"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan tiada aku termasuk di antara orang-orang yang musyrik" (QS Yusuf:108)

05 November, 2014

BERIMAN DENGAN KITAB-KITAB ALLAH

Di antara bentuk rahmat dan kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala kepada para hamba-Nya adalah Dia mengutus para rasul untuk membimbing manusia kepada jalan yang lurus dan menurunkan kitab-kitab-Nya yang di dalamnya berisi cahaya dan hidayah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُواْ فِيهِ
Kaana alnnaasu ummatan waahidatan faba'atsa allaahu alnnabiyyiina mubasysyiriina wamundziriina wa-anzala ma'ahumu alkitaaba bialhaqqi liyahkuma bayna alnnaasi fiimaa ikhtalafuu fiih

“Pada mulanya manusia itu ialah umat yang satu (menurut ugama Allah yang satu, tetapi setelah mereka berselisihan), maka Allah mengutuskan Nabi-nabi sebagai pemberi khabar gembira (kepada orang-orang yang beriman dengan balasan Syurga, dan pemberi amaran (kepada orang-orang yang ingkar dengan balasan azab neraka); dan Allah menurunkan bersama Nabi-nabi itu Kitab-kitab Suci yang (mengandungi keterangan-keterangan yang) benar”, (Al-Baqarah: 213)

Di antara ciri orang beriman sekaligus syarat kesempurnaan imannya adalah beriman kepada kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):

قُولُواْ آمَنَّا بِاللّهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Quuluu aamannaa biallaahi wamaa unzila ilaynaa wamaa unzila ilaa ibraahiima wa-ismaa'iila wa-ishaaqa waya'quuba waal-asbaathi wamaa uutiya muusaa wa'iisaa wamaa uutiya alnnabiyyuuna min rabbihim laa nufarriqu bayna ahadin minhum wanahnu lahu muslimuuna

“Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman): "Kami beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami (Al-Quran), dan kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dan Nabi Ishak dan Nabi Yaakub serta anak-anaknya, dan juga kepada apa yang diberikan kepada Nabi Musa (Taurat) dan Nabi Isa (Injil), dan kepada apa yang diberikan kepada Nabi-nabi dari Tuhan mereka; kami tidak membeza-bezakan antara seseorang dari mereka (sebagaimana yang kamu - Yahudi dan Nasrani - membeza-bezakannya); dan kami semua adalah Islam (berserah diri, tunduk taat) kepada Allah semata-mata". (Al-Baqarah: 136)

Ayat di atas menunjukkan kewajiban beriman kepada para Nabi dan Rasul, dan beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka.

Beriman kepada kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala merupakan salah satu rukun iman. Yakni meyakini dengan keyakinan yang kuat bahawa Allah subhanahu wa ta’ala memiliki kitab-kitab yang Dia turunkan kepada para Rasul yang dikehendaki-Nya, Dia turunkan dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang terang. Kitab-kitab tersebut adalah Kalamullah (Firman/ Perkataan Allah) bukan makhluk. Maka wajib beriman secara global kepada semua kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala, dan wajib beriman secara terperinci kepada kitab-kitab yang disebutkan namanya secara perinci.

Beriman kepada Kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala meliputi beberapa perkara berikut:

1.   Mengimani bahawa kitab-kitab tersebut benar-benar turun dari sisi Allah subhanahu wa
      ta’ala.

2.  Beriman terhadap kitab yang kita ketahui nama-namanya. kita mengimaninya sesuai dengan namanya, seperti beriman bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah menurunkan kitab Al-Qur`an.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
syahru ramadaana alladzii unzila fiihi alqur-aanu hudan lilnnaasi wabayyinaatin mina alhudaa waalfurqaani

“Masa yang diwajibkan kamu berpuasa itu ialah) bulan Ramadan yang padanya diturunkan Al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan petunjuk dan (menjelaskan) perbezaan antara yang benar dengan yang salah”. (Al-Baqarah: 185)

