"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan tiada aku termasuk di antara orang-orang yang musyrik" (QS Yusuf:108)

26 October, 2014

Tawadhu... Yang Sering Dilalaikan


Tawadhu' artinya rendah hati, tidak sombong. Secara istilah tawadhu' adalah sikap merendahkan hati, baik di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala maupun sesama manusia.

Pengertian yang lebih dalam adalah kalau kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah Subhanahu wa ta’ala yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah orang menyedari bahawa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah Subhanahu wa ta’ala.

Tawadhu merupakan salah satu bahgian dari akhlak mulia, jadi sudah selayaknya kita sebagai umat muslim bersikap tawadhu, kerana tawadhu merupakan salah satu akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh setiap umat islam.

Oleh kerana akhlak mulia adalah inti ajaran Islam, maka tak salah kalau banyak ayat-ayat dan hadits yang mengesyorkan perkara tersebut, salah satunya sifat yang akan menjadi kajian kita kali ini, iaitu sifat tawadhu.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
walaa tusha''ir khaddaka lilnnaasi walaa tamsyi fii al-ardhi marahan inna allaaha laa yuhibbu kulla mukhtaalin fakhuurin

“Dan janganlah engkau memalingkan mukamu (kerana memandang rendah) kepada manusia, dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan berlagak sombong; sesungguhnya Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang yang sombong takbur, lagi membanggakan diri”.(Surah Luqman: 18)

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam juga menjelaskan bahawa orang yang tawadhu' akan diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.  

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Barang siapa yang merendahkan diri dihadapan Allah Subhanahu wa ta’ala, maka Allah Subhanahu wa ta’ala akan mengangkat derajatnya pada tempat yang tinggi. Dan barang siapa yang takabur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, maka Allah Subhanahu wa ta’ala akan menghinakannya sampai ke tempat serendah-rendahnya." (Hadits Riwayat: Ahmad) 

Iyadh bin Himar  radiallahu 'anhu berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam : "Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala telah mewahyukan kepadaku: "Bertawadhulah hingga seseorang tidak menyombongkan diri terhadap lainnya dan seseorang tidak menganiaya terhadap lainnya.(Hadits Riwayat: Muslim).

Ummul Mu’minin ‘Aisyah radhiyallaahu ta’ala ‘anha mengatakan:

Sesungguhnya kalian sungguh sangat melalaikan ibadah yang paling utama, iaitu tawadhu’“(Az-Zuhd Li Imam Wakii’ II/463, Taarikh Jurjaan: I/86).

Al-Imam Fudhai bin ‘Iyadh rahimahullah ketika ditanya apa yang dimaksud dengan tawadhu’, maka beliau  berkata:

“(Tawadhu’) adalah engkau merendah dan tunduk kepada kebenaran. Jika engkau mendengarnya dari seorang kanak-kanak engkau menerimanya, bahkan walaupun engkau mendengar kebaikan itu dari orang yang paling bodoh sekalipun engkau mau menerimanya”(Hilyatul Auliya: III/329).

Imam Hasan al-Bashri rahimahullah pernah berkata:

“Tawadhu’ adalah tatkala engkau keluar dari rumahmu dan tidaklah engkau menjumpai seorang muslim pun kecuali engkau menganggap dia lebih utama dibandingkan dirimu”(Al-Ihyaa’: III/28).

 ‘Uqbah Bin Shuhban al-Hunnaa’i rahimahullah mengisahkan: Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang makna ayat:

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Tsumma awratsnaa alkitaaba alladziina isthafaynaa min 'ibaadinaa faminhum zhaalimun linafsihi waminhum muqtashidun waminhum saabiqun bialkhayraati bi-idzni allaahi dzaalika huwa alfadhlu alkabiiru 

“Kemudian Kami jadikan Al- Quran itu diwarisi oleh orang-orang yang Kami pilih dari kalangan hamba-hamba Kami; maka di antara mereka ada yang berlaku zalim kepada dirinya sendiri (dengan tidak mengindahkan ajaran Al-Quran), dan di antaranya ada yang bersikap sederhana, dan di antaranya pula ada yang mendahului (orang lain) dalam berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu ialah limpah kurnia yang besar (dari Allah semata-mata)”. (Surah Fatir:32)

Beliau pun menjawab:

“Wahai anakku , mereka semuanya merupakan ahli syurga. Yang berlomba-lomba dalam kebaikan adalah mereka yang telah wafat di masa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (hidup), mereka adalah orang-orang yang mendapat persaksian dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dengan kenikmatan hidup dan kebaikan rizki. Kaum pertengahan adalah mereka para shahabat Nabi yg mengikuti jejaknya hingga mereka bertemu dengannya(wafat). Adapun yang menzalimi dirinya sendiri adalah mereka adalah mereka yang seperti saya dan kamu”.(Tafsiir al-Qur’anil ‘Adziim:VI/549).

Berikut beberapa ayat-ayat Al-Quran yang menegaskan perintah Allah Subhanahu wa ta’ala untuk sentiasa bersikap tawadhu dan menjauhi sikap sombong:

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
Walaa tamsyi fii al-ardhi marahan innaka lan takhriqa al-ardha walan tablugha aljibaala thuulaan 

“Dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan berlagak sombong, kerana sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembusi bumi, dan engkau tidak akan dapat menyamai setinggi gunung-ganang”. (Surah Al-Israa’: 37)

Juga Firman Allah Subhanahu wa ta’ala:

وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
wa'ibaadu alrrahmaani alladziina yamsyuuna 'alaa al-ardhi hawnan wa-idzaa khaathabahumu aljaahiluuna qaaluu salaamaan 

“Dan hamba-hamba (Allah) Ar-Rahman (yang diredhaiNya), ialah mereka yang berjalan di bumi dengan sopan santun, dan apabila orang-orang yang berkelakuan kurang adab, hadapkan kata-kata kepada mereka, mereka menjawab dengan perkataan yang selamat dari perkara yang tidak diingini”; (Surah Al-Furqan: 63)

Berbicara lebih jauh tentang tawadhu’, sebenarnya tawadhu’ sangat diperlukan bagi siapa saja yang ingin menjaga amal sholeh atau amal kebaikannya, agar tetap tulus ikhlas, murni dari tujuan selain Allah Subhanahu wa ta’ala. Kerana memang tidak mudah menjaga keikhlasan amal sholeh atau amal kebaikan kita agar tetap murni, bersih dari tujuan selain Allah Subhanahu wa ta’ala. Sungguh sukar menjaga agar segala amal sholeh dan amal kebaikan yang kita lakukan tetap bersih dari tujuan selain mengharapkan readha-Nya. Kerana terlalu banyak godaan yang mendatang, yang selalu berusaha mengotori amal kebaikan kita. Apalagi disaat pujian dan ketenangan mulai datang menghampiri kita, maka terasa semakin susah bagi kita untuk tetap boleh menjaga kemurnian amal sholeh kita, tanpa terbisik adanya rasa bangga dihati kita. Disinilah sangat diperlukan tawadhu’ dengan menyedari sepenuhnya, bahawa sesungguhnya segala amal sholeh, amal kebaikan yang mampu kita lakukan, semua itu adalah kerana pertolongan dan atas izin Allah Subhanahu wa ta’ala.

Tawadhu’ juga mutlak dimiliki bagi para pendakwah yang sedang berjuang meninggikan Kalimatullah di muka bumi ini, maka sifat tawadhu mutlak diperlukan untuk kesuksesan misi dakwahnya. Karena bila tidak, maka disaat seorang pendakwah mendapatkan pujian, mendapatkan banyak jemaah, dikagumi orang dan ketenaran mulai menghampirinya, tanpa ketawadhu’an, maka seorang pendakwah pun tidak akan luput dari berbangga diri atas keberhasilannya.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
Walaa tahzan 'alayhim waikhfidh janaahaka lilmu/miniina

“Dan janganlah engkau merasa dukacita terhadap mereka (kerana mereka tidak beriman dan tidak dapat menguatkan Islam sebagaimana yang engkau harapkan); dan sebaliknya hendaklah engkau merendah diri kepada orang-orang yang beriman (sekalipun mereka dari golongan fakir miskin”). (Surah Al-Hijr: 88)

Ada juga yang bersikap tawadhu yang bertujuan untuk memaparkan riya’ dan menunjuk-nunjuk, maka tujuan saperti ini, semuanya rosak, tiada memberi manfaat langsung bagi pelakunya, kecuali merendah diri yang didorong rasa ikhlas kerana  Allah Subhanahu wa ta'alla dalam rangka untuk lebih dekat dengan Allah Subhanahu wa ta’ala dan ingin merebut ganjaran serta kemurahan-Nya kepada makhluk, sehingga ihsan terbaik serta ruhnya itu ada pada ikhlas karena Subhanahu wa ta’ala . (Allah Subhanhu wa ta’alla akan mengangkat kedudukan orang yang rendah diri dihati manusia. Dikenang kebaikannya oleh orang lain serta diangkat derajatnya diakhirat).

Dan Aisyah radhiyallahu 'anha pernah mengingatkan: "Sungguh betapa banyak orang yang lalai pada ibadah yang paling afdhal iaitu tawadhu".

Wallahu ta’ala a’lam bisshawab
posted by HAR

No comments: