Islam adalah agama yang sempurna. Ajarannya meliputi
segenap aspek kehidupan manusia. Dari perkara yang besar sampai perkara yang
paling kecil. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
rahimahullah, dari sahabat Salman Al Farisi radhiyallahu
‘anhu bahawasanya beliau pernah ditanya oleh kaum musyrikin.
قَالُوا
لِسَلْمَانَ : قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ كُلَّ شَىْءٍ حَتَّى الْخَرَاءَةَ.
فَقَالَ : أَجَلْ ، قَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ أَوْ
بَوْلٍ ، وَنَهَانَا أَنْ يَسْتَنْجِىَ أَحَدُنَا بِأَقَلَّ مِنْ ثَلاَثَةِ
أَحْجَارٍ ، وَنَهَانَا أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ. رَوَاهُ
مُسْلِم
Mereka bertanya kepada
Salman, “Sungguh nabi kalian telah mengajarkan kalian
segala sesuatunya sampai-sampai cara buang hajat?”
Salman
menjawab, “Benar! Beliau telah melarang kami untuk
menghadap kiblat baik ketika buang air besar maupun buang air kecil dan
melarang kami untuk beristinja’ (membersihkan kotoran) dengan batu kurang dari
tiga biji, dan melarang kami beristinja’ dengan kotoran hewan atau tulang.” (Hadits Riwayat:
Muslim)
Hadits ini menunjukkan tentang
sempurnanya ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sungguh Allah Subahanahu wa Ta’ala telah menjelaskan dalam Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi-Nya tentang pokok dan cabang dari agama ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menjelaskan tentang tauhid, kewajiban untuk mengesakan-Nya serta segala macam
adab, etika dalam perikehidupan manusia.
Allah ta’ala
memerintahkan kepada kita untuk memberi lapang dari tempat duduk kita
sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا
يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ
Yaa ayyuhaa alladziina aamanuu idzaa qiila lakum
tafassahuu fii almajaalisi faifsahuu yafsahi allaahu lakum
“Wahai orang-orang yang beriman!
Apabila diminta kepada kamu memberi lapang dari tempat duduk kamu (untuk orang
lain) maka lapangkanlah seboleh-bolehnya supaya Allah melapangkan (segala
halnya) untuk kamu. (Surah: Al
Mujadalah: 11 )
Ketika ingin memasuki
rumah seseorang, Allah Subahanahu
wa Ta’ala
perintahkan kita untuk meminta izin dan memberi salam terlebih dahulu kepada
penghuninya.
Allah Subahanahu wa
Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتاً غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى
تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَإِن لَّمْ
تَجِدُوا فِيهَا أَحَداً فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِن قِيلَ
لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ
عَلِيمٌ
Yaa ayyuhaa alladziina aamanuu laa tadkhuluu buyuutan
ghayra buyuutikum hattaa tasta/nisuu watusallimuu 'alaa ahlihaa dzaalikum khayrun
lakum la'allakum tadzakkaruuna. fa-in lam tajiduu fiihaa ahadan falaa tadkhuluuhaa hattaa yu/dzana lakum
wa-in qiila lakumu irji'uu fairji'uu huwa azkaa lakum waallaahu
bimaa ta'maluuna 'aliimun
“Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu masuk ke dalam mana-mana rumah yang bukan rumah kamu, sehingga
kamu lebih dahulu meminta izin serta memberi salam kepada penduduknya; yang
demikian adalah lebih baik bagi kamu, supaya kamu beringat (mematuhi cara dan
peraturan yang sopan itu). Maka sekiranya kamu tidak mendapati sesiapa (yang
berhak memberi izin) maka janganlah masuk ke dalam rumah itu sehingga kamu diberi
izin; dan jika dikatakan kepada kamu "baliklah", maka hendaklah kamu
berundur balik; cara yang demikian adalah lebih suci bagi kamu; dan (ingatlah)
Allah Maha Mengetahui akan apa yang kamu lakukan”. (Surah: An Nuur:
27–28)
Adapun tentang akhlak,
Islam telah mengajarkan semua sifat (ciri) perwatakan yang terpuji. Sebagai
contoh, tentang penunaian amanah. Di dalam Al Qur’an, Allah Subahanahu wa
Ta’ala memerintahkan kita untuk
menunaikan amanah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ
أَنْ تُؤَدُّوا الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
Inna allaaha ya/murukum an tu-adduu al-amaanaati ilaa ahlihaa
“Sesungguhnya Allah
memerintahkan kamu supaya menyerahkan segala jenis amanah kepada ahlinya (yang
berhak menerimanya),...”(Surah: An Nisaa': 58)
Contoh yang lain,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
telah membimbing kita untuk senantiasa bersikap dan berucap jujur serta
menjauhi dusta. Beliau shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
إنَّ الصِّدقَ
يَهْدِي إِلَى البرِّ ، وإنَّ البر يَهدِي إِلَى الجَنَّةِ ، وإنَّ الرَّجُلَ
لَيَصدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيقاً . وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي
إِلَى الفُجُورِ ، وَإِنَّ الفُجُورَ يَهدِي إِلَى النَّارِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ
لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكتَبَ عِنْدَ الله كَذَّاباً )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ
“Sesungguhnya kejujuran itu
membawa kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu membawa surga dan
sesungguhnya seorang itu berlaku jujur hingga dicatatlah di sisi Allah sebagai
seorang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan
sesungguhnya kejahatan itu membawa kepada neraka dan sesungguhnya seorang
berdusta hingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (Muttafaqun ‘alaih).
Dan masih banyak lagi ayat dan hadits
seperti ini. Dengan demikian jelaslah, bahawa Islam itu sempurna, meliputi
segala aspek kehidupan.
Namun sungguh disayangkan, kaum muslimin
di masa kita sangat jauh dari adab dan akhlaq Islami. Mereka lebih suka meniru/mengamal
etika dan norma dari Barat yang justru banyak yang bertentangan dengan ajaran
Islam.
Akhlaq yang mulia boleh
dimiliki apabila seseorang berusaha keras memperbaiki serta membiasakan diri
agar memperolehnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ
الْمُحْسِنِينَ
Waalladziina jaahaduu fiinaa lanahdiyannahum
subulanaa wa-inna allaaha lama'a almuhsiniina
“Dan orang-orang yang
berusaha dengan bersungguh-sungguh kerana memenuhi kehendak ugama Kami,
sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan Kami (yang menjadikan
mereka bergembira serta beroleh keredaan); dan sesungguhnya (pertolongan dan
bantuan) Allah adalah berserta orang-orang yang berusaha membaiki amalannya” (Surah: Al
Ankabuut: 69)
Akhlaq yang mulia boleh diperoleh dengan usaha-usaha sebagai
berikut:
Pertama:
Hendaknya seseorang senantiasa memperhatikan dalil-dalil dari Al Quran dan As Sunnah yang berkaitan dengan keutamaan akhlaq yang terpuji.
Saperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
الصَّابِرِينَ
وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ
بِالأسْحَارِ
Alshshaabiriina waalshshaadiqiina waalqaanitiina
waalmunfiqiina waalmustaghfiriina bial-ashaari
“(Dan juga)
orang-orang yang sabar (dalam menjunjung perintah Allah), dan orang-orang yang
benar (perkataan dan hatinya), dan orang-orang yang sentiasa taat (akan
perintah Allah), dan orang-orang yang membelanjakan hartanya (pada jalan
Allah), dan orang-orang yang beristighfar (memohon ampun) pada waktu sahur. (Surah: Ali
Imran: 17)
وَعِبَادُ
الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ
الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا
wa'ibaadu alrrahmaani alladziina
yamsyuuna 'alaa al-ardhi hawnan wa-idzaa khaathabahumu aljaahiluuna qaaluu
salaamaan
“Dan hamba-hamba
(Allah) Ar-Rahman (yang diredhaiNya), ialah mereka yang berjalan di bumi dengan
sopan santun, dan apabila orang-orang yang berkelakuan kurang adab, hadapkan
kata-kata kepada mereka, mereka menjawab dengan perkataan yang selamat dari
perkara yang tidak diingini; (Surah: Al Furqan: 63)
وَالَّذِينَ
لا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
waalladziina laa yasyhaduuna alzzuura wa-idzaa marruu biallaghwi
marruu kiraamaan
“Dan orang-orang yang tidak
memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang)
yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja)
dengan menjaga kehormatan dirinya.” (Surah:
Al Furqan: 72)
Demikian juga dia melihat apa yang datang dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saperti,
إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاَقاً
“Sesungguhnya sebaik-baik kalian
adalah yang terbaik akhlaknya”. (Muttafaqun ‘alaihi).
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي
مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا
“Sesungguhnya,
di antara orang yang paling aku cintai dan paling dekat dengan majlisku di hari
kiamat nanti adalah orang yang terbaik akhlaknya di antara kalian. (Hadits Riwayat:
At Tirmidzi, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)
Dengan memperhatikan dalil-dalil seperti ini
maka seseorang akan terpacu untuk berakhlaq mulia.
Kedua:
Berteman dengan orang-orang shalih yang berakhlaq mulia, yang dikenal dengan ilmu dan amanahnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّمَا
مَثلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَجَلِيسِ السُّوءِ ، كَحَامِلِ المِسْكِ ، وَنَافِخِ
الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ: إمَّا أنْ يُحْذِيَكَ ، وَإمَّا أنْ تَبْتَاعَ
مِنْهُ ، وَإمَّا أنْ تَجِدَ مِنْهُ ريحاً طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الكِيرِ: إمَّا
أنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإمَّا أنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحاً مُنْتِنَةً
“Permisalan teman yang baik dan
teman buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi, Adapun penjual
minyak wangi maka mungkin saja dia menghadiahimu minyak wangi, atau engkau
dapat membeli minyak wangi darinya, atau setidaknya engkau dapati aroma yang
harum darinya. Adapun si pandai besi, mungkin saja dia membakar bajumu, atau
setidaknya engkau akan mencium aroma tak sedap dari dirinya.” (Hadits Riwayat:
Al Bukhari)
Maka hendaknya seseorang yang ingin untuk memiliki akhlaq
yang mulia berteman dengan orang yang dikenal berakhlak baik yang dapat
menolong memperbaiki akhlaqnya dan menjauh dari teman yang berakhlak jelek dan
sering melakukan perbuatan yang hina.
Ketiga:
Hendaknya seseorang memperhatikan apa yang diakibatkan oleh akhlak yang buruk, kerana akhlak yang buruk dibenci, dan buruk akhlak itu dijauhi, dan buruk akhlak itu disifati dengan sifat yang buruk.
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
هَلْ
أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ تَنَزَّلُ الشَّيَاطِينُ تَنَزَّلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ
أَثِيمٍ يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ
“Maukah aku beritakan kepadamu,
kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap affak
(pendusta) lagi atsim (yang banyak dosa), Mereka menghadapkan pendengaran
(kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.” (Asy Syu’ara: 221-223)
Maka jika seseorang mengetahui bahawa
berakhlak buruk itu mengantarkan kepada hal ini, maka hendaknya ia menjauhinya.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
الْمُسْلِمُ
مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah orang yang
kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (Hadits Riwayat: Al
Bukhari)
Keempat:
Hendaknya dia senantiasa menghadirkan dalam benaknya gambaran akhlak Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Laqad kaana lakum fii rasuuli allaahi uswatun hasanatun liman
kaana yarjuu allaaha waalyawma al-aakhira
wadzakara allaaha katsiiraan
“Demi sesungguhnya,
adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik, iaitu bagi
orang yang sentiasa mengharapkan (keredaan) Allah dan (balasan baik) hari
akhirat, serta ia pula menyebut dan mengingati Allah banyak-banyak (dalam masa
susah dan senang.”(Surah:Al- Ahzaab: 21)
وَإِنَّكَ
لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
wa-innaka la'alaa khuluqin 'azhiimin
“Dan bahawa
sesungguhnya engkau mempunyai akhlak yang amat mulia.” (Surah: Al
Qalam: 4)
Kelima:
Senantiasa berdoa, meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar dianugerahi
akhlaq yang mulia
Beberapa doa yang warid dari Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam di antaranya adalah sebagai berikut,
اللَّهُمَّ
أَحْسَنْتَ خَلْقِي فَأَحْسِنْ خُلُقِي
“Ya Allah Engkau telah memperbagus
penciptaanku, maka baguskanlah akhlakku.” (Hadits Riwayat: Ahmad, dishahihkan
oleh Asy Syaikh Al Albani)
اَللَّهُمَّ
أَهْدِنِيْ ِلأَحْسَنِ اْلأَعْمَالِ ، وَأَحْسَنِ اْلأَخْلاَقِ ، لاَ يَهْدِي
ِلأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ ، وَقِنِي سَيِّئِ اْلأَعْمَالِ ، وَسَيِّئِ
اْلأَخْلاَقِ ، لاَ يَقِي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ
“Ya Allah berilah petunjuk
kepadaku untuk berbuat sebaik-baik amalan, sebaik-baik akhlak, tidak ada yang
bisa menunjuki untuk berbuat sebaik-baiknya kecuali Engkau. Dan lindungi kami
dari jeleknya amalan dan jeleknya akhlak, dan tidak ada yang melindungi dari
kejelekannya kecuali Engkau”. (Hadits Riwayat. An Nasa’i)
اَللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ اْلأّخْلاَقِ وَاْلأَعْمَالِ
وَاْلأَهْوَاءِ وَاْلأَدْوَاءِ
“Ya Allah sesungguhnya aku
berlindung kepada Engkau dari kemungkaran-kemungkaran akhlak, amalan-amalan,
hawa nafsu, dan penyakit-penyakit.” (Hadits Riwayat: AtTirmidzi dan dishahihkan
oleh Al-Albani)
Demikianlah beberapa keutamaan akhlaq mulia. Insya Allah pada
artikel selanjutnya kita akan bahas bagaimana cara berakhlaq kepada Allah,
Rabbuna ‘azza wajalla.
Rujukan:
1. Muhadharah
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin- (berjudul 'Al Ibda' fi Bayani kamaalisy Syar'l wal Khuthratil Ibtida)
2. Syarah Riyadhis Shalihin Asy Syaikh Muhammad bin Shalihin
3. Makarimul Akhlaq, Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin
4. Qutufun min Syamaaili Muhammadiyyah, Asy Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
POSTED
BY: HAR
TAFSIR
AL-QURAN: PROJEK MYMASJID MALAYSIA
No comments:
Post a Comment