Allah Subhanahu wa ta’ala menurukan Taurat kepada Nabi Musa ‘alaihis sallam, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّا أَنزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ
Innaa anzalnaa alttawraata fiihaa hudan wanuurun

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (terdapat) petunjuk dan cahaya (yang menerangi).” (Al-Ma`idah: 44)

Allah subhanahu wa ta’ala juga menurunkan Injil kepada Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam:

وَقَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِم بِعَيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَآتَيْنَاهُ الإِنجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى
Waqaffaynaa 'alaa aatsaarihim bi'iisaa ibni maryama mushaddiqan limaa bayna yadayhi mina alttawraati waaataynaahu al-injiila fiihi hudan wanuurun wamushaddiqan limaa bayna yadayhi mina alttawraati wahudan wamaw'izhatan lilmuttaqiina 

Dan Kami utuskan Nabi Isa Ibni Maryam mengikuti jejak langkah mereka (Nabi-nabi Bani Israil), untuk membenarkan Kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya; dan Kami telah berikan kepadanya Kitab Injil, yang mengandungi petunjuk hidayah dan cahaya yang menerangi, sambil mengesahkan benarnya apa yang telah ada di hadapannya dari Kitab Taurat, serta menjadi petunjuk dan nasihat pengajaran bagi orang-orang yang (hendak) bertaqwa”. (Al-Ma`idah: 46)

Demikian juga Kitab Zabur, Allah subhanahu wa ta’ala turunkan kepada Nabi Dawd ‘alaihis salaam:

وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُوراً
waaataynaa daawuuda zabuuraan 

“Dan Kami memberikan kitab Zabur kepada Daud.” (Al-Isra`: 55)

Allah subhanahu wa ta’ala juga memberitakan tentang Shuhuf Ibrahim dan Shuhuf Musa dalam firman-Nya:

صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَى
Inna haadzaa lafii alshshuhufi al-uulaa shuhufi ibraahiima wamuusaa 

“Sesungguhnya (keterangan-keterangan yang dinyatakan) ini ada (disebutkan) di dalam Kitab-kitab yang terdahulu, Iaitu Kitab-kitab Nabi Ibrahim dan Nabi Musa”. (Al-A’la: 18-19)

3. Membenarkan berita-berita yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut. Saperti berita-berita dalam Al-Qur`an, dan berita-berita dalam kitab-kitab sebelumnya yang belum mengalami perubahan atau penyimpangan.

4. Mengamalkan hukum-hukum dalam kitab-kitab tersebut selama tidak dihapus (mansukh), dengan penuh redha dan penerimaan, baik kita memahami hikmah di balik hukum-hukum tersebut ataukah tidak. Adapun kitab-kitab terdahulu maka semuanya telah dihapus dengan kitab Al-Qur`anul Karim.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِناً عَلَيْهِ فَاحْكُم بَيْنَهُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءهُمْ عَمَّا جَاءكَ مِنَ الْحَقِّ
Wa-anzalnaa ilayka alkitaaba bialhaqqi mushaddiqan limaa bayna yadayhi mina alkitaabi wamuhayminan 'alayhi fauhkum baynahum bimaa anzala allaahu walaa tattabi' ahwaa-ahum 'ammaa jaa-aka mina alhaqqi

Dan Kami turunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab (Al-Quran) dengan membawa kebenaran, untuk mengesahkan benarnya Kitab-kitab Suci yang telah diturunkan sebelumnya dan untuk memelihara serta mengawasinya. Maka jalankanlah hukum di antara mereka (Ahli Kitab) itu dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah (kepadamu), dan janganlah engkau mengikut kehendak hawa nafsu mereka (dengan menyeleweng) dari apa yang telah datang kepadamu dari kebenaran”.  (Al-Ma`idah: 48)

Muhaimin yakni sebagai hakim terhadap kitab-kitab terdahulu. Atas dasar itu tidak boleh mengamalkan hukum apapun yang terdapat dalam kitab-kitab terdahulu kecuali jika dibenarkan dalam Al-Qur`an.

Al-Qur`anul Karim kitab paling mulia

Al-Qur`anul Karim adalah kitab termulia, diturunkan kepada Nabi paling utama, dengan membawa syari’at paling mulia. Al-Qur`an merupakan kitab terakhir, membenarkan kitab-kitab terdahulu sekaligus menyempurnakan syari’at-syari’at sebelumnya. Kitab inilah yang umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam seluruhnya diwajibkan untuk mengikuti syari’at-syari’atnya dan berhukum dengannya, bersama dengan As-Sunnah yang juga merupakan wahyu yang Allah subhanahu wa ta’ala turunkan kepada Nabi-Nya di samping Al-Qur`an.

وَأَنزَلَ اللّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ
Wa-anzala allaahu 'alayka alkitaaba waalhikmata wa'allamaka maa lam takun ta'lamu


Dan (selain itu) Allah telah menurunkan kepadamu Kitab (Al-Quran) serta Hikmah (pengetahuan yang mendalam), dan telah mengajarkanmu apa yang engkau tidak mengetahuinya”. (An-Nisa`: 113)

Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Al-Qur`an kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam agar dijadikan pedoman hukum, sekaligus sebagai obat penyakit yang ada di dada, penjelasan segala sesuatu, hidayah, dan rahmat bagi kaum mukminin. Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Al-Qur`an agar manusia membacanya dengan penuh tadabbur (memperhatikan) mengikuti, dan mengamal kandungannya.

 Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala:

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
Kitaabun anzalnaahu ilayka mubaarakun liyaddabbaruu aayaatihi waliyatadzakkara uluu al-albaabi 

 “(Al-Quran ini) sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu (dan umatmu wahai Muhammad), -Kitab yang banyak faedah-faedah dan manfaatnya, untuk mereka memahami dengan teliti kandungan ayat-ayatnya, dan untuk orang-orang yang berakal sempurna beringat mengambil iktibar.” (Shad: 29)

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقاً وَعَدْلاً لاَّ مُبَدِّلِ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Watammat kalimatu rabbika shidqan wa'adlan laa mubaddila likalimaatihi wahuwa alssamii'u al'aliimu 

“Dan Al-Qur`an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang penuh berkah, maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kalian diberi rahmat.” (Al-An’am: 155)

Maka barang siapa membaca Kitabullah dengan penuh tadabbur, mengikutinya, dan mengamalkan kandungannya berarti benar-benar telah beriman dengan kitab tersebut.

Sebagaimana pujian Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya:

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاَوَتِهِ أُوْلَـئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمن يَكْفُرْ بِهِ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
alladziina aataynaahumu alkitaaba yatluunahu haqqa tilaawatihi ulaa-ika yu/minuuna bihi waman yakfur bihi faulaa-ika humualkhaasiruuna 

“Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan penuh tadabbur (sehingga mengikutinya dengan sebenarnya), mereka itu orang-orang yang beriman kepadanya, dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Al-Baqarah: 121)

Mereka adalah orang-orang yang menghalalkan apa yang dinyatakan halal dalam Kitabullah, mengharamkan apa yang dinyatakan haram dalam Kitabullah, mengamalkan ayat-ayat yang muhkam (yang jelas), mengimani ayat-ayat yang mutasyabih(yang butuh penjelasan), mereka adalah orang-orang yang berbahagia, yang mengerti nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang sangat besar ini dan bisa mensyukurinya.

Kitab Taurat dan Injil yang ada di tangan orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen tidak diragukan lagi adalah kitab-kitab yang tidak sah penisbatannya kepada Nabi Musa alaihis salaam, dan kepada Nabi ‘Isa alaihis salaam. Sehingga tidak boleh dikatakan bahawa kitab Taurat yang ada di tangan Yahudi adalah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam, tidak pula boleh dikatakan bahawa kitab Injil yang ada di tangan Kristen adalah Injil yang diturunkan kepada Nabi ‘Isa alaihis salaam. Sehingga kedua kitab tersebut yang ada di tangan Yahudi dan Kristen bukanlah Taurat dan Injil yang kita diperintah untuk mengimaninya secara terperinci.

Hal itu disebabkan telah terjadi penyelewengan, pemalsuan, dan perubahan yang dilakukan oleh tangan-tangan lancang orang-orang Yahudi dan Kristen terhadap kitabnya masing-masing. Hal ini sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala terangkan dalam Al-Qur`an, di antaranya pada surah Al-Baqarah: 75, al-Ma`idah: 13-15, dan lainnya. Di samping penegasan Al-Qur`an, terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahawa Taurat dan Injil yang ada tidak sah dinisbahkan sebagai kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala, antara lain:

1.      Taurat dan Injil yang sekarang ada di tangan Yahudi dan Kristen bukan naskah asli namun terjemahannya.

2.   Dalam naskah Taurat dan Injil yang ada tersebut telah tercampur antara Firman Allah Subhanahu wa ta'ala dengan perkataan manusia.

3.      Baik Taurat maupun Injil yang ada tersebut dibukukan setelah wafatnya Nabi Musa alaihis
salaam dan Nabi ‘Isa alaihis salaam dengan terpaut waktu yang sangat lama. Sementara tidak ada
keterangan tentang periwayatan dipercayai antara zaman penulisan hingga Nabi Musa alaihis salaam
maupun Nabi ‘Isa alaihis salaam. Semakin menguatkan hal ini, Injil muncul dalam beberapa naskah, ada Injil Matius, Injil Yohanes, dll.

4.     Terdapat pertentangan antara naskah-naskah Taurat dan Injil yang ada.

5.     Dalam Taurat dan Injil yang ada di tangan Yahudi dan Kristen tersebut ternyata berisi aqidah-aqidah yang batil dan sesat, berita-berita dusta, dan hikayat-hikayat yang tidak boleh dipertanggungjawabkan.

Maka kewajiban kaum mukminin meyakini, bahawa Taurat dan Injil yang ada di tangan Yahudi dan Kristen tersebut bukanlah kitab yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala kepada Rasul-Nya, namun itu adalah hasil penyimpangan Yahudi dan Kristen terhadap kitabnya. Maka kita tidak membenarkannya sama sekali kecuali apa yang telah dibenarkan oleh Al-Qur`anul Karim atau oleh As-Sunnah yang mulia. Dan kita dustakan apa yang telah didustakan oleh Al-Qur`anul Karim atau As-Sunnah yang mulia. Adapun yang tidak ada keterangan Al-Qur`an maupun As-Sunnah tentangnya maka kita tidak membenarkan tidak pula mendustakannya.

Wallahu a’lam bish shawab.

Penulis: Ustadz Ahmad Alfian hafizhahullaahu ta’aalaa
Edit/posted by: HAR

Kesimpulan - Tambahan

Al-Quran mempunyai banyak hikmah yang tersurat dan tersirat di dalamnya. Pelbagai kajian dilakukan daripada dahulu sampai sekarang, berapa banyak rahsia-rahsianya telah dicungkil keluar. Kajian terhadapnya tidak akan habis sampai bila-bila. Begitulah kelebihan yang ada pada al-Quran, tetapi tidak ramai pun manusia yang ingin mengambilnya sebagai wasilah kehidupan. Tambahan pula orang yang menghafal dan membacanya selalu, maka bertambah-tambahlah keberkatan al-Quran di dalam kehidupannya dan kehidupan orang yang dekat dengannya.

Jangan khuatir, jika kita tidak menghafal al-Quran, boleh jadi suami kita nanti seorang yang menghafal al-Quran, atau isteri kita, atau anak-anak kita, atau cucu-cucu kita kelak. Cuma, kita jangan putus asa berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar diberi kesempatan. Insyaallah, kita akan merasai keberkatannya di dalam kehidupan kita semua jika al-Quran menjadi satu cara hidup.

HAR

No comments: