KESEDIHAN DAN KEBIMBANGAN ADALAH SEBAHAGIAN DARIPADA KEADAAN
MANUSIA (BAB. 1)
Sesungguhnya hidup ini adalah
satu perjalanan yang mana menuju keabadian. Ada saatnya kita tertawa. Ada saatnya
kita bersedih. Semuanya akan datang silih berganti menghinggapi hari-hari kita. Suka atau tidak suka, mahu atau tidak mahu saat ini kita sedang
menjalani kehidupan di dunia ini.
Diantara
tujuan kehidupan manusia yang sebenarnya adalah memeluk Dien yang hanif dan
menyerahkan seluruh tujuan hidupnya kepada tujuan Allah menciptakan manusia.
Seluruh hidup manusia harus menyerahkan
seluruh kehendaknya kepada kehendak Allah. Itulah yang disebut kehidupan
mencari redha Allah, sesuai dengan kehendak dan tujuan Allah menciptakan
manusia.
Kita tidak pernah merencanakan atau meminta untuk hidup
didunia ini. Tiba tiba saja kita sudah hadir didunia , harus menerima apa
adanya. Mungkin kita lahir ditengah keluarga yang kaya raya hidup berkecukupan,
atau keluarga miskin yang serba kekurangan.
Umat Islam dan mereka yang beriman pada Allah Subhanahu wa
Ta’ala yakin dan percaya pada penjelasan Al-Qur’an, mereka menjadikan Al Qur’an
sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan dunia ini.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tentang hakikat
kehidupan dunia ini.
عْلَمُوا
أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ
وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ
الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا
ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu
serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti)
ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (Surah
Al-Hadid: 20)
Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala seterusnya:
سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ
وَرُسُلِهِ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو
الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan)
ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya
seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (Surah Al-Hadid: 21)
Orang
yang beriman perlu mengeratkan silaturahim. Bila kebahagian hidup mengisi hati
dan minda, kita seharusnya tidak melupakan bahawa ia adalah satu rahmat dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan begitu
jugalah bila kita menghadapi kesediahan dan kebimbangan kita mesti sedar bahawa
ini juga adalah dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala, walaupun pada awalnya kita tidak melihat itu sebagai satu rahmat.
Sesungguhnya
Allah Maha Bijaksana, Maha Mengetahui dan
Maha Adil. Apa saja keadaan kita mendapati dalam diri kita, dan tidak kira
apa yang kita terpaksa menghadapi, ia adalah penting bahawa kita membuka mata
kita kepada hakikat bahawa Allah Subhanahu
wa Ta’ala mengetahui apa yang baik untuk kita. Walaupun kita menjauhkan
diri daripada menghadapi ketakutan dan kebimbangan kita, ia mungkin bahawa kita
tidak menyukai sesuatu yang baik untuk kita dan keinginan sesuatu yang hanya
boleh membawa kepada kehancuran dan kebinasaan.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“…dan boleh
jadi kamu benci kepada sesuatu padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu
suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. Dan (ingatlah), Allah jualah
Yang mengetahui (semuanya itu), sedang kamu tidak mengetahuinya”. (Surah Al-Baqarah: 216)
Sesungguhnya
kehidupan di dunia ini telah direka oleh Pencipta kita untuk memaksimumkan
peluang kita untuk menjalani kehidupan yang bahagia di akhirat. Apabila kita
menghadapi ujian, mereka membantu kita berkembang dan matang menjadi manusia
yang dapat berfungsi dengan mudah di dunia fana ini.
Kita tentu telah mengetahui begitu banyak janji-janji Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah disampaikan-Nya
kepada kita. Dan di antara janji-janji Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut adalah janji tentang kedekatan dan
kebersamaan-Nya dengan kita, bahwa Allah Subhanahu
wa Ta’ala tidak akan pernah meninggalkan atau menjauh dari kita selama kita
sendiri tidak meninggalkan dan menjauh dari-Nya, dan bahwa kita tak memerlukan
perantara apapun dan siapapun untuk dapat mengadu dan meminta sesuatu dari-Nya,
karena sesungguhnya Allah SWT lebih dekat dengan kita dari siapapun dalam
menghadapi godaan dan ujian yang kita hadapi didunia ini.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah
melengkapkan kita dengan senjata yang kuat. Tiga daripada yang paling penting
adalah kesabaran, syukur, dan amanah. Ulama besar Islam abad ke-14, Muhammad
ibn Abu Bakr (‘Ibn al Qayyim al-Jawziyyah) berkata bahawa kebahagiaan kita di dunia dan
keselamatan kita di akhirat bergantung kepada kesabaran.
Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
إِنِّي
جَزَيْتُهُمُ الْيَوْمَ بِمَا صَبَرُوا أَنَّهُمْ هُمُ الْفَائِزُونَ
“Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada
mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang menang”." (Surah Al-Mu’minum: 111)
Dan Firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala seterusnya:
والضَّرَّاء وَحِينَ
الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“…dan
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang
yang bertakwa”.(Surah Al-Baqarah: 177)
Kata
“sabar”di ambil dari bahasa arab صبر di tinjau dari segi etimologi,
pengertian istilah tersebut dimaksud dengan mencegah dalam kesempitan,
memelihara diri dari kehendak akal dan sayara’dan dari hal yang menuntut untuk
memeliharanya. Boleh diartikan pula dengan menahan diri dari nafsu dari keluh
kesah, meninggalkan keluhan atau pengaduan kepada selain Allah.
Dalam
bukunya (Sabar dan Syukur) Ibnul Qayyim menjelaskan bahawa mempunyai kesabaran
bermakna mempunyai keupayaan untuk menghentikan diri daripada berputus asa,
untuk menahan diri daripada mengadu, dan untuk mengawal diri kita dalam masa
kesedihan dan kebimbangan.
Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَاللّهُ يُحِبُّ
الصَّابِرِينَ
”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar” (Surah
Ali Imran: 146)
Kunci kesabaran adalah pengetahuan yang lebih
tinggi; jika pengetahuan dicapai, maka seseorang itu akan menjadi teguh. Ketika
menggambarkan perjalanan spiritual Nabi Musa 'alaihis
salam, Alquran
mengungkapkan:
وَكَيْفَ تَصْبِرُ
عَلَى مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا
“Bagaimana engkau boleh bersabar terhadap sesuatu yang engkau tidak
memiliki pengetabuan tentangnya” (Surah. Al-Kahfi : 68).
Setiap
kali kita ditimpa kesedihan dan kebimbangan tindak balas yang pertama, kita
perlu sentiasa berbalik kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Dengan mengiktiraf Kebesaran dan Keagungan-Nya, kita mula
memahami bahawa Allah Subhanahu wa Ta’ala
sahaja yang boleh meringankan jiwa kita yang bermasalah. Allah Subhanahu wa Ta’ala sentiasa menyuruh
kita meminta kepada-Nya dengan sentiasa berdoa. Itulah janji dan jaminan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam memakbulkan permintaan hamba-Nya. Cuba bila dan dimana
itulah menjadi rahsia Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Hanya Allah Subhanahu wa
Ta’ala Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik buat para hamba-Nya.
Sebagaimana
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَلِلّهِ الأَسْمَاء
الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُواْ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَآئِهِ
سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Hanya milik
Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaulhusna
itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan”. (Surah Al-Araf: 180)
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam menggalakkan kita untuk menyeru kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dengan semua nama-nama yang indah-Nya. Dalam doa Baginda sendiri,
Baginda diektahui sebagai berkata:
أَسْأَلُكَ
بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ
خَلْقِكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أنا
أَوْ
اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ
رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي
“Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namai diri-Mu dengannya, atau yang Engkau ajarkan
kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau turunkan di dalam kitab-Mu,
atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu, hendaklah
kiranya Engkau jadikan Al-Qur’an penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku dan
penghilang rasa sedihku, serta penghilang rasa sedihku, serta penghilang bagi
kesusahanku” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/391 & 452; dishahihkan oleh
Al-Albaaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihah 1/383 no. 199].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Engkau telah
memohon kepada Allah dengan nama yang bila digunakan untuk berdoa, maka Dia
akan mengabulkannya, dan bila diminta dengannya, maka Dia akan memberi. (Hadith Riwayat: Ahmad, Ibnu Majah, Abu Dawud, Nasai dan
lainnya).
Di-dalam
masa-masa kesedihan dan tekanan, mengingatkan nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala boleh membawa
kelegaan yang besar. Ia juga boleh membantu kita memberi tumpuan kepada rasa
tenang dan sabar. Ia adalah penting untuk memahami bahawa walaupun orang yang
beriman itu adalah digalakkan untuk tidak meratap dalam kesedihan dan
penderitaan atau untuk membuat aduan mengenai tekanan dan masalah, dia dinasihatkan
untuk kembali kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan berdoa kepada-Nya dan bertanya kepada-Nya untuk melegakan.
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
وَلِلَّهِ الأَسماءُ الحُسنىٰ فَادعوهُ بِها ۖ
وَذَرُوا الَّذينَ يُلحِدونَ في أَسمائِهِ ۚ سَيُجزَونَ ما كانوا يَعمَلونَ
“Hanya
milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna
itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan”. (Surah: Al-A'raf[7]: 180).
Dan Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala lagi:
قُلِ ادعُوا اللَّهَ
أَوِ ادعُوا الرَّحمٰنَ ۖ أَيًّا ما تَدعوا فَلَهُ الأَسماءُ الحُسنىٰ
“Serulah
Allah atau serulah Ar-Rahman, mana saja nama (Tuhan) yang kamu seru, Dia
mempunyai nama-nama yang baik, (Asmaul Husna)….” (Surah Al-Isra’: 110)
Disedari atau tidak, seorang manusia adalah makhluk yang
lemah; lemah fisik, jiwa dan hati, penuh kekurangan, memiliki permasalahan di
dunia, dan harapan selamat di dunia dan akhirat.Maka, Sangatlah menghairankan,
mengapa makhluk yang lemah saperti ini (kita semua) tidak memohon kekuatan,
kemudahan dan pertolongan dari Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Kuat?!.
Sekuat apapun ia, sebesar apapun kekuasaannya, ia tetap
sangatlah lemah dihadapan Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Seperti Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَخُلِقَ الإِنسَانُ ضَعِيفاً
“Karena manusia diciptakan
(bersifat) lemah.” (Surah
An-Nisa’:28)
Walau bagaimana pun, mereka tetap bersabar dalam
menghadapi takdir dan keputusan Allah Subhanahu
wa Ta’ala serta hukum-Nya yang terjadi pada hamba-hamba-Nya. Begitu pula tidak ada suatu kejadian atau
urusan melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala lah yang mentakdirkannya.
Pada
masa sedih dan suntuk menghampiri. Apabila banyak dosa dan maksiat membuat
sesak. Saat banyak hal yang dicita-citakan dan diingini. Apabila ada sesuatu
yang sangat ditakutkan dan dikhawatirkan. Bersimpuhlah di hadapan Al-Rahman
(Dzat Maha Pengasih dan Penyayang). Tunjuk keperluan dan kelemahanmu. Adukanlah
pelbagai keluh kesah dan hajatmu: –
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّما أَشكو بَثّي
وَحُزني إِلَى اللَّهِ
"Sesungguhnya
hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (Surah Yusuf: 86).
Benar, kepada Allah semata engkau aturkan semuanya, bukan
kepada seseorang lain pun selain-Nya. Jika engkau melakukan itu pasti Allah Subhanahu wa Ta’ala mendengar keluh
kesahmu dan mengabulkan doamu sebagaimana telah dikabulkan doa-doa para nabi
dan manusia pilihan terdahulu.
Adalah
Nabi Ayyub 'alaihis salam melaporkan
keadaannya kepada Allah, Tuhannya dan tuhan kita semua. Beliau berdoa:
أَنِّي مَسَّنِيَ
الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
"(Ya
Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang
Maha Penyayang di antara semua penyayang." (Surah Al-Anbiya': 83)
Maka Allah Subhanahu wa
Ta’ala mendengarkan keluh kesahnya dan mengabulkan doanya serta
menghilangkan penyakitnya.
فَاسْتَجَبْنَا
لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ
مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
"Maka
Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada
padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan
bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi
peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS. Al-Anbiya': 84)
Kesabaran
merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa. Bahkan sebahagian ulama
mengatakan bahawa kesabaran setengah keimanan. Sabar mempunyai kaitan rapat
dengan keimanan: seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak
disertai kesabaran, sebagaimana tidak ada jasad yang tidak mempunyai kepala.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam
menggambarkan ciri dan keutamaan orang beriman.
Dari Suhaib radiallahu' anhu., bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya
orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang
demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; iaitu jika ia
mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut
merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar,
karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (Hadith
Riwayat: Muslim)
Di antara perkara yang dianjurkan dalam Islam adalah sabar. Sabar bermaksud menerima apa yang di luar kawalan kita. Dalam masa-masa tekanan dan kebimbangan, yang diperlukan adalah menerimanya dengan penuh kesabaran, seraya memulangkan segala sesuatunya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini tidak bermakna bahawa kita hanya berdiam diri dan membiarkan hidup ini dengan tidak melakukan apa-apa. Tidak! Ini bermakna bahawa kita berusaha dalam semua aspek dalam kehidupan kita, kerja kita dan bermain, dalam kehidupan keluarga kami, dan dalam urusan peribadi kita.
Di antara perkara yang dianjurkan dalam Islam adalah sabar. Sabar bermaksud menerima apa yang di luar kawalan kita. Dalam masa-masa tekanan dan kebimbangan, yang diperlukan adalah menerimanya dengan penuh kesabaran, seraya memulangkan segala sesuatunya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini tidak bermakna bahawa kita hanya berdiam diri dan membiarkan hidup ini dengan tidak melakukan apa-apa. Tidak! Ini bermakna bahawa kita berusaha dalam semua aspek dalam kehidupan kita, kerja kita dan bermain, dalam kehidupan keluarga kami, dan dalam urusan peribadi kita.
Walau
bagaimanapun, apabila perkara yang tidak mengikuti saperti apa yang kita rancangkan
atau cara kita mahu, walaupun ia seolah-olah bahawa ketakutan dan kebimbangan
yang menolak kita di bawah, kita menerima apa yang telah ditetapkan Allah dan
terus berusaha untuk mendapat keredhaanNya. Maka bersabar itu harus.
Bersabar menghadapi berbagai musibah yang menimpa diri, baik yang terkait
dengan nyawa, anak, harta dan lain sebagainya yang merupakan takdir yang
berjalan menurut ketentu`an Allah di alam semesta.
Barangsiapa yang merasa dirinya cukup, maka Allah
memberikan kecukupan kepadanya, serta barang siapa yang berusaha bersabar, maka
Allah menjadikannya orang yang sabar. Tidaklah seseorang diberi pemberian yang
sangat baik dan sangat luas kecuali pemberian sifat sabar”.di sepakati oleh
Bukhari dan Muslim.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ياايها
الذين ءامنوا اصبروا و صا بروا ال عمران
“Hai orang-orang yang
beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu.”.(Surah:Ali
Imran:200)
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya datangnya
kemenangan itu bersama dengan kesabaran. Bersama kesempitan pasti aka nada
jalan keluar. Bersama kesusahan pasti aka nada kemudahan.” (Hadith Riwayat:
Abdu bin Humaid didalam Musnadnya (635) (Lihat Durrah Salafiyah, hal. 148) dan
Al Haakim dalam Mustadrak ‘ala Shahihain, lll/624) (Syar Arba’in Ibnu Utsaimin,
hal. 200)
Dan Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam juga bersabda:
وَمَنْ
يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا
وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
“Dan
barang siapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bersabar,
dan tidaklah seseorang dikurniai dengan sebuah kurnia yang lebih baik dari pada
kesabaran”. (Hadith Riwayat: Bukhari dan
Muslim)
Ibnul Bathal rahimahullah
berkata: “Kedudukan orang-orang sabar yang tertinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah mereka yang
bersabar dari semua yang diharamkan oleh Allah, sabar dalam mengamalkan
ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
. Barang siapa yang melakukannya maka dia termasuk hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ikhlas dan menjadi hamba pilihan-Nya,
tidakkah anda melihat sabda Nabi –Shallallahu
‘alaihi wa sallam:
لن تعطَوا
عطاءً خيرًا وأوسع من الصبر
“Kalian tidak akan diberi
kurnia yang lebih baik dan lebih lapang dari pada sifat sabar” (Syarh
Shahih al Bukhari: 10/182)
Ia menjadi mudah bagi kita untuk bersabar apabila kita menyedari
bahawa ia adalah mustahil untuk mengira segala nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah mengurniakan kepada kita dengan nikmat yang tidak terhitung banyaknya
seperti nikmat umur, nikmat rezeki, nikmat kesihatan, nikmat keamanan, nimat
panca indera seperti penglihatan, pendengaran dan sebagainya dan udara yang
kita sedut, cahaya matahari yang memancar menerangi permukaan bumi, hujan pada
bumi yang kering dan Al-Quran yang mulia, kata-kata Allah kepada kita, semuanya
adalah diantara nikmat yang tidak terhitung Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada hamba-hamba-Nya.
Sebagaimana
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِن
تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا
“Dan jika kamu menghitung nimat Allah, kamu tidak akan
mampu menghitungnya”. (Surah An-Nahl: 18)
Mengingati
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
merenungkan kebesaran-Nya adalah kunci kepada kesabaran, dan kesabaran adalah
kunci ke Syurga yang kekal, rahmat Allah yang terbesar untuk makhluk yang rapuh
dipanggil manusia.
Semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada kita untuk senantiasa memperbagus
keimanan kita, menguatkan tawakkal dan ketergantungan kepada-Nya semata,
meningkatkan ketaatan untuk-Nya, dan menjauhkan kita dari bermaksiat
terhadap-Nya.
Wallahu Ta'ala A'lam
Sumbangan Oleh: Adib Alim Aminullah/Adyrah Anisah
Posted oleh: HAR
Tafsir Al-Quran: http://transliteration.org/
No comments:
Post a Comment