"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan tiada aku termasuk di antara orang-orang yang musyrik" (QS Yusuf:108)

03 October, 2016

MEMUTUSKAN SILATURAHIM DEMI KEBAIKAN

Bersilaturahim tidak hanya sesama sahabat dan saudara-mara, ia lebih indah jika kita mampu melakukannya dengan sesiapa sahaja asalkan ia membawa manfaat dan kebaikan. Teman kita selalunya terdiri dari berbagai latarbelakang, walaupun orang itu baru sahaja kita temui, mereka juga boleh terus menjadi teman, kita memang boleh bersilaturahim walau hanya dengan sekadar menyapa. Seorang teman yang dapat menjaga tali silaturahim, maka tidak mustahil ia akan berubah menjadi seorang sahabat yang mungkin akan melebihi seorang saudara.

Dalam keadaan tertentu, adakalanya kita terpaksa membuat keputusan yang sukar untuk  memutuskan silaturahim disebabkan oleh suatu perkara yang menurut kita tidak membawa faedah. Memilih dan membuat keputusan memang sukar tetapi harus dilakukan, kerana jika tidak ia hanya akan menjadi beban dan akan menyusahkan hidup kita.  Keadaan seperti ini selalu kita jumpai dalam pergaulan seharian, hanya kerana salah faham jalinan persahabatan atau persaudaraan boleh menjadi rosak.

Dilema yang dihadapi adalah samada memilih untuk mempertahankan persahabatan atau persaudaraan dan terpaksa menahan perasaan apabila pihak yang lagi satu bersikap negative dan sering menyakiti hati kita, atau kita bersikap tegas walaupun agak sukar. Tetapi semua ini  bergantung kepada diri dan keperibadian kita juga, hanya kita yang mampu menentukan baik buruknya. Tidak ada gunanya kita berteman/bersahabat dengan orang yang tidak menganggap kita sebagai seorang teman/sahabat, melainkan hanya membuat masa sahaja.

Seorang kawan yang tak mampu memahami ketulusan hati dan mementingkan ego, adalah lebih baik kita hindari. Kerana tak ada faedahnya dan hanya akan menambah dosa, kerana kita akan sentiasa terdorong untuk berprasangka buruk terhadapnya. Inilah yang akan merosak jiwa dan kebersihan hati kita. Jadi secara peribadi dinasihatkan, teruskanlah silaturahim yang baik, dan tinggalkan dan putuskanlah yang membawa elemen negatif, sebelum ia mengotori hati.

Silaturahim bertujuan untuk mengeratkan tali persaudaraan dan bukannya mencari musuh, oleh yang demikian eloklah kita bersikap tegas walaupun sukar, semuanya atas niat yang baik untuk kebaikan bersama. Ini sebenarnya tidak menutup peluang jika suatu hari nanti semuanya akan berubah, bila adanya kesedaran bahawa seorang kawan lebih penting dari seribu musuh, asalkan semuanya datang dari kesedaran hati dan bukan kerana paksaan. Kerana dasar silaturahim adalah ketulusan hati. Laksana benang yang kusut, sedikit demi sedikit akhirnya akan mampu diurai dan bersambung, seperti sebuah persahabatan yang sejati walau apa pun yang terjadi akan mampu mengalahkan keegoan dan menyatukan kembali tali silaturahim yang terputus.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Hidup bermasyarakat memang punya suka-duka. Ada yang menyenangkan, ada juga yang sedikit menggelisahkan. Namun, hakikatnya itu bahgian dari cobaan hidup yang harus kita jalani.

Tentu saja memutuskan tali silaturahmi adalah langkah keliru dan dosa.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

"Maka apakah kiranya jika kalian berkuasa kalian akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka." (QS. Muhammad: 22-23)

Jadi, orang yang memutuskan silaturahim adalah seorang yang tuli, bisu, buta, dan tidak mengerti apa-apa.

Dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasalam beliau bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الرَّحِمَ شَجْنَةٌ مِنْ الرَّحْمَنِ فَقَالَ اللَّهُ مَنْ وَصَلَكِ وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَكِ قَطَعْتُهُ
"Sesungguhnya penamaan rahim itu diambil dari (nama Allah) Ar Rahman, lalu Allah berfirman: Barangsiapa menyambungmu maka Akupun menyambungnya dan barangsiapa memutuskanmu maka Akupun akan memutuskannya." (Hadits Bukhari No.5529)

Dan, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam  pun juga bersabda:

“Tidaklah seorang Muslim memanjatkan do’a pada Allah Subhanahu wa Ta’ala selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahim melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala  akan beri padanya tiga hal:

[1] Allah  Subhanahu wa Ta’ala akan segera mengabulkan do’anya,

[2] Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyimpannya baginya di akhirat kelak,     

[3] Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.”

Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata,” Allah Subhanahu wa Ta’ala  nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian”.” (HR. Ahmad)

Berikut merupakan dampak yang ditimbulkan jika Silatuhrahim diantara sesama manusia telah terputus. Dan hal tersebut akan berpengaruh kepada dunia dan akhirat kelak. Diantaranya:

Pertama

Segala amalnya tidak berguna dan tidak berpahala. Walaupun kita telah beribadah dengan penuh keikhlasan, siang dan malam, tetapi bila kita masih memutus tali silaturahim dan menyakiti hati orang-orang Islam yang lain, maka amalannya tidak ada artinya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kedua

Amalan salatnya tidak berpahala. Sabda Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam : “Terdapat 5 macam orang yang sholatnya tidak berpahala, iaitu: Istri yang dimurkai suami karena menjengkelkannya, budak yang melarikan diri, orang yang mendendam saudaranya melebihi 3 hari, peminum khamar dan imam sholat yang tidak disenangi makmumnya.”

Ketiga

Rumahnya tidak dimasuki malaikat rahmat. Sabda Raslullah Shalallaahu alaihi wasalam: “ Sesungguhnya malaikat tidak turun kepada kaum yang didalamnya ada orang yang memutuskan silaturahim.

Keempat

Orang yang memutuskan tali silaturahim diharamkan masuk surga. Sabda Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam: “Terdapat 3 orang yang tidak akan masuk surga, iaitu: orang yang suka minum khamar, orang yang memutuskan tali silaturahim dan orang yang membenarkan perbuatan sihir.

Dengan Demikian, kita harus menjaga tali silatuhrahim di antara sesama manusia, serta tetaplah menjaga tali persaudaraan kita agar menjadi Hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dicintainya.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ

“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturrahim”. (HR Bukhari dan Muslim)

Banyak faktor yang dapat menyulut terjadinya pemutusan tali silaturrahim. Namun ketidaktahuan seseorang tentang itu, membuatnya terjerumus dalam kesalahan.

Anjuran untuk membina tali silaturahim sangat jelas. Sebagaimana diterangkan Ibnul Atsir, silaturahim merupakan cermin berbuat baik kepada keluarga dekat, berlemah-lembut kepada mereka, memperhatikan keadaan mereka baik ketika mereka berada di kawasan yang jauh maupun ketika mereka melontarkan kejelekan kepadanya. Memutuskan tali silaturrahim merupakan tindakan yang berlawanan dengan semua.

Meski demikian, fenomena pemutusan tali silaturrahmi kerap kali terdengar di tengah masyarakat, terutama akhir-akhir ini, saat materialisme mendominasi. Saling mengunjungi dan menasihati sudah dalam titik yang memprihatinkan. Hak keluarga yang satu ini sudah terabaikan, tidak mendapatkan perhatian yang semestinya. Padahal jarak sudah bukan lagi menjadi halangan di era kemajuan teknologi informasi.

Berlapang Dada dan Berbaik Sangka

Salah satu sifat utama penebar kedamaian dan perekat ikatan persaudaraan adalah lapang dada. Orang yang berlapang dada adalah orang yang pandai memahami berbagai keadaan dan sikap orang lain, baik yang menyenangkan maupun yang menjengkelkan. Ia tidak membalas kejahatan dan kezhaliman dengan kejahatan dan kezhaliman yang sejenis, juga tidak iri dan dengki kepada orang lain.

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,

“Seorang mukmin itu tidak punya siasat untuk kejahatan dan selalu (berakhlak) mulia, sedang orang yang fajir (tukang maksiat) adalah orang yang bersiasat untuk kejahatan dan buruk akhlaknya.” (HR. HR. Tirmidzi, Al-Albani berkata “hasan”)

Karena itu Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mengajarkan agar kita berdo’a dengan:

“Dan lucutilah kedengkian dalam hati- ku.” (HR. AbuDaud, Al-Albani berkata ’shahih’)

Alangkah baiknya jika dunia yang sementara ini kita isi dengan kebahagian. Bahagia lihat orang lain bahagia. Derita bila melihat orang lain derita. Mahu yang terbaik diri sendiri dan orang lain.

Ingatlah…Dunia untuk dikongsi bersama. Jika tidak, pasti Tuhan beri setiap seorang manusia itu sebuah bumi untuknya sendiri. Sesungguhnya Tuhan tidak pernah salah merencana sesuatu. Pasti ada hikmahnya.

Semoga Allah memberikan hidayah dan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amin

POSTED BY HAR

No comments: