Hak Haiwan dalam islam
Haiwan adalah salah satu makhluk hidup ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memiliki banyak
jenis dan bentuk, mulai dari yang tinggal dilaut, darat dan yang melintas udara
yang juga memiliki manfaat bagi kehidupan manusia. Bahkan dikatakan bahwa haiwan
menjadi penopang kehidupan kita. Oleh karena itu tidak mengherankan jika Islam
memerintahkan kita untuk berperilaku baik dengan haiwan. Apabila kita lihat
dalam Al-Qur’an maka kita akan menemukan beberapa nama haiwan di dalamnya,
seperti Al-Baqarah, An Nahl, An An’am dan lain sebagainya.
Dalam nash Al Quran, dijelaskan mengenai
kemuliaan haiwan, penjelasan kedudukannya, serta batasan keadaannya di sisi
manusia.
وَالأَنعَامَ
خَلَقَهَا ۗ لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا
تَأْكُلُونَ
وَلَكُمْ
فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ وَحِينَ تَسْرَحُونَ
وَتَحْمِلُ
أَثْقَالَكُمْ إِلَى بَلَدٍ لَمْ تَكُونُوا بَالِغِيهِ إِلاَّ
بِشِقِّ الأَنفُسِ ۚ إِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوف ٌ رَحِيمٌ
“Dan Dia
telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan. Dan
kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke
kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. Dan ia memikul
beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya,
melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya
Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,” (Surah An Nahl: 5-7).
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan
binatang sebagai makhluk hidup yang sama dengan kita dimana mereka harus
diperlakukan dengan baik. Islam mengatur hak-hak yang dimiliki binatang agar
kita memperlakukannya dengan baik. Seperti halnya pahala memelihara kucing
dalam Islam cukup besar jika kita melakukannya dengan baik. Yang membezakan
ialah kita mempunyai akal tetapi haiwan tidak.
Haiwan
tidak dapat membezakan antara betul dan salah tetapi mereka mempunyai naluri
yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
berikan untuk meneruskan perjalanan hidupnya. Oleh sebab ia sama makluk Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti kita,
perlulah kita bersikap belas dan kasihan terhadapnya.
Al-Qur’an
menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah menciptakan haiwan ternak untuk kita. Pada Haiwan terdapat
faedah yang banyak, air susu yang ada didalam perut haiwan, daging untuk
dimakan, kulitnya untuk membuat kasut dan bag tanggan, bulunya untuk
menghangatkan badan, tenaganya dapat digunakan sebagai alat angkut dan juga
kenderaan yang indah dipandang. Sungguh
Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Ada beberapa haiwan yang tidak boleh
dimakan dagingnya, yakni daging Babi dan juga Anjing. Namun, bukan berarti pula
haiwan tersebut hina dan dibiarkan begitu saja, hadith juga mengajarkan kita
bahwa semua jenis haiwan boleh mendatangkan manfaat bagi kita semua. Antaranya:
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita akan
mendapat pahala dengan berbuat baik kepada binatang?” Beliau menjawab,
“Terhadap setiap makhluk bernyawa diberi pahala.” (Hadith Riwayat: Bukhari dan
Muslim)
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam yang
bermaksud, “Sayangilah sesiapa sahaja yang ada di bumi, nescaya kalian
disayangi sesiapa sahaja yang ada di langit.” (Hadith Riwayat: Tabrani dan al-
Hakim)
Al-Quran mengibaratkan manusia seperti haiwan,
menerangkan bahawa mereka juga mempunyai komuniti sendiri, seperti kita:
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ وَلاَ
طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلاَّ أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ
ۚ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ۚ ثُمَّ إِلَى
رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
“Dan tiada makhluk di bumi mahupun burung yang terbang dengan
sayapnya kecuali [mereka] bermasyarakat seperti kamu. Tiada Kami tinggalkan
sesuatu pun di dalam Kitab ini. Kemudian kepada Tuhan mereka, mereka akan
dihimpunkan.” (Surah Al-An’am:38)
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahu kita
bahawa binatang yang berkeliaran di bumi juga memuji Allah walaupun pujian ini
bukanlah dalam bentuk yang difahami manusia, menunjukkan bahawa persamaan di
antara kita ialah tujuan penciptaan kita, iaitu menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ
وَالأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ وَإِنْ مِنْ شَيْء
إِلاَّ
يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لاَ تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُ
كَانَ حَلِيماً غَفُوراً
“Langit yang tujuh serta
bumi dan segala isi kandungannya memuji Allah. Dan tiada suatupun kecuali ia
menyanjung dengan memujiNya; akan tetapi kamu tidak faham pujiannya.” (Surah
Al-Israa’: :44)
Setiap binatang memiliki hak dalam masalah makan dan minum.
Dan kita telah mengetahui bahwa ada seorang wanita yang disiksa di Neraka
karena seekor kucing yang dikurungnya dan tidak diberi makan. Dan dari Abu
Huraiorah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بينما
رجل يمشي فأشتد عليه العطش فنزل بئراً فشرب منها ثم خرج فإذا هو بكلب يلهث، يأكل
الثرى من شدة العطش قال: لقد بلغ هذا الكلب مثل الذي بلغ بي، فملأ خفه ثم أمسكه
بفيه ثم رقى فسقى الكلب فشكر الله له فغفر له قالوا: يا رسول الله، وإن لنا في البهائم
أجراً، قال: في كل كبد رطبة أجرا.
“Suatu ketika ada seorang laki-laki berjalan yang merasa
sangat kehausan, lalu dia turun ke dalam sumur dan meminum air dari sumur itu.
Kemudian dia keluar, tiba-tiba dia melihat anjing yang sedang menjulurkan lidahnya
dan menjilati tanah yang basah, karena sangat kehausan. Dia berkata:”Anjing ini
telah kehausan sebagaimana kehausan yang aku rasakan” Maka dia memenuhi khuff nya (sepatu kulit), lalu
mengigitnya dengan mulutnya dan dia naik keluar dari sumur, lalu memberi minum
anjing tersebut. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji laki-laki itu dan
mengampuninya. Mereka (para Sahabat radhiyallahu’anhum) berkata:”Wahai Rasulullah,
(apakah) kami mendapatkan pahala ketika berbuat baik terhadap binatang? Beliau
menjawab: ”Pada setiap jiwa yang bernyawa ada pahalanya”.
Abdullah bin Umar radiallahu ‘anhu. Meriwayatkan bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Ada seorang wanita disiksa disebabkan mengurung seekor kucing hingga
mati kelaparan lalu wanita itu pun masuk neraka. Ia tak memberinya makan dan
minum ketika ia mengurungnya dan tidak membiarkannya berkeliaran sehingga dia
dapat memakan serangga tanah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hak
lainnya adalah hak kasih sayang. Islam mengajarkan pada kita untuk saling
menyayangi, tidak hanya dengan manusia saja tapi juga dengan makhluk hidup yang
lain, yakni binatang. Sebuah kisah menceritakan bahwa ada seorang lelaki yang
membaringkan kambing untuk disembelih dan dia pun menajamkan atau mengasah
pisau di dekatnya. Kemudian Rasulullah bersabda apakah laki-laki itu akan
membunuh kambing dua kali, kenapa laki-laki itu tidak menajamkan pisau sebelum
menyembelihnya. Menyayangi binatang menurut Islam adalah memeliharanya dengan
baik dengan menggunakan hati.
“Jika kamu akan
membunuh (yang dibenarkan menurut hukum Islam) maka bunuhlah dengan cara yang
baik. Dan jika kamu akan menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik,
tajamkanlah mata pisaumu dan senangkanlah dalam penyembelihannya”. (Hadith Riwayat: Muslim)
Termasuk juga dianjurkan untuk memberi makan dan minum kepada
binatang dan menyayanginya dengan penuh keimanan, karena agama Islam juga
mengajarkan kita untuk menjadi kaum penyayang binatang tumbuh-tumbuhan dan
semua makhluk lainnya, Islam sebagai Rahmatan
Lil’alamiin.
Hak
untuk tidak didzalimi juga harus dipenuhi karena tidak ada satu makhluk pun
yang ingin didzalimi. Umar pernah melihat laki-laki yang memberikan beban
begitu berat dan ia pun langsung menegurnya mengapa ia memberikan beban yang
berat pada unta dimana unta itu tidak sanggup membawanya.
Hak
lainnya yang juga harus dipenuhi adalah hak penjagaan dari sakit, hak untuk
tidak diubah fisiknya, dan hak mendapatkan lingkungan. Demikian Anda harus
tahu, mengapa Islam juga menjamin hak asasi binatang.
Kaum
muslimin juga dilarang menyiksa binatang. Hal ini sesuai sengan beberapa hadith:
“Allah melaknat orang yang
menyiksa hewan dan memperlakukannya dengan sadis. (Hadith Riwayat: Bukhari).
“Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassalam
melarang mengurung (burung) hingga binatang itu mati.“ (HR. Bukhari, Muslim).
Selaku
orang-orang yang beriman, kita hendaklah memanfaatkan segala sesuatu menurut
cara yang dibenarkan oleh agama kerana segala yang tinggal di muka bumi ini
diciptakan untuk kemudahan kita dan menjadi kewajiban kita untuk menjaga segala
sesuatu itu daripada kerosakan, memanfaatkannya dengan tetap menjaga
martabatnya sebagai makhluk Tuhan, melindunginya agar tidak pupus yang dengan
demikian barulah menandakan bahawa kita mensyukuri nikmat Allah dalam bentuk
perbuatan yang nyata.
Penyumbang
: Saudara Abdul Aziz Deraman
Posted
oleh: HAR
Graphic:
HAR
MADU
SEBAGAI UBAT:
Madu berguna sebagai obat. (QS:
016:66, 023:012, 016:80, 016:005-008, 036:072, 016:069).
No comments:
Post a Comment