"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan tiada aku termasuk di antara orang-orang yang musyrik" (QS Yusuf:108)

23 October, 2014

Hak-Hak Orang Lanjut Usia Dalam Islam


Sesungguhnya di antara hak-hak yang mulia yang diserukan oleh agama kita yang hanif ini adalah hak orang yg telah lanjut usia atau tua, sama saja apakah dia adalah bapak kita atau kerabat kita baik muslim maupun kafir. Orang yang sudah lanjut usia mempunyai hak-hak yang telah dijaga dan perhatikan oleh Islam. Apa saja hak-hak yang harus kita perhatikan kepada orang-orang yang sudah tua?

ISLAM AGAMA YANG MENJAGA HAK-HAK MANUSIA

Sesungguhnya manusia sangat memerlukan penjelasan tentang hak-hak yang ada; hak Allah Subhanahu wa ta’ala, hak Nabi, hak orang tua, hak kerabat, hak tetangga, dan hak orang yang sudah lanjut usia. Mengingatkan kepada permasalahan hak-hak ini adalah pintu pembuka kebaikan dan kebahagiaan kerana seorang muslim jika diingatkan maka dia akan teringat, jika ditunjuki maka dia akan mendapat petunjuk.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
Wadzakkir fa-inna aldzdzikraa tanfa'u almu/miniina 

“Dan tetap tekunlah engkau memberi peringatan, kerana sesungguhnya peringatan itu mendatangkan faedah kepada orang-orang yang beriman”. (Surah Adz-Dzaariyat: 55)

Hendaknya seorang muslim mengetahui keindahan syari’at Islam, bahawa Islam adalah agama yang adil, agama yang memberi setiap pemilik hak-haknya masing-masing. Orang tua didalam Islam memiliki kedudukan dan tempat secara umum, disamping itu orang tua juga memiliki kedudukannya yang istimewa.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Inna allaaha ya/muru bial'adli waal-ihsaani wa-iitaa-i dzii alqurbaa wayanhaa 'ani alfahsyaa-i waalmunkari waalbaghyi ya'izhukum la'allakum tadzakkaruuna

“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, dan berbuat kebaikan, serta memberi bantuan kepada kaum kerabat; dan melarang daripada melakukan perbuatan-perbuatan yang keji dan mungkar serta kezaliman. Ia mengajar kamu (dengan suruhan dan laranganNya ini), supaya kamu mengambil peringatan mematuhiNya”. (Surah Al-Nahl: 90)

Dan hendaknya seorang berusaha untuk mengetahui hak-hak dalam Islam, jadi bagaimana mungkin kita mampu menunaikan hak Allah, hak Nabi, orang tua, kerabat, tetangga dan hak orang yang sudah tua jika kita tidak mengetahuinya. Di sinilah letak pentingnya pembahasan kita kali ini.

PENTINGNYA MEMBERI PERHATIAN TERHADAP HAK-HAK ORANG-ORANG YANG LAMA

Sesungguhnya orang yang sudah lanjut usia mempunyai hak-hak yang harus diperhatikan. Islam sebagai agama yang sempurna berada di barisan paling depan dalam memberi perhatian dan menjaga hak-hak mereka.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

“Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala adalah memuliakan orang yang sudah beruban lagi muslim, memuliakan ahli Qur’an dengan tidak berlebihan dan tidak menyepelekannya, dan memuliakan para pemimpin yang berbuat adil.” (Hadits Riwayat Abu Dawud: 4843; dihasankan oleh Syaikh Albani rahimullah dalam shahih al-Jami no: 2199)

Ibnu Hajar Rahimahullah menyebutkan sebuah hadits yang didalamnya berisi nasihat ilahi untuk memuliakan orang-orang tua dan mengutamakan mereka, iaitu:

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Jibril memerintahkanku untuk mengutamakan orang-orang tua”.(Fath Al-Baari, juz 1 hal. 357 demikian juga Al-Musnad, Juz 2 hal. 184)

Perhatikanlah hadits diatas. Betapa besarnya hak orang yang sudah lanjut usia. Betapa tinggi kedudukan mereka.

Bahkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  juga berwasiat : “Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi anak-anak kecil dan tidak menghormati orang-orang tua dari kami. (Hadits Riwiyat Tirmidzi: 1842; ash-shahihah no. 2196)

Sabda Nabi “bukan termasuk golongan kami” menunjukkan bahawa orang yang tidak menghormati orang yang sudah tua maka dia tidak mengikuti petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berada diatas jalan dan sunnahnya.

Sebahgian ulama menyebutkan bahawa ketentuan dari bentuk kalimah ini iaitu perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam “bukan termasuk golongan kami….” Menunjukkan pengharaman dan sebahagian ulama memasukkannya dalam kategori dosa besar. (Al-Aadab Asy-Syari’iyah Wa Al-Minah Al-Mar'yah,Ibnu Muflih Al-Hanbali, Ar-Riyadh, 1977M, juz 1-hal471)

Masyarakat Islam disifati dengan sifat-sifat mulia, diantaranya: memuliakan orang tua. Telah banyak hadits-hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menganjurkan kita untuk memuliakan orang tua dan menghormatinya.

Diantara bukti tersebut ialah apa yang dikisahkan dalam riwayat berikut ini :

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Kota Makkah dan duduk di masjid, Abu Bakar datang bersama bapaknya Abu Quhafah menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mana Abu Bakar mengendongnya sampai dia meletakkannya di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam   kepada Abu Bakar radiallahu ‘anhu: “Seandainya engkau membiarkan syaikh ini dirumahnya niscaya kami akan mendatanginya…” (Al-musnad, Juz 3 hal. 202 dan Al-Albani menyebutnya didalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no 496)

Abu Bakar  menjawab, “Wahai Rasulullah, dia lebih berhak datang kepadamu daripada engkau yang datang kepadanya.” Rawi berkata, “Maka Abu Bakar mendudukkan bapaknya di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap dadanya dan berkata, ‘Masuk Islamlah!’ Bapak tersebut akhirnya masuk Islam.” (Hadits Riwayat. Ahmad : 26956; sanadnya dihasankan oleh Syaikh Albani rahimahullah dalam ash-Shahihah 1/895).

Lihatlah bagaimana kalimat yang diucapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu menyusuk dalam jiwanya. Apa yang terjadi? Apa pengaruhnya dalam hati bapak tersebut? Demi Allah Subhanahu wa ta’ala, hatinya sangat terbuka, bahagia untuk menyambut seruan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kerana itu, dia segera menerima ajakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk masuk Islam tanpa keraguan!

Andaikata orang tua seorang bukanlah muslim, meskipun begitu besar dosa kufur, Allah Subhanahu wa ta’ala tidak menggugurkan kewajipan berbakti kepada keduanya, sekalipun dia mengajak anaknya kepada kekafiran. Bahkan Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan untuk mempergauli keduanya dengan cara yang baik.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
wa-in jaahadaaka 'alaa an tusyrika bii maa laysa laka bihi 'ilmun falaa tuthi'humaa washaahibhumaa fii alddunyaa ma'ruufan waittabi' sabiila man anaaba ilayya tsumma ilayya marji'ukum fa-unabbi-ukum bimaa kuntum ta'maluuna

“Dan jika mereka berdua mendesakmu supaya engkau mempersekutukan denganKu sesuatu yang engkau – dengan fikiran sihatmu – tidak mengetahui sungguh adanya maka janganlah engkau taat kepada mereka; dan bergaulah dengan mereka di dunia dengan cara yang baik. Dan turutlah jalan orang-orang yang rujuk kembali kepadaKu (dengan tauhid dan amal-amal yang soleh). Kemudian kepada Akulah tempat kembali kamu semuanya, maka Aku akan menerangkan kepada kamu segala yang kamu telah kerjakan”. (Surah Luqman: 15)

Didalam madzhab Hanafi: wajib member nafkah kepada kedua orang tua, meskipun mereka berbeza agama. (Syarh Al-Fath Al-Qadir Li Ibni Al-Hamman, Juz 4/415-416 dan Al-Hidayah karya Al-Marghanani)

Sedangkan didalam Madzhab Maliki: Wajib bagi seroang anak member nafkah kepada kedua orang tuanya baik ia kaya atau miskin, sihat atau sakit, lelaki maupun perempuan…seorang muslim maupun kafir. (Lihat Manhu Al-Jalil ‘Ala Mukhtashar Sayyidi Khalil karya Muhammad Ghaisy, Juz 4/414-415 dan Muwahib Al-Jalil Li Syarh Khalil karya Al-Khaththab)

Didalam Madzhab Syafi’ie: nafkah orang tua menjadi semakin wajib dalam tanggungan jawab anak, apabila bapaknya tidak mampu untuk memenuhi keperluannya sendiri. (Lihat Al-Umm karya Imam Asy-Syafi’ie, Juz 5/100-101), nafkah ini mengabungi bayaran obat, bayaran Doktor dan pembantu yang diperlukan orang tuanya ketika sudah tidak mampu untuk berkerja. Apabila ini tidak diberikan, ini bererti dia tidak mempergauli keduanya dengan cara yang baik sebagimana yang Allah Subhanahu wa ta’ala perintahkan. (Lihat Nihayah Al-Muhtaj Ila Syarh Al-Minjhaj karya Ar-Ramli)

Sedangkan dalam Madzhab Hanbali: Seorang anak wajib member nafkah kepada bapaknya, isterinya dan adik-adiknya, jika dalam keadaan kaya sedang kedua orang tuanya miskin tidak berharta serta tidak memiliki perkerjaan yang boleh mendapatkan nafkah untuk mencukupi keperluannya sendiri. Dan disyaratkan kepada orang yang member nafkah itu mempunyai kelebihan harta. (Al-Mughni, Ibnu Qudamah, Juz 9/256-257 dan kasysyaf Al-Qina’ An Matan Al-Qina Juz 5/480)

Dalil-dalil dalam syari’at yang mulia – dari al-Qur’an dan Sunnah – yang menunjukkan perhatian terhadap hak-hak orang yang sudah lanjut usia sangatlah banyak. Dan dari keterangan diatas, amaka dapatlah disimpulkan bahawa semua imam madzhab itu sepakat akan wajibnya untuk memberi perawatan kepada orang tuanya secara khusus ketika sudah lanjut usia atau sedang sakit atau sudah tidak mampu untuk membiayai hidupnya sendiri.

ISTIQAMAH DALAM PELAKSANAAN

Ketika kita mendengar hak-hak ini dan mengetahui bahawa syari’at Islam menjaga hak orang yang sudah lanjut usia, perlu kita perhatikan beberapa perkara yang hendaknya kita ingat dan kita hadirkan dalam dada ketika ingin melaksanakan hak-hak tersebut, agar menjadi penolong dalam pelaksanaannya dan kita tetap istiqamah dalam pelaksanaan hak tersebut. Sebab, inti dari menerima peringatan adalah keadaan kita tetap baik dan istiqamah dalam melaksanakan peringatan yang kita ketahui.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا
Walaw annahum fa'aluu maa yuu'azhuuna bihi lakaana khayran lahum wa-asyadda tatsbiitaan

“Dan sesungguhnya kalau mereka amalkan nasihat pengajaran (meliputi suruh dan tegah) yang telah diberikan kepada mereka, tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (iman mereka)”. (Surah An-Nisaa: 66)

وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
Walahadaynaahum shiraathan mustaqiimaan 

“Dan tentulah Kami pimpin mereka ke jalan yang lurus”. (Surah An-Nisaa: 68)

FAKTOR PENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN HAK-HAK ORANG SUDAH LANJUT USIA

Perhatikan dalil-dalil yang memerintahkan untuk menaruh perhatian terhadap hak-hak orang yang sudah lanjut usia. Sebab, perkara itu akan membantu dalam pelaksanaannya. Demi Allah Subhanahu wa ta’ala, tidaklah ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam “Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala adalah memuliakan orang yang sudah beruban lagi muslim” kecuali akan membangkitkan hati untuk semangat melaksanakan hak-hak tersebut.

1.    Memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala  agar kita mampu melaksanakan hak-hak ini kerana tidak ada kemampuan kecuali dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Bila kita mendengar pintu-pintu kebaikan maka mohonlah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar kita mampu meraih kebaikan tersebut.

2.         Mengingat akan manisnya buah dari pelaksanaan hak-hak tersebut. Sungguh Allah Subhanahu wa ta’ala  telah menyiapkan kebaikan yang besar dan nikmat yang banyak di dunia dan akhirat bagi yang melaksanakan hak-hak ini. Perbuatan baik ini akan meluaskan rezeki, memanjangkan umur, menjadikan kehidupan lebih berkah, menghilangkan segala kesedihan dan penyakit, serta menghindarkan dari musibah dan ujian. RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Carikanlah untukku orang-orang yang lemah dari kalian, karena kalian akan diberi rezeki dan ditolong dengan sebab orang-orang yang lemah di antara kalian.” (Hadits Riwayat: Abu Dawud: 2594, Tirmidzi :1702, Nasai : 3179, Ahmad : 21731; dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah: 780.)

3.         Ingatlah sebuah kaidah dalam agama ini bahawa “sebagaimana engkau beramal maka demikian pula kamu akan dibalas”. Perbuatan baik balasannya adalah kebaikan dan perbuatan jahat balasannya pun adalah kejahatan. Apabila engkau menjaga hak-hak orang yang sudah lanjut usia dan memperhatikannya maka demikian pula nanti ketika engkau telah berusia lanjut hak-hakmu akan terjaga.

4.         Melihat perjalanan kehidupan yang penuh berkah dari kalangan salaf, dari adab mereka bersama orang yg sudah tua, penghormatan mereka, perhatian dan pemuliaan mereka kepada orang yg sudh lanjut usia, hal ini akan menjadi kisah dan suri teladan yang baik.

HAK-HAK ORANG YANG SUDAH TUA DALAM ISLAM

1.       Menghormatinya
Sebagaimana Rasulullah mengatakan : “… dan menghormati orang-orang tua dari kami.” (Hadits Riwayat:. Tirmidzi : 1842; disebutkan dalam ash-Shahihah no. 2196.) Ini adalah kalimat yang agung mengandung makna yang tinggi; bahawa orang yang tua dihormati, hingga hal ini akan mengambil hatinya dan menyenangkan jiwanya. Sebab, orang yang sudah tua pantas untuk dihormati. Yang dimaksud “menghormati orang yang tua” adalah dalam hatimu ada rasa penghormatan dan pengagungan terhadap mereka, engkau mengetahui kedudukannya; dan inilah salah satu hak dari hak-hak mereka.
2.       Memuliakannya
Sebagaimana hadits yang sudah kami sebutkan : “Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah adalah memuliakan orang sudah beruban lagi muslim.” (Hadits Riwayat: Abu Dawud: 4843; dihasankan oleh Syaikh Albani rahimahullah dalam Shahih al-Jami’ no. 2199). Memuliakannya dengan cara bersopan-santun panggilan kepada mereka, bersopan-santun cara bergaul dengan mereka, dan menampakkan kecintaan kepada mereka.
3.      Engkau memulai salam kepadanya
Sebagaimana hadits yang berbunyi : “Hendaknya org yg kecil memberi salam kepada yg lebih besar, orang yang berjalan kepada yang duduk, dan yang sedikit kepada yg banyak.” (Hadits Riwayat: Bukhari; 6231, Muslim:5772)

Apabila engkau berjumpa dengan orang tua maka jangan menunda untuk memulai salam kepadanya. Akan tetapi, segeralah memberi salam dengan penuh adab dan penghormatan. Dan perhatikan juga keadaan usia tuanya, jika pendengarannya masih sihat maka ucapkanlah salam dengan suara yang dia dengar dan tidak menyakitinya, dan jika pendengarannya sudah berkurang maka perhatikan pula keadaannya.
4.     Jika engkau berbicara maka lembutkanlah suaramu
Jika engkau berbicara kepada orang yang sudah tua, maka bicaralah dengan suara yang lembut. Panggilah dengan panggilan yang penuh penghormatan dan pemuliaan, seperti “wahai pakcikku” dan selainnya. Abu Umamah bin Sahl berkata, “Kami pernah sholat Zhuhur bersama Umar bin Abdul Aziz, kemudian kami keluar hingga menemui Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu sedang dia sholat Ashar. Aku berkata,’Wahai pakcikku, sholat apa yang baru saja engkau kerjakan?’ Anas menjawab, ‘Ini sholat Ashar, dan inilah sholat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dahulu kami pernah sholat bersamanya.’” (Hadits Riwayat: Bukhari 549, Muslim 623)
5.        Mendahulukannya dalam berbicara
Juga mendahulukannya dalam perkumpulan, mendahulukan dalam hal makan, dalam hal masuk; dan hal ini termasuk hak mereka. Rasulullah sendiri pernah bersabda dalam kisah yang panjang : “Dahulukanlah orang yang tua, dahulukannya orang yang tua.” (Hadits Riwayat: Bukhari 2937 dan Muslim 3160)
6.        Perhatikan kesihatannya
Iaitu dengan memberi perhatian pada badan dan kesehatannya yang semakin lemah kerana dimakan usia. Dan hal ini adalah ketentuan yang tak dapat ditolak.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Allaahu alladzii khalaqakum min dha'fin tsumma ja'ala min ba'di dha'fin quwwatan tsumma ja'ala min ba'di quwwatin dha'fan wasyaybatan yakhluqu maa yasyaau wahuwa al'aliimu alqadiiru

“Allah yang menciptakan kamu bermula dengan keadaan lemah, selepas berkeadaan lemah itu Ia menjadikan kamu kuat. Setelah itu Ia menjadikan kamu lemah pula serta tua beruban. Ia menciptakan apa yang dikehendakiNya, dan Dia lah jua yang Maha Mengetahui, lagi Maha Kuasa”. (Surah Ar-Rum: 54)

Dan syariat Islam telah memberikan perhatian yang besar terhadap manusia sejak ia dalam keadaan bayi sampai meninggal dunia. Meskipun perhatian yang diberikan oleh syariat Islam ini melingkupi sepanjang kehidupan manusia.

Dengan demikian, termasuk hak yang seharusnya kita tunaikan adalah memperhatikan kesihatannya. Sebab, usia yang bertambah tua akan membuat lemah, lemah kemampuan panca indera, bahkan ada sebahgian orang yang sudah tua, perbuatannya seperti kembali pada perbuatan anak-anak, maka engkau harus perhatian juga. Dan termasuk perkara yang menyedihkan, ada sebahgian anak sudah berbuat baik kepada orang tuanya yang sudah lanjut usia, tetapi kemudian dia merasa bosan hingga pada akhirnya dia tidak lagi berbuat baik kepada orang tuanya, bahkan sampai ada yang membawa orang tuanya yang sudah nyanyok ke tempat penitipan, tempat orang-orang tua…!Na’udzubillahi min dzalika.
7.       Mendo’akan kebaikan
Hendaknya engkau selalu mendo’akan kebaikan kepada mereka agar tetap di dalam ketaatan, tetap mendapat taufik, tetap mendapat penjagaan Allah Subhanahu wa ta’ala. Hendaknya kita mendo’akan mereka agar tetap sihat walafiat, hidup dengan tenang, dan agar mereka termasuk orang-orang sebagaimana  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Maukah aku beritahukan kepada kalian orang-orang terbaik diantara kalian? Mereka menjawab, “Ya, wahai Rasulullah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Orang-orang terbaik diantara kalian adalah orang yang paling panjang umurnya apabila mereka diatas kebenaran. (Musnad Abi Ya’la Al-Mushili, Ahmad bin Ali At-Tamimi, Tahqiq Husaini Asad, Daar Al-Ma’mum Lit-Turats, juz 6/214)

Didalam Al-Musnad, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidak ada seorangpun yang lebih utama disisi Allah Subhanahu wa ta’ala dari seorang mukmin yang berumur panjang didalam Islam kerana tasbih, takbir dan tahlilnya” (Al-Musnad Juz 1/20. Pendahuluan hadits ini: Sesungguhnya sekelompok orang dari Bani ‘Adzrah….)
8.       Kebaikan orang tua tidak ada bandingannya
Ketahuilah, betapa pun besarnya kebaikan yang engkau berikan kepada orang tuamu belum sebanding dengan kebaikan mereka dan belum boleh membalas jasa-jasa mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Anak tidak akan dapat membalas jasa orang tuanya, kecuali jika orang tuanya itu adalah seorang budak yang kemudian dia beli dan dia bebaskan.”

NEGARA WAJIB MEMBERIKAN PERHATIAN

Oleh kerana orang tua termasuk rakyat maka pemimpin kaum muslimin bertanggung jawab diatas mereka, sebagimana didalam hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap orang-orang yang dia pimpin. Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya”. (Shahih Al-Bukhari, Juz 2/848, Shahih Muslim, Juz 6/8)

Ini adalah tanggung jawab yang ditakbir pemimpin kaum muslimin terhadap rakyatnya, dan termasuk didalamnya orang-orang tua. Ini adalah tanggung jawab yang termasuk segala aspek perhatian, baik perhatian dalam bidang ekonomi, social, kesihatan dan kejiwaan.

Inilah sebagian hak-hak yang selayaknya dijaga seorang muslim. Tidak diragukan bahawa kewajipan memuliakan dan menghormati orang-orang tua didalam masyarakat Islam diambil dari pengalaman dan hikmah mereka didalam kehidupan.

Oleh kerana itu, memuliakan dan menghormati orang tua adalah bahagian dari sifat-sifat masyarakat Islam. Setiap anggota masyarakat Islam WAJIB memberikan perlindungan terhadap orang tua serta memperlakukan mereka secara khusus, berbeza dengan orang lain. Perhatian ini tidak hanya bagi orang tua muslim sahaja, tetapi juga termasuk non-muslim selama dia hidup diantara kaum muslim.

Wallah walam

(Disarikan secara bebas oleh Ustadz Abu Aniisah Syahrul Fatwa bin Lukman dari kitab Huquq Kibaar as-Sinn fil Islam – Karya Prof. Dr Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin dan beberapa tambahan oleh HAR).

1 comment:

SURAU SRI BAHAGIA said...

tambahan , bagi orang yang menjaga orang tua , Isteri adalah di wajibkan menjaga suami yang telah tua yang tidak berdaya menguruskan diri sendiri , kerana isteri dengan suami tidak ada had aurat , adapun anak-anak samada anak lelaki atau anak perempuan , hendaklah menjaga pandangan daripada memandang aurat ibu bapa , iaitu antara pusat dan lutut , apalagi orang yang menjaga tersebut adalah orang yang tidak ada hubungan keluarga dengan pesakit sudah tentu lebih menjaga batasan aurat yang haram di pandang . makanya yang paling sesuai untuk menjaga suami yang tidak berdaya adalah isteri yang shalih .