MEMUTUSKAN SILATURAHIM DEMI KEBAIKAN
Bersilaturahim tidak hanya sesama sahabat dan saudara-mara, ia lebih indah
jika kita mampu melakukannya dengan sesiapa sahaja asalkan ia membawa manfaat
dan kebaikan. Teman kita selalunya terdiri dari berbagai latarbelakang,
walaupun orang itu baru sahaja kita temui, mereka juga boleh terus menjadi
teman, kita memang boleh bersilaturahim walau hanya dengan sekadar menyapa.
Seorang teman yang dapat menjaga tali silaturahim, maka tidak mustahil ia akan
berubah menjadi seorang sahabat yang mungkin akan melebihi seorang saudara.
Dalam keadaan tertentu,
adakalanya kita terpaksa membuat keputusan yang sukar untuk memutuskan silaturahim disebabkan oleh suatu
perkara yang menurut kita tidak membawa faedah. Memilih dan membuat keputusan
memang sukar tetapi harus dilakukan, kerana jika tidak ia hanya akan menjadi
beban dan akan menyusahkan hidup kita.
Keadaan seperti ini selalu kita jumpai dalam pergaulan seharian, hanya
kerana salah faham jalinan persahabatan atau persaudaraan boleh menjadi rosak.
Dilema yang dihadapi adalah
samada memilih untuk mempertahankan persahabatan atau persaudaraan dan terpaksa
menahan perasaan apabila pihak yang lagi satu bersikap negative dan sering
menyakiti hati kita, atau kita bersikap tegas walaupun agak sukar. Tetapi semua
ini bergantung kepada diri dan
keperibadian kita juga, hanya kita yang mampu menentukan baik buruknya. Tidak
ada gunanya kita berteman/bersahabat dengan orang yang tidak menganggap kita sebagai
seorang teman/sahabat, melainkan hanya membuat masa sahaja.
Seorang kawan yang tak mampu
memahami ketulusan hati dan mementingkan ego, adalah lebih baik kita hindari.
Kerana tak ada faedahnya dan hanya akan menambah dosa, kerana kita akan
sentiasa terdorong untuk berprasangka buruk terhadapnya. Inilah yang akan
merosak jiwa dan kebersihan hati kita. Jadi secara peribadi dinasihatkan,
teruskanlah silaturahim yang baik, dan tinggalkan dan putuskanlah yang membawa
elemen negatif, sebelum ia mengotori hati.
Silaturahim bertujuan untuk
mengeratkan tali persaudaraan dan bukannya mencari musuh, oleh yang demikian
eloklah kita bersikap tegas walaupun sukar, semuanya atas niat yang baik untuk
kebaikan bersama. Ini sebenarnya tidak menutup peluang jika suatu hari nanti
semuanya akan berubah, bila adanya kesedaran bahawa seorang kawan lebih penting
dari seribu musuh, asalkan semuanya datang dari kesedaran hati dan bukan kerana
paksaan. Kerana dasar silaturahim adalah ketulusan hati. Laksana benang yang
kusut, sedikit demi sedikit akhirnya akan mampu diurai dan bersambung, seperti
sebuah persahabatan yang sejati walau apa pun yang terjadi akan mampu
mengalahkan keegoan dan menyatukan kembali tali silaturahim yang terputus.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Hidup
bermasyarakat memang punya suka-duka. Ada yang menyenangkan, ada juga yang
sedikit menggelisahkan. Namun, hakikatnya itu bahgian dari cobaan hidup yang
harus kita jalani.
Tentu saja memutuskan
tali silaturahmi adalah langkah keliru dan dosa.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
"Maka apakah
kiranya jika kalian berkuasa kalian akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh
Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan
mereka." (QS. Muhammad: 22-23)
Jadi, orang yang
memutuskan silaturahim adalah seorang yang tuli, bisu, buta, dan tidak mengerti
apa-apa.
Dari [Abu
Hurairah] radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu
'alaihi wasalam beliau bersabda:
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الرَّحِمَ شَجْنَةٌ مِنْ الرَّحْمَنِ فَقَالَ اللَّهُ مَنْ
وَصَلَكِ وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَكِ قَطَعْتُهُ
"Sesungguhnya penamaan
rahim itu diambil dari (nama Allah) Ar Rahman, lalu Allah berfirman:
Barangsiapa menyambungmu maka Akupun menyambungnya dan barangsiapa memutuskanmu
maka Akupun akan memutuskannya." (Hadits Bukhari No.5529)
Dan, Rasulullah
Shalallaahu alaihi
wasalam pun juga bersabda:
“Tidaklah seorang Muslim memanjatkan
do’a pada Allah Subhanahu wa Ta’ala
selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahim melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan beri padanya tiga hal:
[1] Allah Subhanahu
wa Ta’ala akan segera mengabulkan do’anya,
[2] Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyimpannya baginya di akhirat kelak,
[3] Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menghindarkan darinya kejelekan yang
semisal.”
Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau
begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
berkata,” Allah Subhanahu wa Ta’ala nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a
kalian”.” (HR. Ahmad)
Berikut merupakan dampak yang
ditimbulkan jika Silatuhrahim diantara sesama manusia telah terputus. Dan hal
tersebut akan berpengaruh kepada dunia dan akhirat kelak. Diantaranya:
Pertama
Segala amalnya tidak berguna dan tidak berpahala. Walaupun kita telah beribadah dengan penuh keikhlasan, siang dan malam, tetapi bila kita masih memutus tali silaturahim dan menyakiti hati orang-orang Islam yang lain, maka amalannya tidak ada artinya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kedua
Amalan salatnya tidak berpahala. Sabda Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam : “Terdapat 5 macam orang yang sholatnya tidak berpahala, iaitu: Istri yang dimurkai suami karena menjengkelkannya, budak yang melarikan diri, orang yang mendendam saudaranya melebihi 3 hari, peminum khamar dan imam sholat yang tidak disenangi makmumnya.”
Ketiga
Rumahnya tidak dimasuki malaikat rahmat. Sabda Raslullah Shalallaahu alaihi wasalam: “ Sesungguhnya malaikat tidak turun kepada kaum yang didalamnya ada orang yang memutuskan silaturahim.
Keempat
Orang yang memutuskan tali silaturahim diharamkan masuk surga. Sabda Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam: “Terdapat 3 orang yang tidak akan masuk surga, iaitu: orang yang suka minum khamar, orang yang memutuskan tali silaturahim dan orang yang membenarkan perbuatan sihir.
Dengan Demikian, kita harus menjaga
tali silatuhrahim di antara sesama manusia, serta tetaplah menjaga tali
persaudaraan kita agar menjadi Hamba Allah Subhanahu
wa Ta’ala yang dicintainya.
Sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لاَ يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
“Tidak akan masuk
surga orang yang memutuskan silaturrahim”. (HR Bukhari dan Muslim)
Banyak
faktor yang dapat menyulut terjadinya pemutusan tali silaturrahim. Namun
ketidaktahuan seseorang tentang itu, membuatnya terjerumus dalam kesalahan.
Anjuran
untuk membina tali silaturahim sangat jelas. Sebagaimana diterangkan Ibnul
Atsir, silaturahim merupakan cermin berbuat baik kepada keluarga dekat,
berlemah-lembut kepada mereka, memperhatikan keadaan mereka baik ketika mereka
berada di kawasan yang jauh maupun ketika mereka melontarkan kejelekan
kepadanya. Memutuskan tali silaturrahim merupakan tindakan yang berlawanan
dengan semua.
Meski
demikian, fenomena pemutusan tali silaturrahmi kerap kali terdengar di tengah
masyarakat, terutama akhir-akhir ini, saat materialisme mendominasi. Saling
mengunjungi dan menasihati sudah dalam titik yang memprihatinkan. Hak keluarga
yang satu ini sudah terabaikan, tidak mendapatkan perhatian yang semestinya.
Padahal jarak sudah bukan lagi menjadi halangan di era kemajuan teknologi
informasi.
Berlapang Dada dan Berbaik Sangka
Salah satu sifat utama penebar
kedamaian dan perekat ikatan persaudaraan adalah lapang dada. Orang yang
berlapang dada adalah orang yang pandai memahami berbagai keadaan dan sikap
orang lain, baik yang menyenangkan maupun yang menjengkelkan. Ia tidak membalas
kejahatan dan kezhaliman dengan kejahatan dan kezhaliman yang sejenis, juga
tidak iri dan dengki kepada orang lain.
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Seorang mukmin itu tidak punya siasat
untuk kejahatan dan selalu (berakhlak) mulia, sedang orang yang fajir (tukang
maksiat) adalah orang yang bersiasat untuk kejahatan dan buruk akhlaknya.” (HR.
HR. Tirmidzi, Al-Albani berkata “hasan”)
Karena itu Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mengajarkan agar kita berdo’a dengan:
“Dan lucutilah kedengkian dalam hati- ku.” (HR. AbuDaud, Al-Albani berkata ’shahih’)
Alangkah baiknya jika dunia yang
sementara ini kita isi dengan kebahagian. Bahagia lihat orang lain bahagia.
Derita bila melihat orang lain derita. Mahu yang terbaik diri sendiri dan orang
lain.
Ingatlah…Dunia untuk dikongsi bersama.
Jika tidak, pasti Tuhan beri setiap seorang manusia itu sebuah bumi untuknya
sendiri. Sesungguhnya Tuhan tidak pernah salah merencana sesuatu. Pasti ada
hikmahnya.
Semoga Allah
memberikan hidayah dan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amin
POSTED BY HAR
No comments:
Post a Comment