"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan tiada aku termasuk di antara orang-orang yang musyrik" (QS Yusuf:108)

20 October, 2014

Ada Apa Antara Yahudi Dengan Kita


Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ
أَشْرَكُوا ۖ وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ
قَالُوا إِنَّا نَصَارَىٰ ذَٰلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا
وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
Latajidanna asyadda alnnaasi 'adaawatan lilladziina aamanuu alyahuuda waalladziina asyrakuu walatajidanna aqrabahum mawaddatan lilladziina aamanuu alladziina qaaluu innaa nashaaraa dzaalika bi-anna minhum qissiisiina waruhbaanan wa-annahum laayastakbiruuna 

“Demi sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) akan dapati manusia yang keras sekali permusuhannya kepada orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan demi sesungguhnya engkau akan dapati orang-orang yang dekat sekali kasih mesranya kepada orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Bahawa kami ini ialah orang-orang Nasrani” yang demikian itu, disebabkan ada di antara mereka pendita-pendita dan ahli-ahli ibadat, dan kerana mereka pula tidak berlaku sombong”. (Surah Al-Maidah: 82)

SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadits melalui Said bin Musayyab dan Abu Bakar bin Abdurrahman serta Urwah bin Zubair. Mereka menceritakan, bahawa Rasulullah saw. pernah mengutus Amr bin Umayyah Adh-Dhamari membawa sepucuk surat yang ditujukan kepada Najasyi. Amr akhirnya datang ke hadapan Najasyi lalu ia membaca surat Rasulullah saw. Lalu sang raja memanggil Jakfar bin Abu Thalib dan orang-orang yang ikut berhijrah bersamanya, sang raja pun mengutus agar memanggil para rahib dan para pendeta. Setelah semuanya berkumpul sang raja memerintahkan kepada Jakfar bin Abu Thalib agar membacakan sesuatu kepada mereka. Jakfar lalu membacakan surah Maryam di hadapan mereka. Akhirnya mereka semua beriman kepada Alquran bahkan mata mereka mencucurkan air mata dan merekalah orang-orang yang dimaksudkan oleh Allah ketika menurunkan firman-Nya, 'Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya...' sampai dengan firman-Nya, '...maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Alquran dan kenabian Muhammad saw.)'" (Q.S. Al-Maidah 82-83). Ibnu Abu Hatim meriwayatkan sebuah hadits dari Said bin Jubair yang menceritakan, bahawa Najasyi pernah mengirimkan tiga puluh orang utusan yang terdiri dari sahabat-sababat pilihannya kepada Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. membacakan kepada mereka surah Yasin. Akhirnya mereka menangis mendengarkan pembacaan surah itu, kemudian turunlah ayat ini yang berkenaan dengan sikap mereka itu. Imam Nasai mengetengahkan sebuah hadits dari Abdullah bin Zubair yang mengatakan, bahawa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Najasyi dan sahabat-sahabat terdekatnya, "Iaitu mereka yang apabila mendengar apa yang diturunkan kepada Rasul-Nya akan mengalirkan air mata...."

Yahudi dan orang-orang musyrik. Dua kelompok inilah musuh Islam yang paling keras dalam berupaya untuk menghancurkan umat Islam. Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Secara umum, kedua kelompok inilah golongan manusia yang paling besar dalam memusuhi Islam dan kaum muslimin dan paling banyak berusaha mendatangkan bahaya kepada mereka. Hal itu kerana sedemikian keras kebencian orang-orang itu kepada mereka (umat Islam) yang dilatar belakangi oleh sikap melampaui batas, kedengkian, penentangan, dan pengingkaran (mereka kepada kebenaran).” (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 220).

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ
Walan tardaa 'anka alyahuudu walaa alnnashaaraa hattaa tattabi'a millatahum

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka kepadamu (wahai Muhammad) sehingga engkau menurut ugama mereka (yang telah terpesong itu)…” (Surah Al-Baqarah: 120)

SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Tsa`labi dari Ibnu Abbas katanya, "Orang-orang Yahudi Madinah dan Nasrani Najran berharap agar Nabi saw. melakukan salat dengan menghadap ke kiblat mereka. Maka tatkala Allah memalingkan ke Ka’abah, mereka merasa keberatan dan putus asa; keislaman mereka tidak dapat diharapkan lagi. Maka Allah pun menurunkan, 'Orang-orang Yahudi dan Nasrani...' sampai akhir ayat." (Q.S. Al-Baqarah 120).

Seperti itulah tekad jahat musuh-musuh Islam yang sangat bernafsu untuk mencabut aqidah Islam yang suci nan mulia dari dada-dada kaum muslimin. Tak henti-hentinya mereka menyerang kaum muslimin dengan pemikiran dan kekuatan mereka, serta bekerja keras -siang dan malam- agar umat yang terbaik ini menjadi teman setia mereka untuk bersama-sama masuk ke jurang neraka. Allah Subhanahu wa ta’ala menggambarkan tentang permusuhan yang dikobarkan oleh orang-orang musyrik kepada umat ini.

Dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala:

وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا ۚ وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ وَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Walaa yazaaluuna yuqaatiluunakum hattaayarudduukum 'an diinikum ini istathaa'uu waman yartadid minkum 'an diinihi fayamut wahuwa kaafirun faulaa-ika habithat a'maaluhum fii alddunyaa waal-aakhirati waulaa-ika ash-haabu alnnaari hum fiihaa khaaliduuna.

“Dan mereka (orang-orang kafir itu) sentiasa memerangi kamu hingga mereka (mahu) memalingkan kamu dari ugama kamu kalau mereka sanggup (melakukan yang demikian); dan sesiapa di antara kamu yang murtad (berpaling tadah) dari ugamanya (ugama Islam), lalu ia mati sedang ia tetap kafir, maka orang-orang yang demikian, rosak binasalah amal usahanya (yang baik) di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah ahli neraka, kekal mereka di dalamnya (selama-lamanya)”. (Surah Al-Baqarah: 217)

Itulah upaya mereka! Bukanlah tujuan mereka semata-mata untuk membunuh kaum muslimin atau merampas harta-harta mereka. Akan tetapi sesungguhnya maksud mereka adalah agar umat Islam ini murtad dari agamanya, sehingga mereka akan mengikut menjadi kafir sesudah – sebelumnya - mereka beriman. Dan pada akhirnya mereka akan ikut terseret ke dalam neraka. Inilah karakter orang-orang kafir secara umum. Tidak henti-hentinya mereka memerangi umat Islam. Dan yang paling menonjol dalam hal itu adalah ahli kitab iaitu Yahudi dan Nasrani. Mereka kerahkan kekuatan mereka untuk memurtadkan kaum muslimin dengan mendirikan berbagai yayasan, mengirimkan para misionaris, menyebarkan para dokter serta membangun sekolah-sekolah dalam rangka menjaring umat manusia  masuk ke dalam agama mereka. Akan tetapi, ketahuilah bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala enggan memenuhi hasrat mereka -untuk memadamkan cahaya-Nya- maka Allah Subhanahu wa ta’ala akan tetap menyempurnakan cahaya-Nya, meskipun orang-orang kafir itu tidak suka. (Disadur dari Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 81-82).

Oleh sebab itu tidak semestinya, bahkan haram hukumnya bagi umat Islam memberikan kesetian mereka kepada musuh-musuh Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ أُولَٰئِكَ حِزْبُ اللَّهِ ۚ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Laa tajidu qawman yu/minuuna biallaahi waalyawmi al-aakhiri yuwaadduuna man haadda allaaha warasuulahu walaw kaanuu aabaa-ahum aw abnaa-ahum aw ikhwaanahum aw 'asyiiratahum ulaa-ika kataba fii quluubihimu al-iimaana wa-ayyadahum biruuhin minhu wayudkhiluhum jannaatin tajrii min tahtihaa al-anhaaru khaalidiina fiihaa radhiya allaahu 'anhum waradhuu 'anhu ulaa-ika hizbu allaahialaa inna hizba allaahi humu almuflihuuna

“Engkau tidak akan dapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, tergamak berkasih-mesra dengan orang-orang yang menentang (perintah) Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang yang menentang itu ialah bapa-bapa mereka, atau anak-anak mereka, atau saudara-saudara mereka, ataupun keluarga mereka. Mereka (yang setia) itu, Allah telah menetapkan iman dalam hati mereka, dan telah menguatkan mereka dengan semangat pertolongan (Yang dimaksud dengan "pertolongan" ialah kemauan bathin, kebersihan hati, kemenangan terhadap musuh dan lain lain) daripadaNya; dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka tetap kekal di dalamnya. Allah reada akan mereka dan mereka reda (serta bersyukur) akan nikmat pemberianNya. Merekalah penyokong-penyokong (ugama) Allah. Ketahuilah! Sesungguhnya penyokong-penyokong (ugama) Allah itu ialah orang-orang yang Berjaya”. (Surah Al-Mujadilah: 22)

Berdasarkan ayat yang mulia ini, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengatakan dalam kitabnya yang sangat masyhur Tsalatsatul Ushul, “Barangsiapa yang menaati rasul dan mentauhidkan Allah Subhanahu wa ta’ala, maka tidak boleh baginya memberikan kesetian (pembelaan dan kecintaan) kepada orang-orang yang memusuhi Allah Subhanahu wa ta’ala dan rasul-Nya, meskipun orang itu adalah kerabat yang paling dekat.”

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
Qad kaanat lakum uswatun hasanatun fii ibraahiima waalladziina ma'ahu idz qaaluu liqawmihim innaa buraaau minkum wamimmaata'buduuna min duuni allaahi kafarnaa bikum wabadaa baynanaa wabaynakumu al'adaawatu waalbaghdaau abadan hattaa tu/minuu biallaahi wahdahu

“Sesungguhnya adalah bagi kamu pada bawaan Nabi Ibrahim (a.s) dan pengikut-pengikutnya – contoh ikutan yang baik, semasa mereka berkata kepada kaumnya (yang kufur ingkar): “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah yang lain dari Allah; kami kufur ingkarkan (segala penyembahan) kamu dan (dengan ini) nyatalah perasaan permusuhan dan kebencian di antara kami dengan kamu selama-lamanya, sehingga kamu menyembah Allah semata-mata” (Surah Al-Mumtahana: 4)

Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullah menegaskan, “Maka sudah seharusnya kaum muslimin membenci dan memusuhi musuh-musuh Allah Subhanahu wa ta’ala, dan di sisi lain menyayangi serta mencintai orang-orang yang beriman (umat Islam).” (Syarh Tsalatsatil Ushul, hal. 12).

Maka sudah sewajarnya -bahkan wajib- bagi kaum muslimin untuk membantu saudaranya yang tertindas dan diperangi oleh musuh-musuh Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya menurut kemampuan mereka masing-masing. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam perkara kecintaan, berkasih sayang, dan hubungan perasaan di antara sesama mereka adalah laksana satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang kesakitan, maka semua anggota tubuh yang lain pun akan saling membantunya dengan merasakan tidak bisa tidur dan demam.” (Hadits Riwayat Bukhari [6011] dan Muslim [2586], dari an-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ini lafazh Muslim).

Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahawa seorang mukmin akan turut merasa susah dan sedih kerana sesuatu yang membuat susah dan sedih saudaranya sesama mukmin yang lain.” (Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, hal. 163).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, 

“Mukmin yang satu dengan mukmin yang lain seperti satu bangunan, satu sama lain saling memperkuat.” 
(Hadits Riwayat: Bukhari [481] dan Muslim [2585] dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu). Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meniadakan keimanan dari orang-orang yang tidak menyukai kebaikan bagi saudaranya sebagaimana yang dia inginkan untuk dirinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda seterusnya:

Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga dia menyukai kebaikan bagi saudaranya seperti apa yang dia sukai bagi dirinya sendiri.” (Hadits Riwayat Bukhari [13] dan Muslim [45] dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu). Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan,“

Hadits ini menunjukkan bahawa seorang mukmin akan turut merasa senang dengan sesuatu yang membuat senang saudaranya sesama mukmin yang lain dan dia juga menginginkan kebaikan bagi saudaranya sesama mukmin sebagaimana dia menginginkan hal itu bagi dirinya sendiri. Dan ini semua muncul akibat bersihnya hati dari tipu daya, kedengkian, dan hasad.” (Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, hal. 163).

Sesungguhnya bumi Palestine merupakan sebahagian dari tanah air kaum muslimin. Bahkan seluruh muka bumi ini pada hakikatnya adalah tanah air umat Islam, bukan tempat berpijak bagi orang-orang kafir dan mempersekutukan Rabb mereka! Kaum muslimin yang berada di sana adalah saudara-saudara kita seaqidah. Maka musibah yang menimpa mereka akibat kekejian Yahudi merupakan musibah yang menimpa kita pula. Doa dan bantuan kita untuk mereka adalah wujud persaudaraan di jalan Allah subhanahu wa ta’ala. Yakinlah, bahawa Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan kemenangan kepada siapa saja yang benar-benar memperjuangkan tegaknya agama yang hanif ini.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Walayanshurannaallaahu man yanshuruhu inna allaaha laqawiyyun 'aziizun

“Dan sesungguhnya Allah akan menolong sesiapa yang menolong ugamaNya (ugama Islam); sesungguhnya Allah Maha Kuat, lagi Maha Kuasa”. (Surah Al-Hajj: 40)

Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman:

إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ ۗ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
In yanshurkumu allaahu falaa ghaaliba lakum wa-in yakhdzulkum faman dzaa alladzii yanshurukum min ba'dihi wa'alaa allaahi falyatawakkali almu/minuuna 

“Jika Allah menolong kamu mencapai kemenangan maka tidak ada sesiapa pun yang akan dapat mengalahkan kamu; dan jika Ia mengalahkan kamu, maka siapakah yang akan dapat menolong kamu sesudah Allah (menetapkan yang demikian)? Dan (ingatlah), kepada Allah jualah hendaknya orang-orang yang beriman itu berserah diri”. (Surah Al-i-‘Imran: 160)

Oleh sebab itu wajib bagi kita untuk menanggalkan segala pengaruh buruk agama kekafiran dari tubuh umat Islam. Kerana hanya dengan keimanan yang benar kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya, kaum muslimin akan mendapatkan kemenangan. Bukan malah dengan meniru-niru penyimpangan mereka dengan merayakan tahun baru dan berhura-hura, meninggalkan majlis ilmu, meninggalkan para ulama, beramal tanpa ilmu, tidak tunduk kepada kebenaran, dan hanyut dalam urusan dunia sehingga melupakan akhirat. Ya Allah, hancurkanlah musuh-musuhMu dan tolonglah hamba-hambaMu, sesungguhnya Engkau Maha mendengar lagi Maha mengabulkan doa. Hanya kepada Mu-lah kami memohon taufik, pertolongan, dan kekuatan.

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi (muslim or.id)
Al-Quran terjemahan: http://www.alquran-melayu.com
Posted/edit by: HAR

No comments: