Gerakan
khuruj (pemberontakan) dan inqilab (melancarkan perebutan kekuasaan
(pemerintah) dengan paksa terhadap suatu pemerintahan (yang sah) bukanlah tujuan
untuk memperbaiki masyarakat. Bahkan bahaya timbulnya kerosakan di dalam
masyarakat.
Khuruj
terhadap pemerintah muslim, bagaimana pun tingkat kezhalimannya, merupakan
bentuk penyimpangan dari manhaj Ahlus Sunnah (Wal Jama'ah). Ada dua macam bentuk khuruj, (1). Khuruj
dengan memikul senjata (2). Khuruj dengan perkataan dan lisan.
Mereka
yang selalu memunculkan perpecahan, pertikaian, dan pergolakan terhadap
pemerintahan muslim, pada hakikatnya telah melakukan pemberontakan terhadap
pemerintahan tersebut. padahal, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh
kita untuk bersabar, sebagaimana sabda beliau.
"Kecuali engkau melihat suatu kekufuran yang
sangat jelas, yang dapat engkau buktikan di sisi Allah". [Muttafaq 'alaih]
Renungkanlah
perkataan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Kecuali engkau melihat
suatu kekufuran". Penuturan beliau tidak terhenti sampai di situ saja,
tetapi diiringi dengan keterangan "kekufuran
yang sangat jelas". Lantas beliau menambahkan keterangan lebih lanjut" yang dapat engkau buktikan tentang
itu di sisi Allah".
Di
dalam hadith ini, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan lima buah penekanan untuk
mencegah orang dari khuruj dan takfir (mengkafirkan pemerintah atau pun
individu muslim) yang merupakan perbuatan sangat buruk dan berbahaya. Karena
dapat mengakibatkan kerosakan dan kehancuran di dalam masyarakat.
Bahkan
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata di dalam kitabnya, I'lamul Muwaqqi'in : "Tidak ada satu pemberontakan pun
terhadap pemerintah muslim yang membawa kebaikan terhadap umat pada bila-bila
masa pun".
Begitu
juga ceremah terhadap pemerintah. Manakala sebahagian orang menjadikan ceramah
terhadap pemerintah sebagai bahan ceramah dan "nasihat-nasihat" yang
mereka sampaikan untuk memperoleh simpati manusia dan pengundi. Manusia pada
dasarnya menyukai hasutan terhadap pemerintah, juga terhadap para penguasa dan
pemimpin, serta kepada setiap orang yang mempunyai jawatan lebih tinggi dari
mereka. Seakan-akan hasutan dan celaan tersebut sebagai hiburan yang dapat
menyenangkan hati mereka.
Sungguh
suatu fenomena yang sangat menyedihkan ketika kita menyaksikan ceramah, hasutan,
makian, serta cercaan terhadap pemerintah, saat ini menjadi bahan-bahan ceramah
dan "masukan" bagi sebahagian da'i zaman sekarang, khususnya pada
waktu terjadinya fitnah. Hingga ucapan yang mereka sampaikan akan membuat
orang-orang beri pendapat atau komen masing-masing :"Masya Allah, Syeikh
ini orang yang berani, atau Syeikh ini orang yang kuat". Padahal fakta ini
sesungguhnya tidak mendatangkan manfaat apa-apa pun, melainkan hanya akan menghasut
dan mengotori jiwa.
Betapa banyak orang-orang
seperti ini di zaman kita ini, suatu zaman yang segala urusan di dalamnya
bercampur aduk serta samar-samar bagi orang yang ilmunya sedikit, sehingga
mereka mengikuti hawa nafsu kebanyakkan manusia, baik dalam kebenaran maupun
kebatilan, kemudian takut mengungkapkan kebenaran, karena menyelisihi pendapat
masyarakat umum dan mereka lebih memilih pada kebanyakkan manusia, terlebih
lagi di zaman yang kacau dan serba global ini, komunikasi begitu mudah dan cepat,
maka muncullah slogan-slogan heboh : demokrasi, liberal, hak-hak wanita, hak asasi
manusia, persamaan gender , lesbian, gay dan yang semisalnya.
Ini semua diterima oleh
orang-orang yang hatinya menyimpang atau yang telah dididik oleh barat, kemudian
di tulis di surat-surat akhbar dan disebarkan melalui media masa, laungan
begitu kuat, sehingga disangka oleh masyarakat, bahawa itu semua merupakan
suatu kebenaran, padahal ini merupakan kebatilan yang paling buruk.
Sebahagian
orang justru mengira, tindakan tersebut merupakan bentuk upaya menasehati
pemerintah. Padahal terdapat cara yg digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan
agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki dan prosedure dalam menasehati pemerintah, seperti termaktub dalam sabda
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Barangsiapa di antara kalian yang ingin
menasehati penguasa, maka hendaklah dia pergi kepadanya, dan merahasiakan
nasihatnya itu".
Hadith
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ini menjelaskan bahawa nasihat kepada
para penguasa atau pemerintah, hendaklah disampaikan secara rahasia. Karena
bila ditempuh secara terang-terangan akan menimbulkan gejolak (berkobar-kobar) hati, yang merosak
hati.
Kalau
di antara kita -para penuntut ilmu- ada yang terjatuh ke dalam suatu kesalahan,
kemudian salah seorang menasihatinya di depan umum, ia langsung akan berkata : "Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah.
Janganlah kamu membuka aibku di depan umum. Kalau engkau ingin menasihatiku,
maka lakukanlah dengan empat mata".
Kalau
para penuntut ilmu, para da'i yang mengajak manusia kepada Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam -yang mengetahui keutamaan
ilmu, keutamaan al-haq dan kembali kepadanya (setelah mengalami kekeliruan)-
tidak menyukai cara seperti ini dalam memberikan suatu nasihat, maka
bagaimana mungkin para pemerintah yang memiliki kedudukan, kekuasaan, senjata,
serta tentara yang banyak -bagaimana mungkin mereka- akan dapat menerima
nasihat dengan cara yang tidak simpatik ini. Justru yang lebih utama, tidak
menasihati mereka di depan umum ; kalaupun hal ini tidak mendatangkan kebaikan bagi pemerintah, paling tidak akan memberi menfaat bagi diri kita sendiri.
Perkara ini, tentunya apabila mereka (para pemerintah) adalah orang-orang
muslim.
Batasan
yang paling rendah untuk menghukumi mereka sebagai seorang muslim, ialah
apabila mereka tunduk dan mengakui kebenaran agama Islam. Meskipun mereka
melakukan suatu penyelewangan, mempunyai kesalahan yang banyak dan berbuat
dosa-dosa besar. Dan ini semua tidak menjadikan mereka sebagai orang kafir,
karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Kecuali engkau melihat suatu kekufuran
yang sangat jelas, yang dapat engkau buktikan di sisi Allah". [Muttafaqun 'alaih]
Kemudian
Syaikh Muqbil rahimahullah berkata : "Kami tidak memandang perebutan kuasa
sebagai jalan untuk memperindah masyarakat. Bahkan
gerakan tersebut, justru menimbulkan kerosakan dalam masyarakat".
Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang datang kepada kalian,
ketika kalian bersatu di bawah satu pimpinan, dia berkeinginan untuk memecah
belah persatuan kalian, maka bunuhlah dia". [HR Muslim] Marilah kita simak sabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Shahih Muslim, dari hadits Arfajah
Radhiyallahu 'anhu.
Dalam
hadits ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan bahawa
pemberontakan terhadap suatu pemerintah, yang dapat menimbulkan suatu
perpecahan di kalangan masyarakat merupakan salah satu perkara yang mewajibkan seseorang untuk dibunuh. Akan tetapi, perlu diingat, bahawa
yang dapat menjatuhkan hukuman yang berat ini adalah
waliyyul-amr, pemerintah yang memegang kekuasaan.
Dalam
sebuah hadith dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu 'anhu, ia menceritakan.
"Kami setia kepada Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam untuk selalu patuh dan taat, baik terhadap apa yang kami suka
maupun yang tidak kami suka, dan dalam keadaan sulit maupun lapang, dan untuk
mendahulukan apa yang diperintahkan (di atas segala kehendak kami), dan untuk
tidak merebut kekuasaan dari pemimpin yang sah. Kecuali engkau melihat suatu
kekufuran yang sangat jelas, yang dapat engkau buktikan di sisi Allah". [Muttafaqun 'alaih]
Akan
tetapi, ketaatan ini tidak boleh berlawanan dengan ketaatan kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam.
"Sesungguhnya ketaatan itu hanya terhadap
perkara yang ma'ruf (baik) saja". [Muttafaqun 'alaih]
Dan
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadith yang
lain.
Tidak boleh taat kepada makhluk di dalam
maksiat kepada Al-Khaliq". [HR Thabrani di dalam Al-Mu'jamul Kabir]
Kalau
ingin merenung sejenak, nescaya kita akan memperoleh fakta bahawa dalam sejarah
Islam, tidak ada satu pemberontakan pun yang berhasil. Lain halnya dengan
orang-orang kafir, kebanyakan pemberontakan yang mereka gerakkan berakhir
dengan keberhasilan. Di sini seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta'ala sedang
menghendaki, supaya kita ingin melihat dan memperhatikan bahawa cara seperti
ini, bukanlah cara syar'i. Allah Subhanahu wa Ta'ala hanya menginginkan
kita supaya menempuh cara syar'i yang telah digariskan oleh-Nya, sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam kitab-Nya.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri".
[Ar-Ra'd : 11]
"Allah pasti akan menolong orang yang
menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa". [Al-Hajj : 40]
Dari
sini, kita dapat mengetahui bahawa cara syar'i adalah tidak keluar dari Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah Azza wa Jalla berfirman.
"Dan sungguh, inilah jalan-Ku (agama Islam) yang lurus.
Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain dari Islam), kerana jalan-jalan (yang lain itu) akan
mencerai-beraikan kamu dari jalan Allah. Demikianlah Dia itulah Allah perintahkan kepadamu
agar kamu bertakwa".
[Al-An'am : 15
Dari
sini jelaslah bagi kita, bahawa tidak ada jalan untuk memperbaiki keadaan masyarakat melainkan dengan
mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menjauhi segala macam
bentuk bid'ah. Mari kita semak firman Allah Azza wa Jalla yang sangat agung
berikut ini.
وَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ اللَّهُ شَهِيدٌ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ
"Dan jika Kami memperlihatkan
kepadamu (Muhammad) akan sebahagian dari balasan azab (siksaan) yang Kami janjikan kepada mereka,
atau Kami wafatkan engkau (sebelum itu) maka kepada Kamilah tempat kembali mereka: kemudian Allah yang memberi keterangan mengenai apa yang mereka lakukan" . [Yunus : 46]
Banyak
diantara manusia yang berkata "kami belum melihat kejayaan Islam".
Ketahuilah ! Bahawa tidaklah mesti kita melihat segala apa yang telah
dijanjikan Allah kepada kita, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
pun tidak melihat segala apa yang di janjikan oleh Allah. Cuba kita menyemak firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala yang merupakan janji-Nya kepada orang-orang beriman.
"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang
di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan amal shalih, bahawa Dia
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan
bagi mereka agama telah Dia readhai bagi mereka. Dan Dia benar-benar akan
mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam, ketakutan menjadi aman
sentosa. Asalkan mereka (tetap) semata-mata beribadah kepada-Ku dengan tidak
mempersekutukan-Ku dengan suatu pun". [An-Nur : 55]
Sungguh
ini merupakan janji Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apabila kita dapat merealisasikan
perintah Allah ini, nescaya Allah Subhanahu wa Ta'ala pun akan merealisasikan
apa yang telah Dia janjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kita.
No comments:
Post a Comment