begitu kuat, sehingga disangka oleh masyarakat, bahawa itu semua merupakan suatu kebenaran, padahal ini merupakan kebatilan yang paling buruk.

Sebahagian orang justru mengira, tindakan tersebut merupakan bentuk upaya menasehati pemerintah. Padahal terdapat cara yg digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki dan prosedure dalam menasehati pemerintah, seperti termaktub dalam sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Barangsiapa di antara kalian yang ingin menasehati penguasa, maka hendaklah dia pergi kepadanya, dan merahasiakan nasihatnya itu".

Hadith Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ini menjelaskan bahawa nasihat kepada para penguasa atau pemerintah, hendaklah disampaikan secara rahasia. Karena bila ditempuh secara terang-terangan akan menimbulkan gejolak (berkobar-kobar) hati, yang merosak hati.

Kalau di antara kita -para penuntut ilmu- ada yang terjatuh ke dalam suatu kesalahan, kemudian salah seorang menasihatinya di depan umum, ia langsung akan berkata : "Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah. Janganlah kamu membuka aibku di depan umum. Kalau engkau ingin menasihatiku, maka lakukanlah dengan empat mata".

Kalau para penuntut ilmu, para da'i yang mengajak manusia kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam -yang mengetahui keutamaan ilmu, keutamaan al-haq dan kembali kepadanya (setelah mengalami kekeliruan)- tidak menyukai cara seperti ini dalam memberikan suatu nasihat, maka bagaimana mungkin para pemerintah yang memiliki kedudukan, kekuasaan, senjata, serta tentara yang banyak -bagaimana mungkin mereka- akan dapat menerima nasihat dengan cara yang tidak simpatik ini. Justru yang lebih utama, tidak menasihati mereka di depan umum ; kalaupun hal ini tidak mendatangkan kebaikan bagi pemerintah, paling tidak akan memberi menfaat bagi diri kita sendiri. Perkara ini, tentunya apabila mereka (para pemerintah) adalah orang-orang muslim.

Batasan yang paling rendah untuk menghukumi mereka sebagai seorang muslim, ialah apabila mereka tunduk dan mengakui kebenaran agama Islam. Meskipun mereka melakukan suatu penyelewangan, mempunyai kesalahan yang banyak dan berbuat dosa-dosa besar. Dan ini semua tidak menjadikan mereka sebagai orang kafir, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Kecuali engkau melihat suatu kekufuran yang sangat jelas, yang dapat engkau buktikan di sisi Allah". [Muttafaqun 'alaih]

Kemudian Syaikh Muqbil rahimahullah berkata : "Kami tidak memandang perebutan kuasa sebagai jalan untuk memperindah masyarakat. Bahkan gerakan tersebut, justru menimbulkan kerosakan dalam masyarakat".

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa yang datang kepada kalian, ketika kalian bersatu di bawah satu pimpinan, dia berkeinginan untuk memecah belah persatuan kalian, maka bunuhlah dia". [HR Muslim] Marilah kita simak sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Shahih Muslim, dari hadits Arfajah Radhiyallahu 'anhu.

Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan bahawa pemberontakan terhadap suatu pemerintah, yang dapat menimbulkan suatu perpecahan di kalangan masyarakat merupakan salah satu perkara yang mewajibkan seseorang untuk dibunuh. Akan tetapi, perlu diingat, bahawa yang dapat menjatuhkan hukuman yang berat  ini adalah waliyyul-amr, pemerintah yang memegang kekuasaan.

Dalam sebuah hadith dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu 'anhu, ia menceritakan.

"Kami setia kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk selalu patuh dan taat, baik terhadap apa yang kami suka maupun yang tidak kami suka, dan dalam keadaan sulit maupun lapang, dan untuk mendahulukan apa yang diperintahkan (di atas segala kehendak kami), dan untuk tidak merebut kekuasaan dari pemimpin yang sah. Kecuali engkau melihat suatu kekufuran yang sangat jelas, yang dapat engkau buktikan di sisi Allah". [Muttafaqun 'alaih]

Akan tetapi, ketaatan ini tidak boleh berlawanan dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Sesungguhnya ketaatan itu hanya terhadap perkara yang ma'ruf (baik) saja". [Muttafaqun 'alaih]

Dan sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadith yang lain.

Tidak boleh taat kepada makhluk di dalam maksiat kepada Al-Khaliq". [HR Thabrani di dalam Al-Mu'jamul Kabir]


Kalau ingin merenung sejenak, nescaya kita akan memperoleh fakta bahawa dalam sejarah Islam, tidak ada satu pemberontakan pun yang berhasil. Lain halnya dengan orang-orang kafir, kebanyakan pemberontakan yang mereka gerakkan berakhir dengan keberhasilan. Di sini seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta'ala sedang menghendaki, supaya kita ingin melihat dan memperhatikan bahawa cara seperti ini, bukanlah cara syar'i. Allah Subhanahu wa Ta'ala hanya menginginkan kita supaya menempuh cara syar'i yang telah digariskan oleh-Nya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam kitab-Nya.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". [Ar-Ra'd : 11]


"Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa". [Al-Hajj : 40]

Dari sini, kita dapat mengetahui bahawa cara syar'i adalah tidak keluar dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah Azza wa Jalla berfirman.









No comments: